Menyusui adalah
proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dan
payudara ibu. Bayi menggunakan reflex mengisap untuk mendapatkan dan menelan
susu. Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa ASI adalah gizi terbaik untuk
bayi. Para pakar masih memperdebatkan berapa lama periode menyusui yang paling
baik dan seberapa jauh risiko penggunaan susu formula.
Seorang bayi dapat
disusui oleh ibunya sendiri atau wanita lain. ASI juga dapat diperoleh dan
diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau
pipet. Susu formula juga tersedia bagi para ibu yang tidak bisa menyusui atau
memilih untuk tidak menyusui bayinya, namun para ahli sepakat bahwa kualitas
susu formula tidak ada yang sebaik ASI. Pada banyak Negara, pemberian susu
formula terkait dengan tingkat kematian bayi akibat diare, tetapi apabila
pembuatannya dilakukakan dengan hati-hati dan bersih, susu formula cukup aman.
Pemerintah dan
organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai metode
terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama atau bahkan lebih
lama lagi. Organisasi tersebut antara lain WHO, American Academy of Pediatrics,
dan Departemen Kesehatan.
1.
Struktur Payudara
Anatomi
Payudara
Kelenjar mamae atau
payudara (buah dada) adalah perlengkapan pada organ reproduksi pada wanita dan
mengeluarkan air susu. Pada wanita, kelenjar mamae mulai berkembang pada umur
11-12 tahun. Kelenjar mamae tumbuh menjadi besar pada bagian lateral linea
aksilaris anterior/media sebelah cranial ruang interkostalis III dan sebelah
kaudal ruang interkostalis VII-VIII.
Kelenjar mammae
terdapat di atas bagian luar fasia torakalis superfisialis di daerah jaringan
lemak subkutia. Ke arah lateral sampai ke linea aksilaris media; kearah medial
melewati linea media mencapai kelenjar mamae sisi yang lain; ke arah bawah
mencapai daerah aksilia (lipatan ketiak).
Struktur
Makroskopis
Ada tiga bagian utama
payudara, yaitu sebagai berikut.
1. Korpus
(badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola,
yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla
atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Terletak setinggi
interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka
letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil
yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung
saraf, pembuluh darah, pembulh getah bening, serat-serat otot polos yang
tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi, maka duktus laktiferus
akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot
yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut.
Ada empat macam
bentuk putting, yaitu bentuk normal/umum, pendek/datar, panjang, dan terbenam (inverted).
Namun, bentuk-bentuk puting ini tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi
karena pada dasarnya bayi menyusu pada payudara ibu bukan putting. Pada
beberapa kasus dapat terjadi di mana puting tidak lentur, terutama pada bentuk
putting terbenam sehingga butuh penanganan khusus.
Struktur
Mikroskopis
Pada bagian dalam
badan payudara terdapat bangunan yang disebut alveolus, yang merupakan
tempat air susu diproduksi. ASI yang dihasilkan oleh alveolus dialirkan ke
dalam saluran kecil (diktulus) lalu beberapa saluran
kecil yang bergabung menmbentuk saluran yang lebih kecil (duktus). Pada bagian
bawah areola, saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus
laktiferus. Akhirnya semua saluran yang besar ini terpusat di dalam
puting dan bermuara ke luar. Pada bagian dalam dinding alveolus maupun saluran,
terdapat otot polos yang bilang berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
Masing-masing payudara terdiri atas 15-20 lobus, yang dipisahkan oleh jaringan
ikat, mengandung jaringan glandular yang tersusun sebagai suatu sistem
duktus-alveolus. Pada masing-masing lobus terdiri dari atas 20-40 lobulus,
selanjutnya masing-masing lobulus terdiri atas 10-100 alveoli. Bagian dalam
alveoli terdiri atas duktulus terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air
susu dan miopitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.
Pembuluh darah
payudara berasal dari arteri mammaria interna dan arteri torakalis lateralis (artery
thoracica lateralis). Vena superficial mamae mempunyai banyak
anastomosis bermuara ke vena mammaria inferna dan vena torakalis interna (vena
thoracica interna/epigastrika), sebagian besar bermuara ke vena
torakalis lateralis (vena thoracica lateralis).
Pembuluh
Limfe Mamae
1. Aliran
limfe superfisialis 75% mengalir ke saluran torakalis berjalan bersama arteri
dan vena di pinggir lateral muskulus pektoralis mayor (musculus pektoralis mayor)
bermuara di nervus 11 aksilaris dan nervus supraklaviklaris (nervus
supraclavicularis).
2. Aliran
limfe profunda mengalir ke dinding toraks menembus muskulus pektoralis mayor
bermuara ke nervus 11 pektoralis sepanjang arteri dan mammaria interna.
3. Bagian
medial aliran limfe subkutan berhubungan dengan kedua mamae dan bermuara ke
nervus 11 supraklavikularis.
2. Tahap Perkembangan Payudara
Pembentukan payudara
dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu dan berakhir ketika mulai menstruasi.
Hormon yang berperan adalah hormon estrogen dan progesteron yang membanti
maturasi alveoli, sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Saat lahir, sebagian
besar payudara terdiri atas duktus laktiferus dengan jumlah sedikit, mungkin
juga ada alveoli. Kelenjar mammae yang rudimeter ini memiliki sedikit fungsi
sekretorik (air susu palsu) dalam beberapa hari setelah lahir. Sekresi payudara
pada masa neonatal terjadi akibat kadar prolaktin yang tinggi pada bayi baru
lahir setelah pajanan payudara janin sebelumnya terhadap konsentrasi estrogen
plasenta yang tinggi selama kehamilan. Setelah estrogen plasenta hilang dari
sirkulasi neonatal, payudara memasuki fase tenang sampai pubertas. Pada onset
pubertas, estrogen ovarium menginduksi pertumbuhan sistem duktus laktiferus.
Duktus-duktus ini
bercabang-cabang selama pertumbuhannya dan ujung duktus ini membentuk massa sel
kecil dan padat. Struktur ini akan mebentuk alveolus lobular. Payudara dan
alveoli kemudian membesar. Saat menarche, sekresi estrogen dan
progesteron siklik dimulai dan akan terjadi fase tambahan pada pertumbuhan
duktus dan lobulus yang rudimeter. Kortikosteroid adrenal selanjutnya akan
meningkatkan perkembangan duktus. Payudara ters membesar selama beberapa waktu
setelah menarche akibat timbunan lemak dan jaringan ikatan bahan. Diferensiasi
dan pertumbuhan akhir payudara tidak akan terjadi sampai kehamilan.
Pertumbuhan dan
perkembangan payudara dapat dibagi menjadi empat fase yaitu istirahat,
perkembangan (kehamilan), sekresi susu (laktasi), dan involusi. Saat lahir,
struktur hanya sebuah puting payudara dan beberapa duktus rudimenter, dengan
sedikit atau tanpa alveolus yang mencerminkan asal evolusi dari modifikasi
kelenjar keringat apokria. Sampai pubertas, satu-satunya perkembangan yang
mungkin terjadi adalah percabangan duktus. Penurunan insiden kanker payudara
dapat terjadi pada populasi yang banyak mengonsumsi fito-estrogen (senyawa
mirip estrogen yang berasal dari tumbuhan). Diperkirakan fito-estrogen
merangsang perkembangan sel payudara pada masa anak dan pubertas sebelum
kehamilan. Sel yang berdiferensiasi baik ini mungkin lebih resisten terhadap pembentukan
tumor.
3.
Kolostrum
Kolostrum adalah
cairan pra-susu yang dihasilkan dalam 24-36 jam pertama setelah melahirkan
(pasca-persalinan). Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang
paling tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya kandungan immonuglobulin A
(IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman
memsuki bayi. IgA ini juga membantu dalam mecegah bayi mengalami alergi
makanan.
Kolostrum merupakan
cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara. Kolostrum mengandung
jaringan debris dan material residual yang terdapat dalam alveoli, serta duktus
dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium.
Beberapa manfaat
kolostrum bagi bayi adalah sebagai berikut:
1. Menjadi
pencahar yang ideal untuk membersihkan mekoneum dari usus bayi yang baru lahir
dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi yang akan datang.
2. Lebih
banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matur, tetapi berlainan
dengan ASI yang telah matur, pada kolostrum protein yang utama adalah globulin
(gamma
globulin).
3. Lebih
banyak mengandung antibodi dibadingkan ASI yang matur sehingga dapat memberikan
perlindungan bagi bayi sampai usia 6 bulan.
4. Kadar
karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan ASI matur.
5. Mineral,
terutama natrium, kalium, dan klorida lebih tingggi jika dibandingkan dengan
susu matur.
6. Total
energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur, hanya 58 kal/100 ml
kolostrum.
7. Vitamin
yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur,
sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
8. Bila
dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak.
9. Kadar
pH lebih alkalis dibandingkan ASI matur.
10. Lipidnya
lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin dibandingkan dengan ASI matur.
11. Volume
berkisar 150-300 ml/24 jam.
12. Terdapat
tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi
kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar antibodi pada bayi.
4
4. Fisiologi Laktasi
4
4. Fisiologi Laktasi
Laktasi berarti suatu
proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI yang membutuhkan calon ibu yang
siap secara psikologis dan fisik, kemudian bayi yang telah cukup sehat untuk
menyusu, serta produksi ASI yang telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi, di
mana volume ASI 500-800 ml/hari.
Ketika bayi mengisap
payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli
melalui saluran susu menuju ke reservoir susu yang berlokasi di belakang areola
lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga
kehamilan di mana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya
ASI dalam sistem payudara.
ASI adalah suatu
emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang
disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi
bayi. Sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi, perawatan payudara yang
dimulai dari kehamilan bulan 7-8 memegang peranan penting dalam menentukan berhasilnya
menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memperoduksi ASI cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak
perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik.
Dengan perawatan payudara yang baik, puting tidak akan lecet sewaktu diisap
bayi.
Siklus
Laktasi
1. Laktogenesis
Stadium 1 (kehamilan): penambahan dan pembesaran lobulus alveolus.
2. Laktogenesis
Stadium 2 (akhir kehamilan sampai 2-3 hari postpartum): produksi ASI.
3. Laktogenesis
Stadium 3 (galaktopoeisis): sekresi ASI.
4. Involusi
(berkurangnya kelenjar mamae): mulai 40 hari setelah berhenti menyusui.
5. Produksi Air susu
Proses laktasi
merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik,
saraf, dan bermacam-macam hormon. Salah satunya pembentukan kelenjar payudara,
yang dibagi menjadi beberapa tahap, antara lain sebagai berikut:
1. Sebelum pubertas
Duktus
primer dan sekunder sudah terbentuk pada masa fetus. Mendekati pubertas terjadi
pertumbuhan yng cepat dari sistem duktus terutama di bawah pengaruh hormon
estrogen, sedangkan pertumbuhan alveoli oleh hormon progesteron. Hormon yang
ikut berperan dalam pertumbuhan kelenjar payudara adalah prolaktin yang
dikeluarkan oleh kelenjar
Adenohipofisis (hipofisis anterior).
Hormon yang kurang peranannya adalah hormon adrenalin, tiroid, paratiroid, dan
hormon pertumbuhan.
2. Masa pubertas
Pada
masa ini terjadi pertumbuhan percabangan-percabangan sistem duktus,
proloferasi, dan kanalisasi dari unit-unit lobuloalveolar yang terletak pada
ujung-ujung distal duktulus. Jaringan penyangga stroma mengalami organisasi dan
membentuk septum interlobular.
3. Masa siklus menstruasi
Perubahan-perubahan
kelenjar payudara wanita dewasa berhubungan dengan siklus menstruasi dan
perubahan-perubahan hormonal yang mengatur siklus tersebut seperti estrogen dan
progesteron yang dihasilkan korpus luteum. Bila kadar hormon ini
meningkat, maka akan terjadi edema lobulus, penebalan dari basal membran epitel
dan keluarnya bahan dalam alveoli. Secara klinis akan dirasakan payudara berat
dan penuh. Setelah menstruasi, di mana kadar estrogen dan progesteron berkurang,
yang berperan hanya prolaktin saja, terjadi degenerasi dari sel-sel kelenjar
air susu beserta jaringan yang mengalami proliferasi, edema berkurang sehingga
besarnya payudara berkurang namun tidak kembali seperti besar sebelumnya. Hal
ini menyebabkan payudara selalu bertambah besar pada setiap siklus ovulasi
mulai dari permulaan tahun menstruasi sampai umur 30 tahun.
4. Masa kehamilan
Pada
permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru,
percabangan-percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon-hormon
plasenta dan korpus luteum. Hormon-hormon yang ikut membantu mempercepat
pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, korionik gonadotropon,
insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid, dan hormon pertumbuhan.
1. Pada 3 bulan kehamilan
Prolaktin
dari adenohipofisis (hipofisis anterior) mulai merangsang kelenjar air susu
untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini, pengeluaran
kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesteron, tetapi jumlah protein
meningkat, hanya aktivitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
2. Pada trimester kedua
kehamilan
Laktogen
plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan
hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu telah terbukti kebenarannya. Untuk
lebih jelas, dapat dilihat pada skema 6.1.
Persiapan memberikan
ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan, payudara semakin padat karena retensi
air, lemak, serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payuara yang dirasa tegang
dan sakit. Segera setelah terjadi kehamilan, maka korpus luteum berkembang
terus dan mengeluarkan estrogen dan progesteron untuk mempersiapkan payudara
agar pada waktunya dapat memberikan ASI.
Hormon-hormon yang
memengaruhi pembentukan ASI adalah sebagai berikut:
1.
Progesteron.
Memengaruhi pertumbuhan dan
ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesat setelah
melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
2.
Estrogen
Menstimulasi sistem saluran
ASI membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk
beberapa bulan selama tetap menyusui.
3.
Prolaktin
Berperan dalam membesarnya
alveoli dalam kehamilan. Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu
hormon yang disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini
memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI, kadar hormon ini meningkat
selama kehamilan. Kerja hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Peristiwa
lepas ata keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan akan membuat kadar
estrogen dan progesteron berangsur-angsur menurun sampai tingkat dapat
dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin. Peningkatan kadar prolaktin akan
menghambat ovulasi, dengan kata lain mempunyai fungsi kontrasepsi. Kadar
prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari dan penghentian pertama
pemberian air susu dilakukan pada malam hari.
4.
Oksitosin
Hormon ini mengencangkan
otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya. Setelah melahirkan,
oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI
menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu.
5.
Human Placental Lactogen
(HPL)
Sejak bulan kedua kehamilan,
plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
puting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan,
payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI juga bisa diproduksi tanpa kehamilan
(induced
lactation).
6.
Proses Pembentukan Laktogen
Laktogenesis
I
Pada fase terakhir
kehamilan, payudara wanita memasuki fase laktogenesis I. saat itu payudara
memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat
itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Akan
tetapi, bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor)
kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau
banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.
Laktogenesis
II
Saat melahirkan,
keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen,
dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini
menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase laktogenesis
II.
Apabila payudara
dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45
menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian.
Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi
ASI dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian
mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi
ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level
prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.
Hormon lainnya,
seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun
peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa
proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi
biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari)
setelah melahirkan. Hal ini berarti memang produksi ASI sebenarnya tidak
langsung setelah melahirkan.
Laktogenesis
III
Sistem kontrol hormon
endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama
setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin
dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI
banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula.
Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh
juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat
dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi mengisap, serta juga
seberapa sering payudara dikosongkan.
Produksi ASI yang
rendah diakibatkan oleh kurangnya menyusui atau memijat payudara. Apabila bayi
tidak mengisap ASI secara efektif, hal ini dapat diakibatkan oleh struktur
mulut dan rahang yang kurang baik, teknik perlekatan yang salah, kelainan
endokrin ibu (jarang terjadi), jaringan payudara hipoplastik, kelainan
metabolisme atau pencernaan bayi sehingga tidak dapat mencerna ASI, serta
kurangnya gizi ibu.
Menyusui setiap
dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada umumnya,
menyusui atau memeras ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI
tetap tinggi pada masa-masa awal menyusui, khususnya empat bulan pertama,
bukanlah hal yang aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari
itu karena rata-rata bayi yang menyusui adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam,
atau bahkan 18 kali. Menyusui on-demand adalah menyusui kapan pun
bayi meminta (artinya akan lebih banyak dari rata-rata). Cara ini merupakan
cara terbaik untuk menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang.
Akan tetapi perlu diingat, bahwa sebaiknya menyusui dilakukan dengan durasi
yang cukup lama setiap kalinya dan tidak terlalu sebentar sehingga bayi
menerima apapun foremilk dan hindmilk secara seimbang.
Penghambat produksi ASI adalah sebagai
berikut:
1. Feedback
inhibitor: suatu faktor local, bila saluran ASI
penuh mengirim impuls untuk mengurangi produksi. Cara mengatasi: saluran
dikosongkan secara teratur (ASI eksklusif dan tanpa jadwal).
2. Stress/rasa
sakit: akan menghambat atau inhibisi pengeluaran oksitosin. Misalnya pada saati
sinus laktiferus penuh/payudara sudah bengkak.
3. Penyapihan.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui
jumlah ASI cukp atau tidak adalah sebagai berikut:
1. ASI
yang banyak dapat merembes keluar melalui putting susu.
2. Sebelum
disusukan pada bayi, payudara terasa tegang.
3. Berat
badan bayi naik sesuai dengan umur.
4. Jika
ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tidur/tenang selama 3-4 jam.
5. Bayi
berkemih sekitar 8 kali sehari.
Tabel
Kenaikan berat badan dihubungkan dengan usia
bayi
Usia
bayi
|
Kenaikan
Berat Badan Rata-rata
|
1-3 bulan
|
700 gram/bulan
|
5 bulan
|
Dua kali berat badan waktu
lahir
|
4-6 bulan
|
600 gram/bulan
|
7-9 bulan
|
400 gram/bulan
|
10-12 bulan
|
300 gram/bulan
|
1 tahun
|
Tiga kali berat badan
waktu lahir
|
Dua tanda yang menunjukkan bahwa bayi
kurang mendapat cukup ASI adalah sebagai berikut:
1. Urine
bayi berwarna kekuningan pekat, berbau tajam, dan jumlahnya sedikit. Bayi BAK
kurang dari 6 kali sehari, keadaan ini menunjukkan bayi kekurangan cairan yang
berasal dari ASI.
2. Perkembangan
berat badan bayi kurang dari 500 gram per bulan dan ini menunjukkan bayi kurang
mendapat asupan yang baik selama 1 bulan terakhir. Apabila diberikan ASI secara
eksklusif (0-6 bulan) dapat mencukupi kebutuhan bayi.
Komposisi ASI tidak konstan dan tidak
sama dari waktu ke waktu, yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
sebagai berikut:
1. Stadium
laktasi.
2. Ras.
3. Keadaan
nutrisi.
4. Diet
ibu.
7.
Pengeluaran Air Susu
Bagaimana payudara
menghasilkan ASI, dimulai saat bayi mengisap payudara dan menstimulasi ujung
saraf. Saraf memerintahkan otak untuk mengeluarkan dua hormon yaitu prolaktin
dan oksitosin. Prolaktin merangsang alveoli untuk menhasilkan lebih banyak air
susu. Oksitosin menyebabkan sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi,
mendorong air susu masuk ke saluran penyimpanan, dan akhirnya bayi dapat
mengisapnya. Semakin bayi mengisap. Semakin banyak susu yang dihasilkan.
Selama kehamilan
hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena
pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan pengaruh
estrogen akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca- persalinan
sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflex yang
berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks dan aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
Refleks
Prolaktin
Refleks prolaktin
adalah suatu stimuli atau perangsangan produksi ASI yang membutuhkan impuls
saraf dari puting susu, hipotalamus, hipofisis anterior, prolaktin, alveolus,
dan tentunya ASI itu sendiri.
Pada akhir kehamilan
hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah
kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesteron yang masih tinggi. Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya plasenta
dan berkurangnya fungsi korpus luteum, maka estrogen dan
progesteron juga berkurang. Isapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang
payudara karena ujng-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula spinalis hipotalamus dan akan menekan
pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang
pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi
prolaktin akan merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon
ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar
prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal tiga bulan setelah melahirkan
sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak aka nada peningkatan
prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke-2-3. Pada ibu menyusui, kadar prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu, hubungan kelamin, serta obat-obatan tranqulizer hipotalamus. Sementara itu, keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah gizi ibu yang buruk dan obat-obatan seperti ergot, I-dopa.
Refleks
Aliran (Let Down Refleks)
Refleks aliran yaitu
sekresi atau pengeluaran ASI, impuls saraf, puting susu, hipofisisposterior,
oksitosin, kontraksi otot polos supaya ASI keluar. Bersamaan dengan pembentukan
prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi
dilanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofisis) yang kemudian dikeluarkan
oksitosisn. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan
kontraksi otot pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut.
Oksitosin yang sampai pada alveoli akan memengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi
dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan
masuk ke sistem duktus, selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke
mulut bayi.
Faktor-faktor yang
meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi;
sedangkan faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah stress,
seperti keadaan bingung/pikiran kacau, takut, dan cemas. Jalannya refleks let
down
Bila ibu stress dalam
menyusui, maka aka nada suatu blokade dari refleks let down. Keadaan ini
disebabkan adanya pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang
menyebabkan vasokontraksi dari pembuluh darah alveoli sehingga oksitosin tidak
dapat mencapai organ mioepitelium. Akibatnya akan terjadi penumpukan air susu
di dalam alveoli yang secara klinis tampak payudara membesar. Payudara yang
besar dapat berakibat abses, gagal untuk menyusui dan rasa sakit.
Mekanisme
Menyusui
Bayi yang sehat
mempunyai tiga refleks intrinsik yang dibutuhkan agar menyusui berhasil.
1. Refleks
Menangkap (Rooting Reflex)
Refleks ini terlihat saat
bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh kea rah sentuhan. Bibir
bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan
membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
2. Refleks
Mengisap (Sucking Reflex)
Refleks ini timbul apabila
langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Sebagian besar areola masuk ke
dalam mulut bayi agar puting dapat mecapai palatum. Dengan demikian sinus
laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan antara gusi, lidah, dan
palatum sehingga ASI keluar.
3. Refleks
Menelan (Swallowing Reflex)
Pada saat air susu keluar dari
puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan negatif) yang
ditimbulkan oleh otot-otot pipi sehingga pengeluaran air susu akan bertambah
dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung.
8. Pemeliharaan Laktasi
Ketersediaan ASI pada
ibu menyusui berlangsung sesuai kebutuhan. Bila bayi tidak disusui, maka ASI
tidak akan keluar. Makin sering bayi disusui, maka penyediaan ASI juga makin
baik. Faktor penting untuk pemeliharaan laktasi adalah rangsangan dan
pengosongan payudara secara sempurna.
Rangsangan
Sebagai respons
terhadap pengisapan, prolaktin dikeluarkan dari glandula pituitaria anterior,
dengan demikian dapat memacu pembentukan air susu yang lebih banyak. Apabila
karena suatu alas an tertentu bayi tidak dapat menyusu sejak awal, maka ibu
dapat memeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau menggunakan pompa
payudara. Namu, isapan bayi member rangsangan yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan kedua cara tersebut.
Pengosongan
Sempurna Payudara
Sebaiknya bayi
mengosongkan payudara sebelum diberikan payudara yang lain. Bila bayi tidak
mengosongkan payudara yang kedua, maka pada pemberian ASI yang berikutnya,
payudara kedua ini yang diberikan pertama kali. Jika bayi asudah kenyang dengan
satu payudara, maka payudara yang kedua digunakan pada pemberian ASI
berikutnya. Bila menginginkan bayi benar-benar kenyang, maka bayi perlu
diberikan air susu pertama (fore milk) untuk sekali minum. Hal
ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara.
Apabila air susu yang
diproduksi tidak dikeluarkan, maka laktasi akan tertekan (mengalami hambatan)
Karena terjadi pembengkakan alveoli dan sel keranjang tidak dapat berkontraksi.
ASI tidak dapat dipaksa masuk ke dalam duktus laktiferus. Rutinitas dan pola
minum ASI akan terbentuk dengan sendirinya.
Produksi ASI yang rendah dapat
disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
1. Kurang
sering menyusui.
2. Apabila
bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, bisa disebabkan:
a. Struktur
mulut dan rahang yang kurang baik.
b. Teknik
perlekatan yang salah;
c. Kelainan
endokrin ibu (jarang terjadi);
d. Jaringan
payudara hipoplastik;
e. Kelainan
metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI.
3. Kurangnya
gizi ibu.
Faktor-faktor
yang memengaruhi produksi ASI adalah sebagai berikut:
1. Frekuensi
pemberian susu.
2. Berat
bayi saat lahir.
3. Usia
kehamilan saat melahirkan.
4. Usia
ibu dan paritas.
5. Stress
dan penyakit akut.
6. Mengonsumsi
rokok.
7. Mengonsumsi
alkohol.
8. Pil
kontrasepsi.
Air
Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI)
merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi
dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Kendala utama
seorang ibu dalam memberikan ASI pada bayi adalah produksi ASI yang tidak
lancar.
Pada saat menyusui,
sekitar 1,5 liter susu mungkin dibentuk setiap hari. Banyak zat-zat metabolik
dialirkan dari ibu, misalnya: ± 50 gram lemak masuk susu setiap hari, dan
kira-kira 100 gram laktosa, yang harus dibentuk dari glukosa hilang dari ibu
setiap hari. Dua sampai tiga gram kalsium fosfat mungkin juga hilang setiap
hari, dan kecuali bila ibu minum susu dalam jumlah besar dan mendapatkan
masukan vitamin D yang cukup, pengeluaran kalsium dan fosfat oleh kelenhar
mammae yang sedang laktasi akan jauh lebih besar daripada masukan zat-zat ini.
Untuk menyuplai kalsium dan fosfat yang dibutuhkan, kelenjar paratiroid sangat
membesar dan tulang secara progresif mengalami dekalsifikasi. Masalah
dekalsifikasi biasanya tidak besar selama kehamilan, tetapi hal ini dapat
menjadi masalah yang nyata selama laktasi.
ASI menurut Stadium Laktasi adalah
sebagai berikut:
1. Kolostrum.
Merpakan
cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kunging
dibandingkan dengan susu yang matur. Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari
pertama sampai hari ketiga atau keempat. Komposisi dari kolostrum ini dari hari
ke hari selalu berubah.
2. Air
susu masa peralihan.
Ciri
dari air susu pada masa peralihan adalah sebagai berikut:
a. Peralihan
ASI dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.
b. Disekresi
dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi atau teori lain yang
mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.
c. Kadar
protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi.
d. Volumenya
juga akan meningkat.
Waktu
|
Protein*
|
Karbohidrat*
|
Lemak*
|
Hari
ke-5
|
2,00
|
6,42
|
3,2
|
Hari
ke-9
|
1,73
|
6,73
|
3,7
|
MInggu
ke-34
|
1,30
|
7,11
|
4,0
|
* dalam satuan gram/100 ml ASI
3. Air
susu matur.
Ciri
dari air susu matur adalah sebagai berikut:
a. ASI
yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan (ada
pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru dimulai pada
minggu ke-3 sampai minggu ke-5).
b. Pada
ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi. ASI merupakan makanan
satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.
c. Suatu
cairan berwarna putih kekunig-kuningan yang diakibatkan warna dari garam
Ca-caseinant, riboplavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya.
d. Tidak
menggumpal jika dipanaskan.
e. Terdapat
antimikrobial faktor.
f. Interferon
producing cell.
g. Sifat
biokimia yang khas, kapasitas bufer yang rendah dan adanya faktor bifidus.
Beberapa jenis ASI adalah sebagai
berikut:
1. Kolostrum,
diproduksi pada beberapa hari pertama. Jenis air susu ini sangat kaya protein
dan antibodi, serta sangat kental. Pada awal menyusui, kolostrum yang keluar
mungkin hanya sesendok teh saja. Kolostrum melapisi usus bayi dan melindunginya
dari bakteri.
2. Foremilk,
disimpan pada saluran penyimpanan dan keluar pada awal menyusui. Dihasilkan
sangat banyak dan cocok untuk menghilangkan rasa haus bayi.
3. Hindmilk,
keluar setelah foremilk habis, saat menyusui hamper selesai. Jenis air susu ini
sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin; mirip dengan hidangan utama
setelah sup pembuka. Bayi memerlukan foremilk dan hindmilk.
Berikut adalah kebaikan ASI
1. Steril,
aman dari pencemaran kuman.
2. Selalu
tersedia dengan suhu yang optimal.
3. Produksi
disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
4. Mengandung
antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman atau virus.
5. Bahaya
alergi tidak ada.
Antimikrobial faktor dalam ASI, antara
lain sebagai berikut:
1. Antibodi
terhadap bakteri dan virus.
2. Sel
(fagosit granulosit dan makrofag dan limfosit tipe T).
3. Enzim
(lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amylase,
fosfodiesterase, alkalinfosfatase).
4. Protein
(laktoferin, B12 binding protein).
5. Faktor
resisten terhadap stafilokokus).
6. Komplemen.
7. Interferron
Producing Cell.
8. Sifat
biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya faktor bifidus.
9. Hormon-hormon.
Laktoferin merupakan
suatu iron binding protein yang bersifat bakteriostatik kuat terhadap
Escherichia coli dan juga menghambat
pertumbuhan Candida albicans. Laktobacillus bifidus merupakan koloni
kuman yang memetabolisme laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan rendahnya
pH sehingga pertumbuhan kuman pathogen akan dihambat.
ASI mengandung
protein lebih rendah dari Air Susu Sapi, tetapi protein ASI ini mempunyai nilai
nutrisi yang tinggi (lebih mudah dicerna). Rasio protein whey : kasein = 60:40.
Hal ini menguntungkan bagi bayi karena pengendapan dari protein whey lebih
halus dari pada kasein sehingga protein whey lebih mudah dicerna. ASI
mengandung alfa-laktalbumin, serta mengandung asam amino esensial taurin yang
tinggi, yang penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Pada ASI
juga mengandung kadar methionin dan sistin lebih tinggi bila dibandingkan
dengan susu sapi sehingga sangat menguntungkan karena enzim sistionase yaitu
enzim yang mengubah methionin menjadi sistin pada bayi sangat rendah atau tidak
ada. Sistin ini merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak
bayi. Selain protein, ASI juga mengandung karbohidrat, dan karbohidrat yang
utama dalam ASI adalah laktosa yang nantinya difermentasi menjadi asam laktat.
Asam laktat akan membuat suasana dalam usus bayi menjadi asam sehingga dapat
memberikan keuntungan sebagai berikut.
1. Penghambatan
pertumbuhan bakteri yang patologis.
2. Memacu
pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan menyintesis
vitamin.
3. Memudahkan
terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat.
4. Memudhkan
absorpsi dari mineral, misalnya kalsium, fosfor, dan magnesium.
Kadar lemak dalam ASI
merupakan sumber kalori yang utama bayi, dan sumber vitamin yang larut dalam
lemak (A, D, E, dan K) dan sumber asam lemak yang esensial. Keistimewaan lemak
dalam ASI adalah sebagai berikut:
1. Bentuk
emulsi lebih sempurna. Hal ini disebabkan ASI mengandung enzim lipase yang memecah
trigleserida menjadi digliserida dan kemudian menjadi monogliserida sebelum
pencernaan di usus terjadi.
2. Kadar
asam lemak tak jenuh dalam ASI yang terpenting adalah sebagai berikut:
a. Rasio
asam linoleik: oleik yang cukup akan memacu absorpsi lemak dan kalsium, serta
adanya garam kalsium dari asam lemak akan memacu perkembangan otak bayi dan
mencegah terjadinya hipokalsemia.
b. Asam
lemak rantai panjang (arachidonic dan docadexaenoic) yang berperan dalam
perkembangan otak.
c. Kolesterol
yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga
berfungsi dalam pembentukan enzim ntuk metabolisme kolesterol yang akan
mengendalikan kadar kolesterol kelak di kemudian hari.
ASI mengandung
mineral yang lengkap, walau kadarnya relatif rendah, tetapi cukup untuk bayi
sampai berumur 6 bulan. Jumlahnya selama laktasi adalah konstan, tetapi
beberapa mineral kadarnya bergantung pada diet dan stadium laktasi. Kadar Fe
dan Ca paling stabil, garam organik yang terdapat dalam ASI adalah kalsium,
kalium, dan natrim dari asam klorida dan fosfat.
Kandungan air dalam
ASI mencapai 88%, yang berguna untuk melarutkan zat-zat yang ada di dalamnya
dan akan meredakan rangsangan haus dari bayi. Vitamin A, D, dan C cukup,
sedangkan vitamin B kecuali riboflavin dan asam patothenik adalah kurang.
Kalori ASI relatif
rendah, hanya 77 kalori/100 ml ASI. Sekitar 90% berasal dari karbohidrat dan
lemak dan 10% berasal dari protein.
Anjuran pemberian ASI adalah sebagai
berikut:
1. Usia
bayi 0-6 bulan.
ASI
eksklusif memenuhi 100% kebutuhan.
2. Usia
bayi 6-12 bulan.
ASI
memenuhi 60-70% kebutuhan, perlu makanan pendamping ASI yang adekuat.
3. Usia
> 12 bulan.
ASI
hanya memenuhi 30% kebutuhan, ASI tetap diberikan untuk keuntungan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar