Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal
dengan DNA (bahasa
Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat
yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme.
Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel.
DNA pertama kali berhasil dimurnikan pada
tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss Friedrich Miescher di Tubingen,
Jerman,
yang menamainya nuclein berdasarkan lokasinya di dalam inti sel. Namun
demikian, penelitian terhadap peranan DNA di dalam sel baru dimulai pada awal
abad 20, bersamaan dengan ditemukannya postulat genetika Mendel.
DNA dan protein
dianggap dua molekul yang paling memungkinkan sebagai pembawa sifat genetis
berdasarkan teori tersebut.
Dua eksperimen pada dekade 40-an membuktikan
fungsi DNA sebagai materi genetik. Dalam penelitian oleh Avery dan rekan-rekannya,
ekstrak dari sel bakteri yang satu gagal men-transform sel bakteri
lainnya kecuali jika DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh. Eksperimen Hershey
dan Chase membuktikan hal yang
sama dengan menggunakan pencari jejak
radioaktif (radioactive tracers).
` Misteri yang belum
terpecahkan ketika itu adalah: bagaimanakah struktur DNA sehingga ia mampu
bertugas sebagai materi genetik? Persoalan ini dijawab oleh Francis Crick
dan koleganya James Watson berdasarkan hasil difraksi sinar-x DNA oleh Maurice
Wilkins dan Rosalind Franklin. Crick, Watson, dan Wilkins
mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada 1962 atas penemuan ini.
Franklin, karena sudah wafat pada waktu itu, tidak dapat dianugerahi hadiah
ini.
Secara garis besar, peran DNA di dalam
sebuah sel adalah sebagai materi genetik; artinya,
DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku umum bagi
setiap organisme. Di antara perkecualian yang menonjol adalah beberapa jenis virus (dan virus tidak
termasuk organisme) seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus).
DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen
utama, yaitu gugus fosfat, gula deoksiribosa, dan basa nitrogen. Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga
komponen tersebut dinamakan nukleotida, sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida.
Rantai
DNA memiliki lebar 22-24 Å, sementara panjang satu unit
nukleotida 3,3 Å. Walaupun unit monomer ini sangatlah kecil, DNA dapat memiliki
jutaan nukleotida yang terangkai seperti rantai. Misalnya, kromosom terbesar
pada manusia terdiri atas 220 juta nukleotida.
Struktur untai komplementer DNA menunjukkan pasangan basa
(adenin dengan timin dan guanin dengan sitosin) yang membentuk DNA beruntai
ganda.
Rangka
utama untai DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula yang berselang-seling. Gula pada
DNA adalah gula pentosa (berkarbon lima), yaitu
2-deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung dengan fosfat melalui ikatan
fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan atom
karbon kelima pada gula lainnya. Salah satu perbedaan utama DNA dan RNA adalah
gula penyusunnya; gula RNA adalah ribosa.
DNA terdiri atas dua untai yang berpilin membentuk struktur heliks ganda. Pada struktur heliks ganda,
orientasi rantai nukleotida pada satu untai berlawanan dengan orientasi
nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel.
Masing-masing untai terdiri dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan basa
nitrogen, yang berinteraksi dengan untai DNA satunya pada heliks. Kedua untai
pada heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa yang
terdapat pada kedua untai tersebut. Empat basa yang ditemukan pada DNA adalah adenin (dilambangkan A), sitosin (C, dari cytosine),
guanin (G), dan timin (T). Adenin berikatan hidrogen
dengan timin, sedangkan guanin berikatan dengan sitosin.
Saat ini manfaat
dari penggunaan DNA terutama dalam bidang teknologi, misalnya dalam masalah
forensik dan komputasi. Ilmuwan forensik dapat
menggunakan DNA yang terletak dalam darah, semen, kulit, liur atau rambut yang
tersisa di tempat kejadian kejahatan untuk mengidentifikasi kemungkinan
tersangka, sebuah proses yang disebut fingerprinting
genetika atau pemrofilan DNA (DNA profiling). Dalam
pemrofilan DNA panjang relatif dari bagian DNA yang berulang seperti short tandem repeats dan minisatelit, dibandingkan.
Pemrofilan DNA dikembangkan pada 1984 oleh genetikawan Inggris Alec Jeffreys dari Universitas Leicester, dan
pertama kali digunakan untuk mendakwa Colin Pitchfork pada 1988 dalam kasus pembunuhan Enderby di Leicestershire,
Inggris.
Banyak yurisdiksi membutuhkan terdakwa dari kejahatan tertentu untuk
menyediakan sebuah contoh DNA untuk dimasukkan ke dalam database komputer.
Hal ini telah membantu investigator menyelesaikan kasus lama di mana pelanggar
tidak diketahui dan hanya contoh DNA yang diperoleh dari tempat kejadian
(terutama dalam kasus perkosaan antar orang tak dikenal). Metode ini adalah salah
satu teknik paling terpercaya untuk mengidentifikasi seorang pelaku kejahatan,
tetapi tidak selalu sempurna, misalnya bila tidak ada DNA yang dapat diperoleh,
atau bila tempat kejadian terkontaminasi oleh DNA dari banyak orang. DNA
memainkan peran penting dalam ilmu komputer,
baik sebagai masalah riset dan sebagai sebuah cara komputasi.
Riset dalam algoritma pencarian string, yang menemukan
kejadian dari urutan huruf di dalam urutan huruf yang lebih besar, dimotivasi
sebagian oleh riset DNA, dimana algoritma ini digunakan untuk mencari urutan
tertentu dari nukleotida dalam sebuah urutan yang besar. Dalam aplikasi lainnya
seperti editor text, bahkan
algoritma sederhana untuk maslah ini biasanya mencukupi, tetapi urutan DNA
menyebabkan algoritma-algoritma ini untuk menunjukkan sifat
kasus-mendekati-terburuk dikarenakan jumlah kecil dari karakter yang berbeda.
Teori database
juga telah dipengaruhi oleh riset DNA, yang memiliki masalah khusus untuk
menaruh dan memanipulasi urutan DNA. Database yang dikhususkan untuk riset DNA
disebut database genomik, dam
harus menangani sejumlah tantangan teknis yang unik yang dihubungkan dengan
operasi pembandingan kira-kira, pembandingan urutan, mencari pola yang
berulang, dan pencarian homologi.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai
DNA khususnya cara penggandaan DNA atau biasa dikenal dengan istilah replikasi
maka perlu dilakukan suatu pembahasan yang lebih jauh. Hal inilah yang
melatarbelakangi sehingga makalah ini dibuat
A.
Hipotesis DNA
DNA mempunyai kemampuan yang ajaib untuk membuat tiruannya
sendiri dengan ketepatan yang ajaib, prosesnya disebut replikasi DNA. Replikasi
DNA terjadi pada Interfase dalam setiap siklus sel. Dengan demikian setiap sel melakukan
mitosis akan dihasilkan dua sel anak yang memiliki DNA lengkap persis seperti
DNA pada sel induknya.
Mengenai
replikasi DNA ini, terdapat tiga hipotesis yaitu :
- Hipotesis konservatif yang
menyatakan bahwa heliks ganda tetap dalam keadaan utuh dan sebuah salinan
kedua yang sama sekali baru telah dibuat.
- Hipotesis semikonservatif
menyatakan bahwa kedua rantai molekul induk berpisah, dan setiap untai
berfungsi sebagai cetakan untuk mensintesis untai komplementer yang baru.
- Hipotesis dispersif menyatakan
setiap untai dari kedua molekul anak terdiri dari campuran antara untai
lama dan untai yang baru disintesis.
Berdasarkan tiga macam hipotesis tersebut, Meselson dan Stahl
melakukan percobaan untuk menguji kebenaran ketiga hipotesis mengenai replikasi
DNA. Mereka menumbuhkan bakteri Escherichia coli selama beberapa generasi di
dalam medium yang mengandung isotop nitrogen 15N untuk menggantikan isotop
nitrogen normal 14N yang lebih ringan. Akibatnya, basa-basa nitrogen pada
molekul DNA sel-sel bakteri tersebut akan memiliki 15N yang berat. Molekul DNA
dengan basa nitrogen yang mengandung 15N mempunyai tingkat kerapatan (berat per
satuan volume) yang lebih tinggi daripada DNA normal (14N). Oleh karena
molekul-molekul dengan tingkat kerapatan yang berbeda dapat dipisahkan dengan
cara sentrifugasi tersebut di atas, maka Meselson dan Stahl dapat mengikuti
perubahan tingkat kerapatan DNA sel-sel bakteri E. coli yang semula ditumbuhkan
pada medium 15N selama beberapa generasi, kemudian dikembalikan ke medium normal
14N selama beberapa generasi berikutnya.
Molekul DNA mempunyai kerapatan yang lebih
kurang sama dengan kerapatan larutan garam yang sangat pekat seperti larutan 6M
CsCl (sesium khlorida). Sebagai perbandingan, kerapatan DNA E.coli dengan basa
nitrogen yang mengandung isotop 14N dan 15N masing-masing adalah 1,708 g/cm3
dan 1,724 g/cm3, sedangkan kerapatan larutan 6M CsCl adalah 1,700 g/cm3.
Ketika larutan 6M CsCl yang di dalamnya terdapat molekul DNA
disentrifugasi dengan kecepatan sangat tinggi, katakanlah 30.000 hingga 50.000
rpm, dalam waktu 48 hingga 72 jam, maka akan terjadi keseimbangan tingkat
kerapatan. Hal ini karena molekul-molekul garam tersebut akan mengendap ke
dasar tabung sentrifuga akibat adanya gaya sentrifugal, sementara di sisi lain
difusi akan menggerakkan molekul-molekul garam kembali ke atas tabung. Molekul
DNA dengan tingkat kerapatan tertentu akan menempati kedudukan yang sama dengan
kedudukan larutan garam yang tingkat kerapatannya sama dengannya. DNA secara
semikonservatifDNA yang diekstrak dari sel E. coli yang ditumbuhkan pada medium
15N terlihat menempati dasar tabung. Selanjutnya, DNA yang diekstrak dari sel
E.coli yang pertama kali dipindahkan kembali ke medium 14N terlihat menempati
bagian tengah tabung. Pada generasi kedua setelah E.coli ditumbuhkan pada
medium 14N ternyata DNAnya menempati bagian tengah dan atas tabung. Ketika
E.coli telah ditumbuhkan selama beberapa generasi pada medium 14N, DNAnya
nampak makin banyak berada di bagian atas tabung, sedangkan DNA yang berada di
bagian tengah tabung tetap. Meselson dan Stahl menjelaskan bahwa pada generasi
15N, atau dianggap sebagai generasi 0, DNAnya mempunyai kerapatan tinggi.
Kemudian, pada generasi 14N yang pertama, atau disebut sebagai generasi 1,
DNAnya merupakan hibrid antara DNA dengan kerapatan tinggi dan rendah. Pada
generasi 2 DNA hibridnya masih ada, tetapi muncul pula DNA baru dengan
kerapatan rendah. Demikian seterusnya, DNA hibrid akan tetap jumlahnya,
sedangkan DNA baru dengan kerapatan rendah akan makin banyak dijumpai. Pada
Gambar 4.2 terlihat bahwa interpretasi data hasil percobaan sentrifugasi ini
jelas sejalan dengan cara pembentukan molekul DNA melalui replikasi
semikonservatif.
Pada percobaan Meselson dan Stahl ekstrak
DNA yang diperoleh dari sel-sel E. coli berada dalam keadaan terfragmentasi
sehingga replikasi molekul DNA dalam bentuknya yang utuh sebenarnya belum
diketahui. Replikasi DNA kromosom dalam keadaan utuh _ yang pada prokariot
ternyata berbentuk melingkar atau sirkular _ baru dapat diamati menggunakan
teknik autoradiografi dan mikroskopi elektron. Dengan kedua teknik ini terlihat
bahwa DNA berbagai virus, khloroplas, dan mitokhondria melakukan replikasi yang
dikenal sebagai replikasi θ (theta) karena autoradiogramnya menghasilkan
gambaran seperti huruf Yunani tersebut. Selain replikasi θ, pada sejumlah
bakteri dan organisme eukariot dikenal pula replikasi yang dinamakan replikasi
lingkaran menggulung (rolling circle replication). Replikasi ini diawali dengan
pemotongan ikatan fosfodiester pada daerah tertentu yang menghasilkan ujung 3’
dan ujung 5’. Pembentukan (sintesis) untai DNA baru terjadi dengan penambahan
deoksinukleotida pada ujung 3’ yang diikuti oleh pelepasan ujung 5’ dari
lingkaran molekul DNA. Sejalan dengan berlangsungnya replikasi di seputar
lingkaran DNA, ujung 5’ akan makin terlepas dari lingkaran tersebut sehingga
membentuk ’ekor’ yang makin memanjang
Setiap molekul DNA yang melakukan replikasi
sebagai suatu satuan tunggal dinamakan replikon. Dimulainya (inisiasi)
replikasi DNA terjadi di suatu tempat tertentu di dalam molekul DNA yang
dinamakan titik awal replikasi atau origin of replication (ori). Proses
inisiasi ini ditandai oleh saling memisahnya kedua untai DNA, yang
masing-masing akan berperan sebagai cetakan bagi pembentukan untai DNA baru
sehingga akan diperoleh suatu gambaran yang disebut sebagai garpu replikasi.
Biasanya, inisiasi replikasi DNA, baik pada prokariot maupun eukariot, terjadi
dua arah (bidireksional). Dalam hal ini dua garpu replikasi akan bergerak
melebar dari ori menuju dua arah yang berlawanan hingga tercapai suatu ujung
(terminus). Pada eukariot, selain terjadi replikasi dua arah, ori dapat
ditemukan di beberapa tempat.
B. Tahapan
Replikasi DNA
Replikasi
merupakan proses pelipatgandaan DNA. Proses replikasi ini diperlukan ketika sel
akan membelah diri. Pada setiap
sel, kecuali sel gamet, pembelahan diri
harus disertai dengan replikasi DNA supaya semua sel turunan memiliki informasi
genetik yang sama. Pada dasarnya, proses replikasi memanfaatkan fakta bahwa DNA
terdiri dari dua rantai dan rantai yang satu merupakan "konjugat"
dari rantai pasangannya. Dengan kata lain, dengan mengetahui susunan satu
rantai, maka susunan rantai pasangan dapat dengan mudah dibentuk. Ada beberapa
teori yang mencoba menjelaskan bagaimana proses replikasi DNA ini terjadi.
Salah satu teori yang paling populer menyatakan bahwa pada masing-masing DNA
baru yang diperoleh pada akhir proses replikasi; satu rantai tunggal merupakan
rantai DNA dari rantai DNA sebelumnya, sedangkan rantai pasangannya merupakan
rantai yang baru disintesis. Rantai tunggal yang diperoleh dari DNA sebelumnya
tersebut bertindak sebagai "cetakan" untuk membuat rantai
pasangannya.
Proses replikasi memerlukan protein atau enzim pembantu; salah satu
yang terpenting dikenal dengan nama DNA polimerase, yang
merupakan enzim pembantu pembentukan rantai DNA baru yang merupakan suatu polimer.
Proses replikasi diawali dengan pembukaan untaian ganda DNA pada titik-titik
tertentu di sepanjang rantai DNA. Proses pembukaan rantai DNA ini dibantu oleh
beberapa jenis protein yang dapat mengenali titik-titik tersebut, dan juga
protein yang mampu membuka pilinan rantai DNA. Setelah cukup ruang terbentuk
akibat pembukaan untaian ganda ini, DNA polimerase masuk dan mengikat diri pada
kedua rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal tersebut. Proses pembukaan
rantai ganda tersebut berlangsung disertai dengan pergeseran DNA polimerase
mengikuti arah membukanya rantai ganda. Monomer DNA ditambahkan di kedua sisi
rantai yang membuka setiap kali DNA polimerase bergeser. Hal ini berlanjut
sampai seluruh rantai telah benar-benar terpisah.
Proses replikasi DNA ini merupakan proses
yang rumit namun teliti. Proses sintesis rantai DNA baru memiliki suatu
mekanisme yang mencegah terjadinya kesalahan pemasukan monomer yang dapat
berakibat fatal. Karena mekanisme inilah kemungkinan terjadinya kesalahan sintesis
amatlah kecil.
1.
Garpu replikasi
Garpu replikasi atau cabang replikasi (replication
fork) ialah struktur yang terbentuk ketika DNA bereplikasi. Garpu replikasi
ini dibentuk akibat enzim helikase yang memutus ikatan-ikatan
hidrogen yang menyatukan kedua untaian DNA, membuat terbukanya
untaian ganda tersebut menjadi dua cabang yang masing-masing terdiri dari
sebuah untaian tunggal DNA. Masing-masing cabang tersebut menjadi "cetakan"
untuk pembentukan dua untaian DNA baru berdasarkan urutan nukleotida
komplementernya. DNA polimerase membentuk untaian DNA baru dengan memperpanjang
oligonukleotida (RNA)
yang dibentuk oleh enzim primase dan disebut primer.
DNA polimerase membentuk untaian DNA baru
dengan menambahkan nukleotida—dalam hal ini, deoksiribonukleotida—ke ujung
3'-hidroksil bebas nukleotida rantai DNA yang sedang tumbuh. Dengan kata lain,
rantai DNA baru (DNA "anak") disintesis dari arah 5'→3', sedangkan
DNA polimerase bergerak pada DNA "induk" dengan arah 3'→5'. Namun
demikian, salah satu untaian DNA induk pada garpu replikasi berorientasi 3'→5',
sementara untaian lainnya berorientasi 5'→3', dan helikase bergerak membuka
untaian rangkap DNA dengan arah 5'→3'. Oleh karena itu, replikasi harus
berlangsung pada kedua arah berlawanan tersebut.
2.
Pembentukan leading
strand
Pada replikasi DNA, untaian pengawal (leading
strand) ialah untaian DNA yang disintesis dengan arah 5'→3' secara
berkesinambungan. Pada untaian ini, DNA polimerase mampu membentuk DNA
menggunakan ujung 3'-OH bebas dari sebuah primer RNA dan sintesis DNA
berlangsung secara berkesinambungan, searah dengan arah pergerakan garpu
replikasi.
3.
Pembentukan lagging
strand
Lagging strand ialah untaian DNA
yang terletak pada sisi yang berseberangan dengan leading strand pada
garpu replikasi. Untaian ini disintesis dalam segmen-segmen yang disebut fragmen
Okazaki. Pada untaian ini, primase membentuk primer RNA. DNA polimerase
dengan demikian dapat menggunakan gugus OH 3' bebas pada primer RNA tersebut
untuk mensintesis DNA dengan arah 5'→3'. Fragmen primer RNA tersebut lalu
disingkirkan (misalnya dengan RNase H dan DNA Polimerase I) dan
deoksiribonukleotida baru ditambahkan untuk mengisi celah yang tadinya
ditempati oleh RNA. DNA ligase lalu menyambungkan fragmen-fragmen Okazaki
tersebut sehingga sintesis lagging strand menjadi lengkap.
C. Replikasi
DNA pada prokariotik
Replikasi
DNA kromosom prokariot, khususnya bakteri, sangat berkaitan dengan siklus
pertumbuhannya. Daerah ori pada E. coli, misalnya, berisi empat buah tempat
pengikatan protein inisiator DnaA, yang masing-masing panjangnya 9 pb. Sintesis
protein DnaA ini sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri sehingga inisiasi
replikasi juga sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri. Pada laju pertumbuhan
sel yang sangat tinggi, DNA kromosom prokariot dapat mengalami reinisiasi
replikasi pada dua ori yang baru terbentuk, sebelum putaran replikasi yang
pertama berakhir. Akibatnya, sel-sel hasil pembelahan akan menerima kromosom
yang sebagian telah bereplikasi.
Protein DnaA membentuk struktur
kompleks yang terdiri atas 30 hingga 40 buah molekul, yang masing-masing akan
terikat pada molekul ATP. Daerah ori akan mengelilingi kompleks DnaA-ATP
tersebut. Proses ini memerlukan kondisi superkoiling negatif DNA (pilinan kedua
untai DNA berbalik arah sehingga terbuka). Superkoiling negatif akan
menyebabkan pembukaan tiga sekuens repetitif sepanjang 13 pb yang kaya dengan
AT sehingga memungkinkan terjadinya pengikatan protein DnaB, yang merupakan
enzim helikase, yaitu enzim yang akan menggunakan energi ATP hasil hidrolisis
untuk bergerak di sepanjang kedua untai DNA dan memisahkannya.
Untai DNA
tunggal hasil pemisahan oleh helikase selanjutnya diselubungi oleh protein
pengikat untai tunggal atau single-stranded binding protein (Ssb) untuk
melindungi DNA untai tunggal dari kerusakan fisik dan mencegah renaturasi.
Enzim DNA primase kemudian akan menempel pada DNA dan menyintesis RNA primer yang
pendek untuk memulai atau menginisiasi sintesis pada untai pengarah.
Agar replikasi dapat terus berjalan
menjauhi ori, diperlukan enzim helikase selain DnaB. Hal ini karena pembukaan
heliks akan diikuti oleh pembentukan putaran baru berupa superkoiling positif.
Superkoiling negatif yang terjadi secara alami ternyata tidak cukup untuk
mengimbanginya sehingga diperlukan enzim lain, yaitu topoisomerase tipe II yang
disebut dengan DNA girase. Enzim DNA girase ini merupakan target serangan
antibiotik sehingga pemberian antibiotik dapat mencegah berlanjutnya replikasi
DNA bakteri.
Seperti
telah dijelaskan di atas, replikasi DNA terjadi baik pada untai pengarah maupun
pada untai tertinggal. Pada untai tertinggal suatu kompleks yang disebut
primosom akan menyintesis sejumlah RNA primer dengan interval 1.000 hingga
2.000 basa. Primosom terdiri atas helikase DnaB dan DNA primase.
Primer
baik pada untai pengarah maupun pada untai tertinggal akan mengalami elongasi
dengan bantuan holoenzim DNA polimerase III. Kompleks multisubunit ini
merupakan dimer, separuh akan bekerja pada untai pengarah dan separuh lainnya
bekerja pada untai tertinggal. Dengan demikian, sintesis pada kedua untai akan
berjalan dengan kecepatan yang sama. Masing-masing bagian dimer pada kedua
untai tersebut terdiri atas subunit a, yang mempunyai fungsi polimerase sesungguhnya,
dan subunit e, yang mempunyai fungsi penyuntingan berupa eksonuklease 3’® 5’.
Selain itu, terdapat subunit b yang menempelkan polimerase pada DNA.
Begitu
primer pada untai tertinggal dielongasi oleh DNA polimerase III, mereka akan
segera dibuang dan celah yang ditimbulkan oleh hilangnya primer tersebut diisi
oleh DNA polimerase I, yang mempunyai aktivitas polimerase 5’® 3’, eksonuklease
5’ ® 3’, dan eksonuklease penyuntingan 3’ ® 5’. Eksonuklease 5’ ® 3’ membuang
primer, sedangkan polimerase akan mengisi celah yang ditimbulkan. Akhirnya,
fragmen-fragmen Okazaki akan dipersatukan oleh enzim DNA ligase. Secara in
vivo, dimer holoenzim DNA polimerase III dan primosom diyakini membentuk
kompleks berukuran besar yang disebut dengan replisom. Dengan adanya replisom
sintesis DNA akan berlangsung dengan kecepatan 900 pb tiap detik.
Kedua
garpu replikasi akan bertemu kira-kira pada posisi 180°C dari ori. Di sekitar
daerah ini terdapat sejumlah terminator yang akan menghentikan gerakan garpu
replikasi. Terminator tersebut antara lain berupa produk gen tus, suatu
inhibitor bagi helikase DnaB. Ketika replikasi selesai, kedua lingkaran hasil
replikasi masih menyatu. Pemisahan dilakukan oleh enzim topoisomerase IV.
Masing-masing lingkaran hasil replikasi kemudian disegregasikan ke dalam kedua
sel hasil pembelahan.
D. Replikasi
DNA pada eukariota
Pada eukariot replikasi DNA hanya
terjadi pada fase S di dalam interfase. Untuk memasuki fase S diperlukan
regulasi oleh sistem protein kompleks yang disebut siklin dan kinase tergantung
siklin atau cyclin-dependent protein kinases (CDKs), yang berturut-turut akan
diaktivasi oleh sinyal pertumbuhan yang mencapai permukaan sel. Beberapa CDKs
akan melakukan fosforilasi dan mengaktifkan protein-protein yang diperlukan
untuk inisiasi pada masing-masing ori. Berhubung dengan kompleksitas
struktur kromatin, garpu replikasi pada eukariot bergerak hanya dengan
kecepatan 50 pb tiap detik. Sebelum melakukan penyalinan, DNA harus dilepaskan
dari nukleosom pada garpu replikasi sehingga gerakan garpu replikasi akan
diperlambat menjadi sekitar 50 pb tiap detik. Dengan kecepatan seperti ini
diperlukan waktu sekitar 30 hari untuk menyalin molekul DNA kromosom pada kebanyakan
mamalia.
sekuens tandem yang terdiri atas 20 hingga 50 replikon mengalami inisiasi secara serempak pada waktu tertentu selama fase S. Deretan yang mengalami inisasi paling awal adalah eukomatin, sedangkan deretan yang agak lambat adalah heterokromatin. DNA sentromir dan telomir bereplikasi paling lambat. Pola semacam ini mencerminkan aksesibilitas struktur kromatin yang berbeda-beda terhadap faktor inisiasi.
Seperti halnya pada prokariot, satu atau beberapa DNA helikase dan Ssb yang disebut dengan protein replikasi A atau replication protein A (RP-A) diperlukan untuk memisahkan kedua untai DNA. Selanjutnya, tiga DNA polimerase yang berbeda terlibat dalam elongasi. Untai pengarah dan masing-masing fragmen untai tertinggal diinisiasi oleh RNA primer dengan bantuan aktivitas primase yang merupakan bagian integral enzim DNA polimerase a. Enzim ini akan meneruskan elongasi replikasi tetapi kemudian segera digantikan oleh DNA polimerase d pada untai pengarah dan DNA polimerase e pada untai tertinggal. Baik DNA polimerase d maupun e mempunyai fungsi penyuntingan. Kemampuan DNA polimerase d untuk menyintesis DNA yang panjang disebabkan oleh adanya antigen perbanyakan nuklear sel atau proliferating cell nuclear antigen (PCNA), yang fungsinya setara dengan subunit b holoenzim DNA polimerase III pada E. coli. Selain terjadi penggandaan DNA, kandungan histon di dalam sel juga mengalami penggandaan selama fase S.
sekuens tandem yang terdiri atas 20 hingga 50 replikon mengalami inisiasi secara serempak pada waktu tertentu selama fase S. Deretan yang mengalami inisasi paling awal adalah eukomatin, sedangkan deretan yang agak lambat adalah heterokromatin. DNA sentromir dan telomir bereplikasi paling lambat. Pola semacam ini mencerminkan aksesibilitas struktur kromatin yang berbeda-beda terhadap faktor inisiasi.
Seperti halnya pada prokariot, satu atau beberapa DNA helikase dan Ssb yang disebut dengan protein replikasi A atau replication protein A (RP-A) diperlukan untuk memisahkan kedua untai DNA. Selanjutnya, tiga DNA polimerase yang berbeda terlibat dalam elongasi. Untai pengarah dan masing-masing fragmen untai tertinggal diinisiasi oleh RNA primer dengan bantuan aktivitas primase yang merupakan bagian integral enzim DNA polimerase a. Enzim ini akan meneruskan elongasi replikasi tetapi kemudian segera digantikan oleh DNA polimerase d pada untai pengarah dan DNA polimerase e pada untai tertinggal. Baik DNA polimerase d maupun e mempunyai fungsi penyuntingan. Kemampuan DNA polimerase d untuk menyintesis DNA yang panjang disebabkan oleh adanya antigen perbanyakan nuklear sel atau proliferating cell nuclear antigen (PCNA), yang fungsinya setara dengan subunit b holoenzim DNA polimerase III pada E. coli. Selain terjadi penggandaan DNA, kandungan histon di dalam sel juga mengalami penggandaan selama fase S.
Mesin
replikasi yang terdiri atas semua enzim dan DNA yang berkaitan dengan garpu
replikasi akan diimobilisasi di dalam matriks nuklear. Mesin-mesin tersebut
dapat divisualisasikan menggunakan mikroskop dengan melabeli DNA yang sedang
bereplikasi. Pelabelan dilakukan menggunakan analog timidin, yaitu
bromodeoksiuridin (BUdR), dan visualisasi DNA yang dilabeli tersebut dilakukan
dengan imunofloresensi menggunakan antibodi yang mengenali BUdR. Ujung kromosom
linier tidak dapat direplikasi sepenuhnya karena tidak ada DNA yang dapat
menggantikan RNA primer yang dibuang dari ujung 5’ untai tertinggal. Dengan
demikian, informasi genetik dapat hilang dari DNA. Untuk mengatasi hal ini,
ujung kromosom eukariot (telomir) mengandung beratus-ratus sekuens repetitif
sederhana yang tidak berisi informasi genetik dengan ujung 3’ melampaui ujung
5’. Enzim telomerase mengandung molekul RNA pendek, yang sebagian sekuensnya
komplementer dengan sekuens repetitif tersebut. RNA ini akan bertindak sebagai
cetakan (templat) bagi penambahan sekuens repetitif pada ujung 3’.
Hal yang
menarik adalah bahwa aktivitas telomerase mengalami penekanan di dalam sel-sel
somatis pada organisme multiseluler, yang lambat laun akan menyebabkan
pemendekan kromosom pada tiap generasi sel. Ketika pemendekan mencapai DNA yang
membawa informasi genetik, sel-sel akan menjadi layu dan mati. Fenomena ini
diduga sangat penting di dalam proses penuaan sel. Selain itu, kemampuan penggandaan
yang tidak terkendali pada kebanyakan sel kanker juga berkaitan dengan
reaktivasi enzim telomerase.
DAFTAR REFERENSI
UNSOED, 2009. Replikasi DNA. www.bambangunsoed@gmail.com. Diakses pada tanggal
3 Juni 2009.
Wapedia, 2009. Asam nukleat. www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal
3 Juni 2009.
Wikipedia, 2009. Asam nukleat. www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal
3 Juni 2009.
Wikipedia, 2009. Garpu replikasi. www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal
3 Juni 2009.
Wikipedia, 2009. Replikasi DNA. www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal
3 Juni 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar