Udara di dalam suatu
ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba. Udara tidak mengandung
mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi dari lingkungan disekitarnya
mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya dari debu,
air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan,
dari ruangan yang digunakan dalam fermentasi dan sebagainya. Mikroorganisme
yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu, atau
terdapat dalam droplet air (Gobel, 2008).
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau alat (wadah). Oleh karena itu sanitasi lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang akan bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau Industri (Gobel, 2008).
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau alat (wadah). Oleh karena itu sanitasi lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang akan bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau Industri (Gobel, 2008).
Udara tidak mengandung
mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitar
mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air,
proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan dan
dari ruangan yang digunakan untuk fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat
dalam udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat
dalam droplet air (Volk dan Whleer, 1984).
Kehidupan bakteri tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi
keadaan lingkungan. Misalnya bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam
media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari media tempat ia
hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia (Lay, 1992).
Udara mengandung campuran
gas-gas yang sebagian besar terdiri dari Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21 %
dan gas lainnya 1%. Selain gas juga terdapat debu, kapang, bakteri, khamir,
virus dan lain-lain. Walaupun udara bukan medium yang baik untuk mikroba tetapi
mikroba selalu terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran
udara oleh manusia, hewan, zat-zat organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang
terdapat di udara terutama jenis Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang
tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1988).
Jumlah mikroba yang
terdapat di udara tergantung pada aktivitas lingkungan misalnya udara di atas
padang pasir atau gunung kering, dimana aktivitas kehidupan relatif sedikit
maka jumlah mikroba juga sedikit. Contoh lain udara di sekitar rumah,
pemotongan hewan, kandang hewan ternak, tempat pembuangan sampah maka jumlah
mikroba relatif banyak (Pelczar, 1988).
Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang ditularkan melalui udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang dapat ditularkan melalui udara pernapasan. Beberapa cara yang digunkan untuk membersihkan udara yaitu (Volk dan Wheeler, 1984) :
1. Menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang berterbangan.
2. Menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang mikrobanya
3. Dengan radiasi sinar ultraviolet.
Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang ditularkan melalui udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang dapat ditularkan melalui udara pernapasan. Beberapa cara yang digunkan untuk membersihkan udara yaitu (Volk dan Wheeler, 1984) :
1. Menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang berterbangan.
2. Menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang mikrobanya
3. Dengan radiasi sinar ultraviolet.
Udara tidak mempunyai
flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan tumbuh terapung begitu saja
di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas organisme yang terdapat
sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu. Setiap
kegiatan manusia agaknya akan menimbulkan bakteri di udara. Jadi, walaupun
udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu
dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara (Volk dan Wheeler, 1984).
Mikroorganisme disemburkan
ke udara dari saluran pernapasan sehingga organisme-organisme tersebut mendapat
perhatian utama sebagai jasad penyebab penyakit melalui udara. Beberapa
diantara infeksi bakteri biasa yang disebarkan oleh udara adalah infeksi
streptococus tonsil dan tenggorokan, difteria, batuk rejam dan meningitis
epidermik. Tuberculosis mempunyai arti penting dari segi transpor udara, karena
mikroorganisme dapat hidup lama di luar tubuh. Organisme initahan terhadap
kekeringan dan mungkin tetap bertahan berbulan-bulan dalam ludah kering dan
pertikel debu (Volk dan Wheeler, 1984).
Tingkat pencemaran udara
di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti laju
ventilasi, padat orang dan sifat serta saraf kegiatan orang-orang yang
menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme terhembuskan dalam bentuk percikan
dari hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan bercakap-cakap
titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan mempunyai ukuran yang
beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang ukurannya jatuh
dalam kisaran mikrometer yang rendah akan tinggal dalam udara sampai beberapa
lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau permukaan benda
lain. Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar akan berada dalam udara selama
berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut (Pelczar, 1988).
Flora mikroba di
lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam populasi campuran. Boleh
dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu spesies tunggal di alam.
Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies mikroorganisme tertentu,
pertama-tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan dari organisme lain yang
umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan dalam biakan murni (Bonang,
1982).
Flora mikroba yang
terdapat di lingkungan alamiah merupakan penyebab banyak sekali proses
biokimia, yang pada akhirnya memungkinkan kesinambungan kehidupan sebagaimana
yang kita kenal dimuka bumi ini. Mikroorganisme misalnya merupakan penyebab
terjadinya mineralisasi di dalam tanah dan perairan, yaitu proses pembebasan
unsur-unsur dari senyawa-senyawa molekuler organik yang kompleks sehingga
menjadi tersedia bagi kehidupan tanaman yang baru, yang pada gilirannya
menunjang kehidupan hewan baru (Bonang, 1982)..
Setiap spesies
mikroorganisme akan tumbuh dengan baik dalam lingkungannya hanya selama
kondisinya menguntungkan bagi pertumbuhannya dan mempertahankan dirinya. Begitu
terjadi perubahan fisik atau kimia, seperti misalnya habisnya nutrien atau
terjdi perubahan radikal dalam hal suhu atau pH yang membuat kondisi bagi
pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka organisme yang telah beradaptasi
dengan baik di dalam keadaan lingkungan terdahulu terpaksa menyerahkan
tempatnya kepada organisme yang dapat beradaptasi dengan baik di dalam kondisi
yang baru itu (Pelczar, 1988).
Kontaminasi oleh
mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh permukaan setiap tangan
atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat perlu diperhatikan
terutama yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan
atau industri (Volk dan Wheeler, 1984).
Sanitasi yang dilakukan
terhadap wadah dan alat meliputi pencucian untuk menghilangkan kotoran dan
sisa-sisa bahan, diikuti dengan perlakuan sanitasi menggunakan germisidal.
Dalam pencucian menggunakan air biasanya digunakan detergen untuk membantu
proses pembersihan. Penggunaan detergen mempunyai beberapa keuntungan karena
detergen dapat melunakkan lemak, mengemulsi lemak, melarutkan mineral dan
komponen larut lainnya sebanyak mungkin. Detergen yang digunakan untuk mencuci
alat/wadah dan alat pengolahan tidak boleh bersifat korosif dan mudah dicuci
dari permukaan (Volk dan Wheeler, 1984).
Proses sanitasi alat dan
wadah ditunjukkan untuk membunuh sebagian besar atau semua mikroorganisme yang
terdapat pada permukaan. Sanitizer yang digunakan misalnya air panas, halogen
(khlorin atau Iodine), turunan halogen dan komponen amonium quarternair (Gobel,
2008).
Uji Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah status
kesehatan lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan
air bersih, dll. Manfaat sanitasi ini sebagai indikator dari tingkat kebersihan
dari suatu lingkungan yang ditempati oleh manusia sehingga dapat diketahui
layak atau tidaknya lingkungan tersebut untuk ditinggali.
Peran dari sanitasi adalah mencegah
berjangkitnya suatu penyakit menular dan juga memutuskan mata rantai dari
sumber. Usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan.
Pada percobaan uji sanitasi
lingkungan dilakukan 2 macam uji yaitu uji kebersihan pada tangan dan uji
kebersihan pada kulit kepala. Untuk uji kebersihan pada tangan dilakukan untuk
2 kondisi yaitu tangan yang sebelum dicuci dan tangan yang sudah dicuci dengan
menggunakan antiseptic.
a. Uji
kebersihan pada tangan. Pada
uji kebersihan tangan digunakan medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang
digunakan untuk menumbuhkan jamur dan kapang. Media PDA digunakan untuk
menumbuhkan semua jenis mikroba. Tehnik yang digunakan yaitu dengan cara
mengusapkan 2-3 jari yang belum dicuci ke permukaan medium PDA yang sudah
padat. Begitu juga dengan tangan yang
sudah dicuci dilakukan dengan tehnik yang sama. Setelah diinkubasi selama 18
jam di inkubator pada suhu 370 C dan terdapat mikroba yang tumbuh di
permukaan medium dimana warna mikrobanya adalah warna putih, dan bentuk tepi
entire dan indulate. Bentuk koloni sirkuler dan rhizoid pertumbuhan di
permukaan.
b. Uji
kebersihan kepala
Percobaan
ini juga menggunakan medium PDA yang yang digunakan untuk menumbuhkan semua
jenis mikroba khususnya jamur dan kapang. Metode yang digunakan adalah metode
swab. Tapi pada percobaan ini menggunakan cotton bud yang telah disterilkan
lalu digosokkan di kulit kepala dan dioleskan pada sluruh permukaan medium PDA
secara perlahan dan diusahakan medium tidak rusak. Setelah itu medium disimpan
dalam inkubarot selama 18 jam pada suhu 370 C.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh mikroba yang tumbuh dipermukaan
media, dengan bentuk tepi undulate, warna putih, bentuk koloni toruloid.
Pertumbuhan berada dipermukaan.
Teknik isolasi mikroba
Tehnik isolasi mikroorganisme adalah
suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba di luar lingkungan alamiahnya. Pemisahan
mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri
yang tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya. Beberapa metode sering
digunakan untuk mendapatkan kultur murni dari kultur campuran. Bentuk morfologi
koloni dapat kita amati untuk melihat perbedaan seperti bentuk warna, dan
ukuran. Pada percobaan ini ada 2 medium yang digunakan yaitu medium NA dan
medium EMBA. Bakteri yang digunakan pada percobaan ini adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Escherichia coli
merupakan bakteri gram negative berbentuk batang. Uji indol positif dan mampu
memfermentasi berbagai karbohidrat seperti glukosa, laktosa, dan arabinosa.
Bakteri Staphylococcus aureus termasuk
bakteri gram negatif.
Teknik
yang digunakan yaitu Metode Tabur/sebar. Metode tabur dilakukan dengan cara
memasukkan suspensi yang berisi bakteri ke permukaan medium padat, Nutrien Agar
di dalam cawan petri yang diratakan dengan menggunakan batang L sehingga
suspense rata di seluruh permukaan medium. Kelebihan dari metode ini adalah
pertumbuhan mikroba terjadi dipermukaan medium sehingga memudahkan untuk
mengamati pertumbuhan mikroba, sedangkan kekurangan dari metode ini adalah
dalam pengerjaannya membutuhkan waktu yang lebih karena dibandingkan dengan
metode tuang medium yang digunakan adalah medium NA yang bisa menumbuhkan semua
mikroba dan memiliki kandungan nitrogen yang sangat tinggi. Suspense yang
digunakan adalah bakteri Staphylococcus
aureus yang memiliki warna putih dan tepi koloni yang berbentuk entire, dan
bentuk koloni yang circular/bundar.
Pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah tidak rata pada permukaan medium.
Bakteri Staphylococcus aureus
termasuk bakteri gram positif. Metode tabor dimanfaatkan untuk menumbuhkan
bakteri aerob, karena pada metode tabor masih terdapat udara dipermukaan
medium.
DAFTAR
PUSTAKA
Bonang, G., 1982, Mikrobiologi kedokteran. PT
Gramedia, Jakarta.
Dwijoseputro, 1989, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Malang.
Gobel, B. Risco, dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Dwijoseputro, 1989, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Malang.
Gobel, B. Risco, dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Hadioetomo, R, S., 1990, Mikrobiologi Dasar Dalam
Praktek, Gramedia. Jakarta.
Lay, Bibiana, W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Pelczar, Michael W., 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, UI Press, Jakarta.
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta.
Lay, Bibiana, W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Pelczar, Michael W., 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, UI Press, Jakarta.
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta.
good
BalasHapus