Fotoperiodisitas digunakan untuk fenomena dimana fase
perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh
tumbuhan tesebut. Beberapa jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi
oleh lamanya penyinaran, terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan memasuki
fase generatifnya,misalnya pembungaan (Indramawan,
2012).
Dalam fotoperiodisme diketahui bahwa yang
terpenting bukanlah intensitas cahaya melainkan lama ada cahaya (bukan sinar
matahari). Fenomena ini dapat kita
jumpai pada beberapa varietas tanaman (misalnya tanaman mangga)yang tempat
tumbuhnya di pekarangan dan dekat sumber cahaya (lampu listrik)berbunga diluar
musimnya.walaupun demikian, di alam banyak dijumpai tanaman yang tidak mau
berbunga bila panjang hari kurang atau lebih dari apa yang seharusnya diutuhkan (Ansal, 2012).
Pada dasarnya pengaruh radiasi terhadap pertumbuhan
tanaman terdapat dalam proses-proses (Anonim, 2012) :
1. Fotosintesa
2. Fotostimulus, misalnya fotoperiodisme.
Fotosintesa
memerlukan intensitas radiasi yang lebih besar dari fotoperiodisme, pada
umumnya kecepatan fotosintesis tanaman bertambah tinggi dengan naiknya
intensitas cahaya. Pada nilai-nilai intensitas cahaya tertentu, kecepatan
fotosintesa tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya karena daun telah jenuh dengan
cahaya.
Beberapa tumbuhan akan memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang (>14 jam) dalam setiap periode sehari semalam; sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan memasuki fase generatif jika menerima penyinaran singkat (<10 Jam) (Anonim, 2012) :
Beberapa tumbuhan akan memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang (>14 jam) dalam setiap periode sehari semalam; sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan memasuki fase generatif jika menerima penyinaran singkat (<10 Jam) (Anonim, 2012) :
1. Kelompok tumbuhan yang membutuhan lama penyinaran yang
panjang disebut tumbuhan hari panjang (long-day plant),
tumbuhan
yang akan berbunga pada musim semi dan awal musim panas, yaitu pada saat
matahari bersinar lebih dari 12 jam, biasanya antara 14-16 jam sehari.
2. kelompok tumbuhan yang membutuhkan lama penyinaran yang
sngkat disebut tumbuhan hari pendek (short-day plant),
, tumbuhan
yang akan berbunga di akhir musim panas atau musim gugur, yaitu pada saat
matahari bersinar kurang dari 12 jam.
3. kelompok tumbuhan yang fase perkembangan tidak
dipengaruhi oleh lama penyinaran disebut sebagai tumbuhan hari netral
(neutral-day plant)kelompok ini akan memasuki fase generatif baik jika menerima
lama penyinaran yang panjang ataupun singkat.
Kejadian musiman sangat penting dalam siklus
kehidupan sebagian besar tumbuhan. Perkecambahan biji, pembungaan, permulaan
dan pengakhiran dormansi tunas merupakan contoh-contoh tahapan dalam
perkembangan tumbuhan yang umumnya terjadi pada waktu spesifik dalam satu
tahun. Stimulus lingkungan yang paling sering digunakan oleh tumbuhan untuk
mendeteksi waktu dalam satu tahun adalah fotoperiode, yaitu suatu panjang
relative malam dan siang. Respons fisologis terhadap fotoperiode, seperti
pembungaan, disebut fotoperiodisme (photoperiodism) (Campbell, dkk., 1999).
Fotoperiodisme
merupakan fenomena yang tersebar luas dialam. Dalam tulisannya, Garner dan
Allard (1920) telah mengemukakan bahwa migrasi burung mungkin dikendalikan oleh
fotoperiode, dan segera fotoperiodisme pada burung dibuktikan. Sejak itu,
banyak respon hewan terhadap fotoperiode telah didokumentasikan, termasuk
beberapa perubahan perkembangan pada serangga, perubahan bulu, serta
peningkatan reproduksi pada serangga reptilian, burung dan mamalia. Pada
dasarnya semua aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh
fotoperiode (Salisbury dan Ross, 1995).
Ciri utama
fotoperiodisme adalah pengukuran waktu musim dengan mendeteksi panjang siang
dan malam. Menurut nalar, fotoperiodisme termasuk contoh pengukuran wqaktu
biologis seperti iarama srikardian dan navigasi angkasa. Jika waktu diukur
dengan rentan waktu yang dibutuhkan bagi beberapa metabolit untuk diubah
menjadi bentuk lain, hal ini sejalan dengan gelas jam yang mengukur selang
waktu yang diperlukan bagi pasir untuk jatuh dari atas ke bawah melalui celah
yang sempit. Pada sistem seperti itu, hanya satu selang waktu yang diperlukan
bagi pasir yang dapat diukur, dan beberapa pengaruh luar harus memulai kembali
sistem itu (membalikkan gelas jam). Irama srikardian yang berfungsi selama
selang waktu yang panjang pada kondisi terang, dengan suhu dan faktor lain yang
konstan, tidak sama dengan gelas-jam, tetapi lebih mirip dengan bandul yang
merupakan osilator (Dwidjoseputro, 1984).
Fotoperiodisitas (panjang hari) merupakan perbandingan
antara lamanya waktu siang dan malam hari Di daerah tropis panjang siang
dan malam hampir sama. Makin jauh dari equator (garis lintang besar), perbedaan
antara panjang siang dan malam hari juga makin besar, misalnya pada garis 60o
LU: Musim panas: siang hari hampir 19 jam, malam hari 5 jam Musim dingin: siang
hari hanya 6 jam, malam hari 18 jam (Indramawan, 2012).
Sehubungan dengan fotoperiodisitas tersebut,
pada daerah-daerah 4 musim, tanaman dapat dibedakan menjadi (Indramawan, 2012):
a. Tanaman berhari pendek,
yaitu tanaman yang pembungaannya kurang dari 12 jam. Contohnya padi Oryza sativa.
b. Tanaman berhari panjang,
yaitu tanaman yang pembungaannya lebih dari 12 jam. Contohnya bayam duri Amaranthus spinosus.
c. Tanaman berhari netral,
yaitu tanaman yang pembungaannya tidak dipengaruhi oleh lamanya penyinaran.
Contohnya kapas Risinus communis.
Pada proses pembungaan yang merupakan
periode kritis adalah panjang malam (periode gelapnya). Proses pembungaan
tumbuhan tertentu dapat dirangsang dengan perlakuan temperatur rendah
(vernalisasi). Pada dasarnya vernalisasi tidak hanya untuk pembungaan tetapi
dapat pula diperlakukan pada biji-biji tumbuhan tertentu sebelum perkecambahan.
Temperatur optimum untuk vernalisasi berkisar antara 0 – 5oC. Zat yang bertanggung
jawab meneruskan rangsangan vernalisasi disebut vernalin, yaitu suatu hormon
tumbuh. Hormon tumbuh yang berperan dalam proses pembungaan disebut florigen.
Asam giberelin (GA) merupakan salah satu hormon tumbuh yang berperan dalam
proses pembungaan, tetapi tidak semua GA efektif untuk merangsang pembungaan,
misal GA6 dan GA8 (Anonim, 2012).
Semua kondisi fisik ekosistem bukan saja
faktor-faktor pembatas tetapi juga oleh faktor-faktor pengatur. Misalnya siklus
tahunan bertambah dengan naiknya garis lintang. Fotoperiodisitas dikenal
sebagai biological clock dan organisme untuk membuat mekanisme waktu yang
berubah-ubah. Biological Clock adalah mekanisme fisiologis untuk pengaturan
waktu. Di antara tumbuhan tingkat tinggi, beberapa jenis tumbuhan berbunga dengan
hari panjang (long day plants), yang lain berbunga dengan hari pendek (kurang
dari 12 jam) dikenal sebagai short day plants (Ansal, 2012).
Pada kebanyakan
kasus, rangsangan yang memulai proses pembuangan tampaknya berasal dari luar.
Suhu seringkali berfungsi sebagai perangssang kritis. Hal ini terutama benar
bagi spesies biennial, yakni tumbuhan yang memerlukan dua musim tumbuh agar
dapat melengkapi daur hidupnya. Bit, wortel, bayam merupakan tiga tanaman
biennial yang sering dijumpai. Pada musim tumbuh yang pertama, tumbuhan
tersebut mengembangkan akar, batang yang pendek, dan sekelompok daun. Selama
musim ini, makanan disimpan dalam sistem perakaran. Dengan datangnya cuaca yang
dingi, maka pucuknya akan mati. Musim berikutnya bunga terbentuk pada pertumbuhan
pucuk yang baru. Setelah proses reproduksi lengkap, seluruh tanaman mati. Akan
tetapi, perbungaan tidak terjadi pada musim kedua, kecuali jika tanaman
dibiarkan dalam cuaca dingin selam musim dingin. Masih ada faktor lain yang
memicu proses pembungaan pada banyak spesies tumbuhan yaitu perubahan pada
interval penyinaran sehari-hari terhadap tumbuhan (Kimball, 1992).
Bintil akar pengikat N dalam tanah pada
tanaman polong dikontrol oleh fotopriodisitas yang bekerja melalui daun-daun,
karena bakteri pengikat N pada bintil akar memerlukan energi makanan yang
dihasilkan oleh daun-daun tanaman untuk melakukan kegiatan mereka. Koordinasi
yang maksimum antara tanaman dan pola mikrobia lalu ditingkatkan oleh pengatur
fotoperiodisitas (Ansal, 2012).
Aplikasi hari-pendek dengan penyinaran
selama 8 jam akan meningkatkan inisiasi bunga pada Rhododendron. Pengaruh
hari-pendek direncanakan untuk diaplikasikan pada spesies pohon temperate,
mengingat bahwa inisiasi bunga secara normal terjadi pada musim gugur seiring dengan
berkurangnya panjang hari. Namun demikian, pembentukan kuncup bunga pada apel
lebih berhasil dilakukan pada 14 jam penyinaran dibandingkan dengan 8 jam, yang
mengindikasikan bahwa pada tanaman ini panjang hari di musim panas memberikan
hasil yang berbeda nyata (Indramawan, 2012).
Beberapa tumbuhan akan memasuki fase
generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika tumbuhan tersebut menerima
penyinaran yang panjang (>14 jam) dalam setiap periode sehari semalam;
sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan memasuki fase generatif jika
menerima penyinaran singkat (<10 Jam). Kelompok tumbuhan yang membutuhan
lama penyinaran yang panjang disebut tumbuhan hari panjang (long-day plant) dan
kelompok tumbuhan yang membutuhkan lama penyinaran yang singkat disebut
tumbuhan hari pendek (short-day plant, kelompok tumbuhan yang fase perkembangan
tidak dipengaruhi oleh lama penyinaran disebut sebagai tumbuhan hari netral
(neutral-day plant) kelompok ini akan memasuki fase generatif baik jika
menerima lama penyinaran yang panjang ataupun singkat. Jadi dari hal tersebut
di atas, dalam fotoperiodisme diketahui bahwa yang terpenting bukanlah
intensitas cahaya melainkan lama ada cahaya (bukan sinar matahari). Fenomena
ini dapat kita jumpai pada beberapa varietas tanaman (misalnya tanaman mangga)
yang tempat tumbuhnya di pekarangan dan dekat sumber cahaya (lampu listrik)
berbunga diluar musimnya.walaupun demikian, di alam banyak dijumpai tanaman
yang tidak mau berbunga bila panjang hari kurang atau lebih dari apa yang seharusnya
diutuhkan. Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan tumbuhan akan lama
penyinaran yang ideal, lama penyinaran ini dapat dimanipulasi (diperpanjang atau
dipersingkat) (Sanusi, 2012).
Pada proses pembungaan yang merupakan
periode kritis adalah panjang malam (periode gelapnya). Proses pembungaan
tumbuhan tertentu dapat dirangsang dengan perlakuan temperatur rendah
(vernalisasi). Pada dasarnya vernalisasi tidak hanya untuk pembungaan tetapi
dapat pula diperlakukan pada biji-biji tumbuhan tertentu sebelum perkecambahan.
Temperatur optimum untuk vernalisasi berkisar antara 0 – 5 0C. Zat
yang bertanggung jawab meneruskan rangsangan vernalisasi disebut vernalin,
yaitu suatu hormon tumbuh. Hormon tumbuh yang berperan dalam proses pembungaan
disebut florigen. Asam giberelin (GA) merupakan salah satu hormon tumbuh yang
berperan dalam proses pembungaan, tetapi tidak semua GA efektif untuk
merangsang pembungaan, misal GA6 dan GA8 (Sanusi, 2012).
Semua kondisi fisik ekosistem bukan saja
faktor-faktor pembatas tetapi juga oleh faktor-faktor pengatur. Misalnya siklus
tahunan bertambah dengan naiknya garis lintang. Fotoperiodisitas dikenal
sebagai biological clock dan organisme untuk membuat mekanisme waktu yang
berubah-ubah. Biological Clock adalah mekanisme fisiologis untuk pengaturan
waktu. Di antara tumbuhan tingkat tinggi, beberapa jenis tumbuhan berbunga
dengan hari panjang (long day plants), yang lain berbunga dengan hari pendek
(kurang dari 12 jam) dikenal sebagai short day plants (Sanusi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Pembungaan Tumbuhan. http://pustaka.ut.ac.id/.Diakses pada tanggal 14 Maret 2012, pukul 21:15 WITA.
Ansal, B., 2012. Faktor Pembatas dan Lingkungan Fisik. http://akuakulturunhas.blogspot.com. Diakses pada tanggal 14 Maret 2012. pukul 21:20 WITA.
Campbell, N. A, J. B. Reece dan L. E. Mitchell, 1999. Biologi. Erlangga: Jakarta.
Dwidjoseputro, D., 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia: Jakarta.
Indramawan, S., 2012. Pembungaan Angiospermae. http://sony042. wordpress.com. Diakses pada tanggal 14 Maret 2012, pukul 21:30 WITA.
Kimball, J.W., 1992. Biologi Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Salisbury. F. B. dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB Press: Bandung.
Sanusi, Ahmad, 2012. Respon Tanaman Terhadap Penyinaran, http://www.sanoesi.wordpess.com. Diakses pada tanggal 14 Maret 2012, pukul 20.23 WITA.
kok ga ada pmbhansan nya?
BalasHapus