Senin, 10 Desember 2012

STRUKTUR PAYUDARA DAN LAKTASI


Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dan payudara ibu. Bayi menggunakan reflex mengisap untuk mendapatkan dan menelan susu. Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa ASI adalah gizi terbaik untuk bayi. Para pakar masih memperdebatkan berapa lama periode menyusui yang paling baik dan seberapa jauh risiko penggunaan susu formula.
Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau wanita lain. ASI juga dapat diperoleh dan diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau pipet. Susu formula juga tersedia bagi para ibu yang tidak bisa menyusui atau memilih untuk tidak menyusui bayinya, namun para ahli sepakat bahwa kualitas susu formula tidak ada yang sebaik ASI. Pada banyak Negara, pemberian susu formula terkait dengan tingkat kematian bayi akibat diare, tetapi apabila pembuatannya dilakukakan dengan hati-hati dan bersih, susu formula cukup aman.
Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama atau bahkan lebih lama lagi. Organisasi tersebut antara lain WHO, American Academy of Pediatrics, dan Departemen Kesehatan.
1. Struktur Payudara
Anatomi Payudara
Kelenjar mamae atau payudara (buah dada) adalah perlengkapan pada organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu. Pada wanita, kelenjar mamae mulai berkembang pada umur 11-12 tahun. Kelenjar mamae tumbuh menjadi besar pada bagian lateral linea aksilaris anterior/media sebelah cranial ruang interkostalis III dan sebelah kaudal ruang interkostalis VII-VIII.
Kelenjar mammae terdapat di atas bagian luar fasia torakalis superfisialis di daerah jaringan lemak subkutia. Ke arah lateral sampai ke linea aksilaris media; kearah medial melewati linea media mencapai kelenjar mamae sisi yang lain; ke arah bawah mencapai daerah aksilia (lipatan ketiak).

Struktur Makroskopis
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu sebagai berikut.
1.    Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2.    Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3.    Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung saraf, pembuluh darah, pembulh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi, maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut.



Ada empat macam bentuk putting, yaitu bentuk normal/umum, pendek/datar, panjang, dan terbenam (inverted). Namun, bentuk-bentuk puting ini tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi karena pada dasarnya bayi menyusu pada payudara ibu bukan putting. Pada beberapa kasus dapat terjadi di mana puting tidak lentur, terutama pada bentuk putting terbenam sehingga butuh penanganan khusus.
Struktur Mikroskopis
Pada bagian dalam badan payudara terdapat bangunan yang disebut alveolus, yang merupakan tempat air susu diproduksi. ASI yang dihasilkan oleh alveolus dialirkan ke dalam saluran kecil (diktulus) lalu beberapa saluran kecil yang bergabung menmbentuk saluran yang lebih kecil (duktus). Pada bagian bawah areola, saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus laktiferus. Akhirnya semua saluran yang besar ini terpusat di dalam puting dan bermuara ke luar. Pada bagian dalam dinding alveolus maupun saluran, terdapat otot polos yang bilang berkontraksi dapat memompa ASI keluar. Masing-masing payudara terdiri atas 15-20 lobus, yang dipisahkan oleh jaringan ikat, mengandung jaringan glandular yang tersusun sebagai suatu sistem duktus-alveolus. Pada masing-masing lobus terdiri dari atas 20-40 lobulus, selanjutnya masing-masing lobulus terdiri atas 10-100 alveoli. Bagian dalam alveoli terdiri atas duktulus terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan miopitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.
Pembuluh darah payudara berasal dari arteri mammaria interna dan arteri torakalis lateralis (artery thoracica lateralis). Vena superficial mamae mempunyai banyak anastomosis bermuara ke vena mammaria inferna dan vena torakalis interna (vena thoracica interna/epigastrika), sebagian besar bermuara ke vena torakalis lateralis (vena thoracica lateralis).

Pembuluh Limfe Mamae
1.    Aliran limfe superfisialis 75% mengalir ke saluran torakalis berjalan bersama arteri dan vena di pinggir lateral muskulus pektoralis mayor (musculus pektoralis mayor) bermuara di nervus 11 aksilaris dan nervus supraklaviklaris (nervus supraclavicularis).
2.    Aliran limfe profunda mengalir ke dinding toraks menembus muskulus pektoralis mayor bermuara ke nervus 11 pektoralis sepanjang arteri dan mammaria interna.
3.    Bagian medial aliran limfe subkutan berhubungan dengan kedua mamae dan bermuara ke nervus 11 supraklavikularis.

2. Tahap Perkembangan Payudara
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon estrogen dan progesteron yang membanti maturasi alveoli, sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Saat lahir, sebagian besar payudara terdiri atas duktus laktiferus dengan jumlah sedikit, mungkin juga ada alveoli. Kelenjar mammae yang rudimeter ini memiliki sedikit fungsi sekretorik (air susu palsu) dalam beberapa hari setelah lahir. Sekresi payudara pada masa neonatal terjadi akibat kadar prolaktin yang tinggi pada bayi baru lahir setelah pajanan payudara janin sebelumnya terhadap konsentrasi estrogen plasenta yang tinggi selama kehamilan. Setelah estrogen plasenta hilang dari sirkulasi neonatal, payudara memasuki fase tenang sampai pubertas. Pada onset pubertas, estrogen ovarium menginduksi pertumbuhan sistem duktus laktiferus.
Duktus-duktus ini bercabang-cabang selama pertumbuhannya dan ujung duktus ini membentuk massa sel kecil dan padat. Struktur ini akan mebentuk alveolus lobular. Payudara dan alveoli kemudian membesar. Saat menarche, sekresi estrogen dan progesteron siklik dimulai dan akan terjadi fase tambahan pada pertumbuhan duktus dan lobulus yang rudimeter. Kortikosteroid adrenal selanjutnya akan meningkatkan perkembangan duktus. Payudara ters membesar selama beberapa waktu setelah menarche akibat timbunan lemak dan jaringan ikatan bahan. Diferensiasi dan pertumbuhan akhir payudara tidak akan terjadi sampai kehamilan.
Pertumbuhan dan perkembangan payudara dapat dibagi menjadi empat fase yaitu istirahat, perkembangan (kehamilan), sekresi susu (laktasi), dan involusi. Saat lahir, struktur hanya sebuah puting payudara dan beberapa duktus rudimenter, dengan sedikit atau tanpa alveolus yang mencerminkan asal evolusi dari modifikasi kelenjar keringat apokria. Sampai pubertas, satu-satunya perkembangan yang mungkin terjadi adalah percabangan duktus. Penurunan insiden kanker payudara dapat terjadi pada populasi yang banyak mengonsumsi fito-estrogen (senyawa mirip estrogen yang berasal dari tumbuhan). Diperkirakan fito-estrogen merangsang perkembangan sel payudara pada masa anak dan pubertas sebelum kehamilan. Sel yang berdiferensiasi baik ini mungkin lebih resisten terhadap pembentukan tumor.

3. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan pra-susu yang dihasilkan dalam 24-36 jam pertama setelah melahirkan (pasca-persalinan). Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya kandungan immonuglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memsuki bayi. IgA ini juga membantu dalam mecegah bayi mengalami alergi makanan.
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara. Kolostrum mengandung jaringan debris dan material residual yang terdapat dalam alveoli, serta duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium.
Beberapa manfaat kolostrum bagi bayi adalah sebagai berikut:
1.    Menjadi pencahar yang ideal untuk membersihkan mekoneum dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi yang akan datang.
2.    Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matur, tetapi berlainan dengan ASI yang telah matur, pada kolostrum protein yang utama adalah globulin (gamma globulin).
3.    Lebih banyak mengandung antibodi dibadingkan ASI yang matur sehingga dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai usia 6 bulan.
4.    Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan ASI matur.
5.    Mineral, terutama natrium, kalium, dan klorida lebih tingggi jika dibandingkan dengan susu matur.
6.    Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur, hanya 58 kal/100 ml kolostrum.
7.    Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
8.    Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak.
9.    Kadar pH lebih alkalis dibandingkan ASI matur.
10. Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin dibandingkan dengan ASI matur.
11. Volume berkisar 150-300 ml/24 jam.
12. Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar antibodi pada bayi.
4
4. Fisiologi Laktasi
Laktasi berarti suatu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI yang membutuhkan calon ibu yang siap secara psikologis dan fisik, kemudian bayi yang telah cukup sehat untuk menyusu, serta produksi ASI yang telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi, di mana volume ASI 500-800 ml/hari.
Ketika bayi mengisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju ke reservoir susu yang berlokasi di belakang areola lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan di mana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara.
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi, perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan 7-8 memegang peranan penting dalam menentukan berhasilnya menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memperoduksi ASI cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik. Dengan perawatan payudara yang baik, puting tidak akan lecet sewaktu diisap bayi.

Siklus Laktasi
1.    Laktogenesis Stadium 1 (kehamilan): penambahan dan pembesaran lobulus alveolus.
2.    Laktogenesis Stadium 2 (akhir kehamilan sampai 2-3 hari postpartum): produksi ASI.
3.    Laktogenesis Stadium 3 (galaktopoeisis): sekresi ASI.
4.    Involusi (berkurangnya kelenjar mamae): mulai 40 hari setelah berhenti menyusui.

5. Produksi Air susu
Proses laktasi merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam-macam hormon. Salah satunya pembentukan kelenjar payudara, yang dibagi menjadi beberapa tahap, antara lain sebagai berikut:
1.    Sebelum pubertas
Duktus primer dan sekunder sudah terbentuk pada masa fetus. Mendekati pubertas terjadi pertumbuhan yng cepat dari sistem duktus terutama di bawah pengaruh hormon estrogen, sedangkan pertumbuhan alveoli oleh hormon progesteron. Hormon yang ikut berperan dalam pertumbuhan kelenjar payudara adalah prolaktin yang dikeluarkan oleh kelenjar
 Adenohipofisis (hipofisis anterior). Hormon yang kurang peranannya adalah hormon adrenalin, tiroid, paratiroid, dan hormon pertumbuhan.
2.    Masa pubertas
Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabangan-percabangan sistem duktus, proloferasi, dan kanalisasi dari unit-unit lobuloalveolar yang terletak pada ujung-ujung distal duktulus. Jaringan penyangga stroma mengalami organisasi dan membentuk septum interlobular.
3.    Masa siklus menstruasi
Perubahan-perubahan kelenjar payudara wanita dewasa berhubungan dengan siklus menstruasi dan perubahan-perubahan hormonal yang mengatur siklus tersebut seperti estrogen dan progesteron yang dihasilkan korpus luteum. Bila kadar hormon ini meningkat, maka akan terjadi edema lobulus, penebalan dari basal membran epitel dan keluarnya bahan dalam alveoli. Secara klinis akan dirasakan payudara berat dan penuh. Setelah menstruasi, di mana kadar estrogen dan progesteron berkurang, yang berperan hanya prolaktin saja, terjadi degenerasi dari sel-sel kelenjar air susu beserta jaringan yang mengalami proliferasi, edema berkurang sehingga besarnya payudara berkurang namun tidak kembali seperti besar sebelumnya. Hal ini menyebabkan payudara selalu bertambah besar pada setiap siklus ovulasi mulai dari permulaan tahun menstruasi sampai umur 30 tahun.
4.    Masa kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru, percabangan-percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon-hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon-hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, korionik gonadotropon, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid, dan hormon pertumbuhan.
1.    Pada 3 bulan kehamilan
Prolaktin dari adenohipofisis (hipofisis anterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini, pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesteron, tetapi jumlah protein meningkat, hanya aktivitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
2.    Pada trimester kedua kehamilan
Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu telah terbukti kebenarannya. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada skema 6.1.
 Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi, sedangkan ASI adalah cairan dengan komposisi khas untuk menjamin pertumbuhan optimal pada tiap spesies. Ketika bayi mengisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju ke reservoir susu yang berlokasi di belakang areola lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara.
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak, serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payuara yang dirasa tegang dan sakit. Segera setelah terjadi kehamilan, maka korpus luteum berkembang terus dan mengeluarkan estrogen dan progesteron untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya dapat memberikan ASI.
Hormon-hormon yang memengaruhi pembentukan ASI adalah sebagai berikut:
1.    Progesteron.
Memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
2.    Estrogen
Menstimulasi sistem saluran ASI membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui.
3.    Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan. Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI, kadar hormon ini meningkat selama kehamilan. Kerja hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Peristiwa lepas ata keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan akan membuat kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur menurun sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin. Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi, dengan kata lain mempunyai fungsi kontrasepsi. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada malam hari.

4.    Oksitosin
Hormon ini mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu.

5.    Human Placental Lactogen (HPL)
Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI juga bisa diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).

6. Proses Pembentukan Laktogen

Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase laktogenesis I. saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Akan tetapi, bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.



Laktogenesis II
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase laktogenesis II.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Hal ini berarti memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.

Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi mengisap, serta juga seberapa sering payudara dikosongkan.

Produksi ASI yang rendah diakibatkan oleh kurangnya menyusui atau memijat payudara. Apabila bayi tidak mengisap ASI secara efektif, hal ini dapat diakibatkan oleh struktur mulut dan rahang yang kurang baik, teknik perlekatan yang salah, kelainan endokrin ibu (jarang terjadi), jaringan payudara hipoplastik, kelainan metabolisme atau pencernaan bayi sehingga tidak dapat mencerna ASI, serta kurangnya gizi ibu.
Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada umumnya, menyusui atau memeras ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masa-masa awal menyusui, khususnya empat bulan pertama, bukanlah hal yang aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu karena rata-rata bayi yang menyusui adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. Menyusui on-demand adalah menyusui kapan pun bayi meminta (artinya akan lebih banyak dari rata-rata). Cara ini merupakan cara terbaik untuk menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang. Akan tetapi perlu diingat, bahwa sebaiknya menyusui dilakukan dengan durasi yang cukup lama setiap kalinya dan tidak terlalu sebentar sehingga bayi menerima apapun foremilk dan hindmilk secara seimbang.

Penghambat produksi ASI adalah sebagai berikut:
1.    Feedback inhibitor: suatu faktor local, bila saluran ASI penuh mengirim impuls untuk mengurangi produksi. Cara mengatasi: saluran dikosongkan secara teratur (ASI eksklusif dan tanpa jadwal).
2.    Stress/rasa sakit: akan menghambat atau inhibisi pengeluaran oksitosin. Misalnya pada saati sinus laktiferus penuh/payudara sudah bengkak.
3.    Penyapihan.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui jumlah ASI cukp atau tidak adalah sebagai berikut:
1.    ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui putting susu.
2.    Sebelum disusukan pada bayi, payudara terasa tegang.
3.    Berat badan bayi naik sesuai dengan umur.
4.    Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tidur/tenang selama 3-4 jam.
5.    Bayi berkemih sekitar 8 kali sehari.

Tabel  Kenaikan berat badan dihubungkan dengan usia bayi
Usia bayi
Kenaikan Berat Badan Rata-rata
1-3 bulan
700 gram/bulan
5 bulan
Dua kali berat badan waktu lahir
4-6 bulan
600 gram/bulan
7-9 bulan
400 gram/bulan
10-12 bulan
300 gram/bulan
1 tahun
Tiga kali berat badan waktu lahir

Dua tanda yang menunjukkan bahwa bayi kurang mendapat cukup ASI adalah sebagai berikut:
1.    Urine bayi berwarna kekuningan pekat, berbau tajam, dan jumlahnya sedikit. Bayi BAK kurang dari 6 kali sehari, keadaan ini menunjukkan bayi kekurangan cairan yang berasal dari ASI.
2.    Perkembangan berat badan bayi kurang dari 500 gram per bulan dan ini menunjukkan bayi kurang mendapat asupan yang baik selama 1 bulan terakhir. Apabila diberikan ASI secara eksklusif (0-6 bulan) dapat mencukupi kebutuhan bayi.


Komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu, yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
1.    Stadium laktasi.
2.    Ras.
3.    Keadaan nutrisi.
4.    Diet ibu.

7. Pengeluaran Air Susu
Bagaimana payudara menghasilkan ASI, dimulai saat bayi mengisap payudara dan menstimulasi ujung saraf. Saraf memerintahkan otak untuk mengeluarkan dua hormon yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin merangsang alveoli untuk menhasilkan lebih banyak air susu. Oksitosin menyebabkan sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi, mendorong air susu masuk ke saluran penyimpanan, dan akhirnya bayi dapat mengisapnya. Semakin bayi mengisap. Semakin banyak susu yang dihasilkan.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan pengaruh estrogen akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca- persalinan sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflex yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks dan aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

Refleks Prolaktin
Refleks prolaktin adalah suatu stimuli atau perangsangan produksi ASI yang membutuhkan impuls saraf dari puting susu, hipotalamus, hipofisis anterior, prolaktin, alveolus, dan tentunya ASI itu sendiri.
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum, maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Isapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara karena ujng-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal tiga bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak aka nada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.

Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke-2-3. Pada ibu menyusui, kadar prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu, hubungan kelamin, serta obat-obatan tranqulizer hipotalamus. Sementara itu, keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah gizi ibu yang buruk dan obat-obatan seperti ergot, I-dopa. 

Refleks Aliran (Let Down Refleks)
Refleks aliran yaitu sekresi atau pengeluaran ASI, impuls saraf, puting susu, hipofisisposterior, oksitosin, kontraksi otot polos supaya ASI keluar. Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofisis) yang kemudian dikeluarkan oksitosisn. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi otot pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan memengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus, selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi; sedangkan faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah stress, seperti keadaan bingung/pikiran kacau, takut, dan cemas. Jalannya refleks let down

Bila ibu stress dalam menyusui, maka aka nada suatu blokade dari refleks let down. Keadaan ini disebabkan adanya pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan vasokontraksi dari pembuluh darah alveoli sehingga oksitosin tidak dapat mencapai organ mioepitelium. Akibatnya akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli yang secara klinis tampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat abses, gagal untuk menyusui dan rasa sakit.
Mekanisme Menyusui
Bayi yang sehat mempunyai tiga refleks intrinsik yang dibutuhkan agar menyusui berhasil.
1.    Refleks Menangkap (Rooting Reflex)
Refleks ini terlihat saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh kea rah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
2.    Refleks Mengisap (Sucking Reflex)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi agar puting dapat mecapai palatum. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan antara gusi, lidah, dan palatum sehingga ASI keluar.
3.    Refleks Menelan (Swallowing Reflex)
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung.
8. Pemeliharaan Laktasi
Ketersediaan ASI pada ibu menyusui berlangsung sesuai kebutuhan. Bila bayi tidak disusui, maka ASI tidak akan keluar. Makin sering bayi disusui, maka penyediaan ASI juga makin baik. Faktor penting untuk pemeliharaan laktasi adalah rangsangan dan pengosongan payudara secara sempurna.

Rangsangan
Sebagai respons terhadap pengisapan, prolaktin dikeluarkan dari glandula pituitaria anterior, dengan demikian dapat memacu pembentukan air susu yang lebih banyak. Apabila karena suatu alas an tertentu bayi tidak dapat menyusu sejak awal, maka ibu dapat memeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau menggunakan pompa payudara. Namu, isapan bayi member rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua cara tersebut.

Pengosongan Sempurna Payudara
Sebaiknya bayi mengosongkan payudara sebelum diberikan payudara yang lain. Bila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua, maka pada pemberian ASI yang berikutnya, payudara kedua ini yang diberikan pertama kali. Jika bayi asudah kenyang dengan satu payudara, maka payudara yang kedua digunakan pada pemberian ASI berikutnya. Bila menginginkan bayi benar-benar kenyang, maka bayi perlu diberikan air susu pertama (fore milk) untuk sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara.
Apabila air susu yang diproduksi tidak dikeluarkan, maka laktasi akan tertekan (mengalami hambatan) Karena terjadi pembengkakan alveoli dan sel keranjang tidak dapat berkontraksi. ASI tidak dapat dipaksa masuk ke dalam duktus laktiferus. Rutinitas dan pola minum ASI akan terbentuk dengan sendirinya.

Produksi ASI yang rendah dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
1.    Kurang sering menyusui.
2.    Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, bisa disebabkan:
a.    Struktur mulut dan rahang yang kurang baik.
b.    Teknik perlekatan yang salah;
c.    Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi);
d.    Jaringan payudara hipoplastik;
e.    Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI.
3.    Kurangnya gizi ibu.

Faktor-faktor yang memengaruhi produksi ASI adalah sebagai berikut:
1.    Frekuensi pemberian susu.
2.    Berat bayi saat lahir.
3.    Usia kehamilan saat melahirkan.
4.    Usia ibu dan paritas.
5.    Stress dan penyakit akut.
6.    Mengonsumsi rokok.
7.    Mengonsumsi alkohol.
8.    Pil kontrasepsi.

Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Kendala utama seorang ibu dalam memberikan ASI pada bayi adalah produksi ASI yang tidak lancar.
Pada saat menyusui, sekitar 1,5 liter susu mungkin dibentuk setiap hari. Banyak zat-zat metabolik dialirkan dari ibu, misalnya: ± 50 gram lemak masuk susu setiap hari, dan kira-kira 100 gram laktosa, yang harus dibentuk dari glukosa hilang dari ibu setiap hari. Dua sampai tiga gram kalsium fosfat mungkin juga hilang setiap hari, dan kecuali bila ibu minum susu dalam jumlah besar dan mendapatkan masukan vitamin D yang cukup, pengeluaran kalsium dan fosfat oleh kelenhar mammae yang sedang laktasi akan jauh lebih besar daripada masukan zat-zat ini. Untuk menyuplai kalsium dan fosfat yang dibutuhkan, kelenjar paratiroid sangat membesar dan tulang secara progresif mengalami dekalsifikasi. Masalah dekalsifikasi biasanya tidak besar selama kehamilan, tetapi hal ini dapat menjadi masalah yang nyata selama laktasi.

ASI menurut Stadium Laktasi adalah sebagai berikut:
1.    Kolostrum.
Merpakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kunging dibandingkan dengan susu yang matur. Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat. Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah.
2.    Air susu masa peralihan.
Ciri dari air susu pada masa peralihan adalah sebagai berikut:
a.    Peralihan ASI dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.
b.    Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi atau teori lain yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.
c.    Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi.
d.    Volumenya juga akan meningkat.
Waktu
Protein*
Karbohidrat*
Lemak*
Hari ke-5
2,00
6,42
3,2
Hari ke-9
1,73
6,73
3,7
MInggu ke-34
1,30
7,11
4,0
Tabel 6.2 Komposisi ASI menurut I.S Kleiner dan J.M Osten.



      * dalam satuan gram/100 ml ASI
3.    Air susu matur.
Ciri dari air susu matur adalah sebagai berikut:
a.    ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan (ada pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5).
b.    Pada ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi. ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.
c.    Suatu cairan berwarna putih kekunig-kuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseinant, riboplavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya.
d.    Tidak menggumpal jika dipanaskan.
e.    Terdapat antimikrobial faktor.
f.     Interferon producing cell.
g.    Sifat biokimia yang khas, kapasitas bufer yang rendah dan adanya faktor bifidus.

Beberapa jenis ASI adalah sebagai berikut:
1.    Kolostrum, diproduksi pada beberapa hari pertama. Jenis air susu ini sangat kaya protein dan antibodi, serta sangat kental. Pada awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok teh saja. Kolostrum melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri.
2.    Foremilk, disimpan pada saluran penyimpanan dan keluar pada awal menyusui. Dihasilkan sangat banyak dan cocok untuk menghilangkan rasa haus bayi.
3.    Hindmilk, keluar setelah foremilk habis, saat menyusui hamper selesai. Jenis air susu ini sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin; mirip dengan hidangan utama setelah sup pembuka. Bayi memerlukan foremilk dan hindmilk.

Berikut adalah kebaikan ASI
1.    Steril, aman dari pencemaran kuman.
2.    Selalu tersedia dengan suhu yang optimal.
3.    Produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
4.    Mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman atau virus.
5.    Bahaya alergi tidak ada.

Antimikrobial faktor dalam ASI, antara lain sebagai berikut:
1.    Antibodi terhadap bakteri dan virus.
2.    Sel (fagosit granulosit dan makrofag dan limfosit tipe T).
3.    Enzim (lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amylase, fosfodiesterase, alkalinfosfatase).
4.    Protein (laktoferin, B12 binding protein).
5.    Faktor resisten terhadap stafilokokus).
6.    Komplemen.
7.    Interferron Producing Cell.
8.    Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya faktor bifidus.
9.    Hormon-hormon.

Laktoferin merupakan suatu iron binding protein yang bersifat bakteriostatik kuat terhadap Escherichia coli dan juga menghambat pertumbuhan Candida albicans. Laktobacillus bifidus merupakan koloni kuman yang memetabolisme laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan rendahnya pH sehingga pertumbuhan kuman pathogen akan dihambat.
ASI mengandung protein lebih rendah dari Air Susu Sapi, tetapi protein ASI ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi (lebih mudah dicerna). Rasio protein whey : kasein = 60:40. Hal ini menguntungkan bagi bayi karena pengendapan dari protein whey lebih halus dari pada kasein sehingga protein whey lebih mudah dicerna. ASI mengandung alfa-laktalbumin, serta mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi, yang penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Pada ASI juga mengandung kadar methionin dan sistin lebih tinggi bila dibandingkan dengan susu sapi sehingga sangat menguntungkan karena enzim sistionase yaitu enzim yang mengubah methionin menjadi sistin pada bayi sangat rendah atau tidak ada. Sistin ini merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi. Selain protein, ASI juga mengandung karbohidrat, dan karbohidrat yang utama dalam ASI adalah laktosa yang nantinya difermentasi menjadi asam laktat. Asam laktat akan membuat suasana dalam usus bayi menjadi asam sehingga dapat memberikan keuntungan sebagai berikut.
1.    Penghambatan pertumbuhan bakteri yang patologis.
2.    Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan menyintesis vitamin.
3.    Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat.
4.    Memudhkan absorpsi dari mineral, misalnya kalsium, fosfor, dan magnesium.
Kadar lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yang utama bayi, dan sumber vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K) dan sumber asam lemak yang esensial. Keistimewaan lemak dalam ASI adalah sebagai berikut:
1.    Bentuk emulsi lebih sempurna. Hal ini disebabkan ASI mengandung enzim lipase yang memecah trigleserida menjadi digliserida dan kemudian menjadi monogliserida sebelum pencernaan di usus terjadi.
2.    Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI yang terpenting adalah sebagai berikut:
a.    Rasio asam linoleik: oleik yang cukup akan memacu absorpsi lemak dan kalsium, serta adanya garam kalsium dari asam lemak akan memacu perkembangan otak bayi dan mencegah terjadinya hipokalsemia.
b.    Asam lemak rantai panjang (arachidonic dan docadexaenoic) yang berperan dalam perkembangan otak.
c.    Kolesterol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam pembentukan enzim ntuk metabolisme kolesterol yang akan mengendalikan kadar kolesterol kelak di kemudian hari.
ASI mengandung mineral yang lengkap, walau kadarnya relatif rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Jumlahnya selama laktasi adalah konstan, tetapi beberapa mineral kadarnya bergantung pada diet dan stadium laktasi. Kadar Fe dan Ca paling stabil, garam organik yang terdapat dalam ASI adalah kalsium, kalium, dan natrim dari asam klorida dan fosfat.
Kandungan air dalam ASI mencapai 88%, yang berguna untuk melarutkan zat-zat yang ada di dalamnya dan akan meredakan rangsangan haus dari bayi. Vitamin A, D, dan C cukup, sedangkan vitamin B kecuali riboflavin dan asam patothenik adalah kurang.
Kalori ASI relatif rendah, hanya 77 kalori/100 ml ASI. Sekitar 90% berasal dari karbohidrat dan lemak dan 10% berasal dari protein.

Anjuran pemberian ASI adalah sebagai berikut:
1.    Usia bayi 0-6 bulan.
ASI eksklusif memenuhi 100% kebutuhan.
2.    Usia bayi 6-12 bulan.
ASI memenuhi 60-70% kebutuhan, perlu makanan pendamping ASI yang adekuat.
3.    Usia > 12 bulan.
ASI hanya memenuhi 30% kebutuhan, ASI tetap diberikan untuk keuntungan lainnya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar