Selasa, 27 Desember 2011

PENGUKURAN KELEMBABAN RELATIF UDARA



            Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktifitas organisme di alam. Kelembaban merupakan jumlah uap air di udara, sedangkan kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air dalam udara yang dinyatakan sebagai berat per satuan udara (misalnya gram per kilogram udara). Jumlah upa air yang terdapat di udara (pada kejenuhan tertentu) dipengaruhi oleh temperature dan tekanan, sehingga kelembaban nisbi adalah persentase uap air sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan di bawah temperature dan tekanan tertentu. Kelembaban merupakan salah satu faktor ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian, keragaman vertical dan horizontal. Kelembaban relatif dapat dihitung dengan menggunakan berbagai metode dan instrumen. Ini adalah perhitungan untuk mengetahui berapa gram uap air dapat diadakan pada suhu tertentu. Biasanya udara, hangat, kapasitas yang semakin tinggi untuk menahan uap air. Setiap suhu tertentu memiliki batas memegang air, dan jumlah aktual air diselenggarakan di udara pada saat pengukuran dapat direpresentasikan dalam persentase (Umar, 2010).
            Irama harian kelembaban sangat bervariasi, tinggi pada malam hari dan rendah pada siang hari, juga adanya perbedaan horizontal dan vertikal. Kelembaban sejalan dengan temperatur dan sinar matahari mempunyai peranan penting dalam mengatur aktifitas organisme dan dalam membatasi penyebarannya (Umar, 2010).
  Jumlah uap air yang ada dalam udara diacu sebagai kelembaban. Bobot sebenarnya uap air yang ada dalam satuan bobot udara dinyatakan sebagai kelembaban mutlak. Karena suhu dan tekanan mempengaruhi kelembaban, maka biasanya diukur sebagai kelembaban relatif. Kelembaban relatif adalah persentase uap air sebenarnya ada dibandingkan dengan kadar kejenuhan dalam suhu dan tekanan yang sedang ada (Michael, 1994).
           Kelembaban adalah faktor ekologis yang penting mempengaruhi aktifitas organisme dan membatasi penyebarannya dengan keragaman harian, serta keragaman tegak dan mendatar. Kandungan uap air itu sendiri atau bersama-sama dengan suhu merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi ekologi mahluk-mahluk hidup daratan. Untuk mahluk-mahluk hidup darat, kandungan uap air harus dianggap sebagai kelembaban dalam astmosfir, air tanah untuk tanaman dan air minum untuk hewan-hewan. Banyak hewan-hewan darat seperti moluska, amfibia, isopoda, nematoda, sejumlah serangga dan antropoda lainnya di temukan hanya pada habitat-habitat atmosfernya jenuh dengan uap air (Michael, 1994).
            Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan dan demikian eratnya berhubungan sehingga diakui sebagai bagian yang paling penting dari iklim. Interaksi antara temperature dengan kelembaban, seperti pada kasus interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Sehingga temperatur memberikan efek membatasinya lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni apakah keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah, daripada keadaan itu adalah sedang-sedang saja. Demikian juga, kelembaban memainkan peranan yang lebih gawat dalam keadaan temperature ekstrim. Dengan kata lain, hal ini adalah aspek laindari asas mengenai factor interaksi (Odum, 1994).
            Organisme dapat hidup di lingkungan fisik serta dapat mengadakan adaptasi dan mengubah keadaan lingkungan fisik untuk mengurangi efek hambatan terhadap pengaruh temperature, cahaya, air dan sebagainya. Keadaan kompensasi demikian yang terutama efektif untuk tingkat komunitas meskipun juga terjadi pada tingkat spesis (Soegiarto, 1990).
            Di alam organisme tidak hanya beradaptasi terhadap lingkungan fisik dalam arti tolenrasi saja, akan tetapi juga memamfaatkan periodesitas alami untuk mengatur kegiatan dan memprogram kehidupannya. Misalnya di daratan iklim sedang, kegiatan organisme disesuaikan dengan panjang hari (Soegiarto, 1990).
            Pada ekosistem, faktor-faktor tidak bekerja sendiri-sendiri akan tetapi bekerja bersama-sama. Temperatur dan kelembaban sangat berpengaruh pada lingkungan darat. Efek pembatas dari temperature bertambah hebat apabila kelembaban dalam keadaan ekstrim, yaitu tinggi maupun rendah interaksi antara temperature dan kelembaban seperti interaksi pada faktor lain yaitu tergantung kepada nilai nisbi dan nilai mutlak dari setiap factor (Soegiarto, 1990).
Sebagai pilihan lain atau alternatif yang dapat diguanakan kertas indicator untuk mengukur kelembaban relatif. Indiokator kelembaban dibuat dengan menggunakan kobalt klorida. Kobalt klorida berwarna biru bila kering, dan berubah menjadi merah jambu bila basah. Apabila kobalt klorida berubah menjadi warna merah jambu maka konsentrasinya tinggi dan memberikan kelembaban relatif (Michael, 1994)
Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktifitas organisme di alam.Kelembaban merupakan jumlah uap air di udara, sedangkan kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air dalam udara yang dinyatakan sebagai berat air per satuan udara. Jumlah uap air yang tersimpan di udara dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, sehingga lelembaban nisbi adalah persentase uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan dibawah temperatur dan tekanan tertentu. Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor seperti ketersediaan air di suatu tempat, kuantitas dan kualitas penyinaran, suhu, tekanan udara, pergerakan angin, dan vegetasi. Kelembaban nisbi biasanya diukur dengan menggunakan termometer basah atau kering (Umar, 2010).
Kelembaban udara dalam ruangan tertutup dapat diatur sesuai dengan keingunan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkankan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan larutan, maka air dalam larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi larutan. Demikian pula halnya jika hidrat Kristal garam-garam tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup, maka air dari hidrat Kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air (Lakitan, 1994).
Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor yaitu (Umar, 2010):
a.         Suhu
b.        Tekanan udara
c.         Pergerakan angin
d.        Kuantitas dan kualitas penyinaran
e.         Vegetasi
f.         Ketersediaan air di suatu tempat (air, tanah, perairan).
              Irama harian kelembaban sangat bervariasi, terkadang tinggi pada malam hari dan rendah pada siang hari dan sebaliknya. Irama harian kelembaban ini juga dapat disebabkan karena perbedaan letak tempat baik secara horizontal maupun vertikal. Pengaruh kelembaban udara sejalan dengan temperatur dan intensitas   udara serta sinar matahari yang mempunyai peranan pemting dalam mengatur aktifitas organisme dan dalam membatasi penyebarannya (Umar, 2010).
            Kelembaban adalah jumlah uap air yang terkandung dalam udara. Istilah kelembaban biasanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari berupa kelembaban relatif (Buck, 1970). Menurut Lakitan (1994), data klimatologi untuk kelembaban udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban relatif (relative humidity, disingkat RH). Kelembaban relatif adalah perbandingan antara tekanan uap air aktual (yang terukur) dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh. Rumus untuk menentukan relative humidity (RH) adalah sbb (Lakitan, 1994):
Dimana:
ρA : Tekanan uap air aktual;
ρa : Tekanan uap air pada kondisi jenuh.
Selain kelembaban relatif, kelembaban juga ada yang disebut kelembaban absolut. Kelembaban absolut dianalogikan jika semua air dalam satu m3 dikondensasikan ke dalam suatu wadah, wadah tersebut dapat menjadi timbangan kelembaban absolut. Kelembaban absolut memiliki nilai yang berkisar dari 0 gram/m3 saat udara kering hingga 30 gram/m3 saat uap air menjadi jenuh pada suhu 30°C. Kelembaban relatif sangat penting dalam memperkirakan cuaca (Lakitan, 1994).
              Kelembaban nisbi biasanya diukur dengan menggunakan termometer basah dan kering, baik secara manual maupun dengan alat Sling Psychrometer dan Hygrograf. Apabila pembacaan pada kedua termometer basah dan kering sama, maka kelembaban nisbinya adalah 100%, tetapi apabila pembacaan termometer basah di bawah termometer kering, maka kelembaban nisbinya kurang dari 100%. Nilai sebenarnya dapat dilihat pada tabel, tetapi kalau menggunakan Sling Psychrometer dan hygrometer dapat langsung dibaca pada skala ukurannya (Umar, 2010).
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban relatif. Alat untuk mengukur kelembaban disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah alat pengawalembap (dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30o C (86o F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0o C (32o F). Kelembaban absolut mendefenisikan massa uap air pada volume tertentu campuran udara atau gas, dan umumya dilaporka dalam gram per meter kubik. Kelembaban relatif (RH) dan suhu udara merupakan salah satu parameter yang penting dalam pengukuran meteorologi. Pengukuran kelembaban relatif (RH) secara kontinyu dan kemudahan dalam  perawatan diperlukan dalam bidang perikanan dan kelautan, antara lain: perekam data RH lingkungan pantai dan lepas pantai secara in situ, manajemen cold storage untuk hasil perikanan tangkap, pengukuran dalam Hazard Analysis Critical Control Point(HACCP), analisis penyimpanan dalam kontainer, dan dengan kandungan air di dalam udara. Udara dikatakan mempunyai kelembaban yang tinggi apabila uap air yang diakandungnya tinggi, begitu juga sebaliknya. Secara matematis, kelembaban dihubungkan sebagai rasio berat uap air di dalam suatu volume udara dibandingkan dengan berat udara kering (udara tanpa uap air) di dalam volume yang sama (Odum, 1994).
Kelembaban relatif adalah rasio yang digambarkan sebagai persentase antara tekanan uap air aktual e terhadap tekanan uap jenuh es, pada suhu udara T  tertentu (Brock dan Scott, 2001) Sedangkan suhu udara adalah jumlah panas yang terkandung di udara (Lakitan, 1994).
Faktor suhu / temperatur dan kelembaban seperti pada kasus interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Jadi, suhu atau temperatur memberikan efek membatasinya lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim yakni, apakah keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah, daripada apabila keadaan demikian itu adalah sedang saja (Odum, 1994).
Kelembaban udara dalam ruangan tertutup dapat diatur sesuai dengan keingunan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkankan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan larutan, maka air dalam larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi larutan. Demikian pula halnya jika hidrat Kristal garam-garam tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup, maka air dari hidrat Kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air (Lakitan. 1994).
DAFTAR PUSTAKA

Lakitan, B. 1994. Dasar Klimatologi. PT Ragagrafindo Persada. Jakarta.
Michael. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium.
Universitas Indonesia. Jakarta.

Odum, Eugene. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Soegiarto. 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Umar, M. Ruslan. 2006. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin. Makassar.






























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
Tabel hasil pengamatan
Alat
Termometer wet and dry
sling psychrometer
Tempat
wet
dry
KR
Wet
Dry
KR
Dalam ruangan LBD
27.0
29.0
78.0
28.5
26.0
 88.8
26.0
28.0
87.0
26.5
28.5
88.0
26.0
28.0
87.0
26.5
28.5
88.0
rata- rata
26.3
28.3
84.0
27.2
27.7
88.0
Dibawah pohon Canopy
25.5
28.0
84.0
27.0
28.0
94
25.5
27.0
90.0
26.5
28.0
90
25.5
27.0
90.0
25.0
26.5
90
rata- rata
25.5
27.3
88.0
26.2
27.5
91,3
Pelataran MIPA
27.0
28.5
90.0
27.0
29.0
88
25.5
28.0
84.0
27.0
29.0
88
25.5
29.0
84.0
27.0
28.0
91
rata- rata
26.0
28.5
86.0
27.0
28.7
89

IV.2 Pembahasan
            Pada percobaan kelembaban udara dilakukan pada tiga tempat berbeda yaitu dalam ruangan (Laboratorium Biologi Dasar), di lapangan terbuka (pelataran MIPA), dan di bawah pohon (Canopy). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer dan sling psychrometer. Dan setiap alat dibagi atas yang basah dan kering. Pengukuran menggunakan kedua alat ini untuk membandingkan apakah hasil pengukuran kelembaban relatif udara pada tempat yang berbeda sama atau berbeda. Termometer digunakan dengan cara dikipas-kipas dan sling psychrometer dengan cara diputar-putar.
            Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil yang berbeda-beda pada setiap tempat, yaitu sebagai berikut :
1.        Dalam Ruang Laboratorium
Kelembaban relatif udara yang diperoleh pada percobaan di dalam laboratorium sangat tinggi yaitu 84% pada termometer dan 88% pada sling psychrometer. Hal ini dimungkinkan karena dalam ruangan tersebut tertutup sehingga terjadi sedikit penguapan, tidak ada pergerakan angin dan dalam ruangan juga terdapat kipas angin, kondisi dalam ruangan relatif tetap sehingga dalam udara terkandung banyak uap air.
2.        Di Bawah Pohon (Canopy)
Kelembaban relatif udara yang diperoleh pada percobaan di bawah pohon pada pembacaan termometer 88% dan sling psychrometer 82%. Kelembaban pada daerah ini cukup tinggi dikarenakan banyaknya vegetasi pada areal tersebut, kondisi tanah yang becek dan mengandung banyak air, serta penyinaran matahari yang terhalangi oleh pohon.
3.        Di Lapangan Terbuka (pelataran MIPA)
Kelembaban relatif udara yang diperoleh pada percobaan di lapangan terbuka pada termometer 86% dan sling psychrometer 89%. Nilai yang diperoleh pada pembacaan termometer sangat tinggi baik pada thermometer dry and wet maupun pada sling psychrometer. Ini terjadi disebabkan oleh faktor penyinaran matahari dan cuaca saat pengukuran. Saat pengukuran dilakukan waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 sehingga matahari mulai terbenam dan daerah yang terkena cahaya matahari secara langsung berkurang apalagi pelataran MIPA yaitu titik percobaan terhalangi oleh bayangan Laboratorium Fisika. Cuaca pada saat itu cukup mendung terbukti dengan banyaknya awan yang terkumpul di langit.
Berdasarkan analisis data, terlihat bahwa kondisi udara pada beberapa titik saat itu lembab atau cukup lembab. Ini terbukti dengan nilai kelembaban udara pada saat itu yang cukup tinggi sekitar 80 % keatas. Ini terjadi dapat disebabkan oleh kondisi cuaca yang cukup mendung dan keadaan sekitar yang masih basah karena hujan pada malam hari sebelum percobaan. Sebagai tambahan, tingginya persentasi kelembaban relatif mungkin juga disebabkan oleh kualitas penyinaran matahari pada pukul 17.00 WITA.














BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diraik kesimpulan sebai berikut:
1.      Terdapat perbedaan kelembaban relatif pada tiga tempat pengukuran kelembaban begitupun dengan perbedaan nilai yang  dengan menggunakan termometer dry and wet dan sling psychrometer. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kelembaban relatif pada lokasi berbeda ialah kualitas penyinaran matahari, vegetasi, pergerakan angin, suhu, dan ketersediaan air.
2.        Alat yang digunakan dalam percobaan adalah termometer yang digunakan dengan cara digantung sambil dikipas-kipas dan sling psychrometer dengan cara diputar-putar diudara.

V.2 Saran
 Setelah melakukan percobaan ini, maka saya sarankan sebaiknya pihak laboratorium mengganti alat-alat laboratorium yang telah rusak dan menambah alat-alat yang akan digunakan agar pelaksanaan praktikum lebih efektif.