Selasa, 27 Desember 2011

METODE SAMPLING BIOTIK DALAM POPULASI ATAU KOMUNITAS



Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Setiadi, 1984).


Komunitas vegetasi pada tumbuhan mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya (Syafei, 1990).
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan (Syafei, 1990).
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya (Kershaw, 1979).
Metode garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Michael, 1990).
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Umar, 2010).
Metode garis merupakan sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990).
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Michael, 1990).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1990).
Ada beberapa satuan pengukuran yang digunakan dalam menerangakn suatu populasi ataupun komunitas seperti frekuensi, kepadatan, luas penutupan, dan biomassa. Kepadatan merupakan jumlah individu per unit area atau unit volume. Dalam suatu tempat tidak semuanya merupakan tempat yang layak bagi suatu spesies hewan. Mungkin dari tempat itu hanya sebagian saja yang merupakan habitat yang layak bagi hewan tersebut. Kepadatan mutlak atau kepadatan ekologi merupakan kepadatan yang mendiami bagian tertentu (Soegianto, 1994).
Sampling fauna menentukan kepadatan mutlak itu seringkali tidak mungkin dilakukan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat indeks kepadatan yang umum digunakan untuk keperluan pembandingan. Indeks itu hanya dinyatakan seabagai jumlah individu per unit habitat atau jumlah inidividu per unit usaha, bukan lagi jumlah individu per unit luas (Soegianto, 1994).
            Sampling tumbuhan menentukan permasalahan yang sering kita hadapi  dalam menentukan suatu individu tanaman. Tumbuhan yang terbentuk pohon atau herba. Untuk tanaman yang hidup di dalam kelompok atau bereproduksi secara vegetatif dengan akar di dalam tanah, cara yang umum digunakan adalah menganggap individu-inidividu tersebut terputus-putus. Sedangkan untuk tanaman yang tumbuh dalam bentuk rumpun, maka setiap rumpun dianggap sebagi satu individu. Untuk kondisi seperti ini, jenis pengukuran yang paling cocok adalah dengan mengukur luas penutupan. Dalam ekologi, frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu dengan jumlah total sampel. Frekunsi relatif suatu spesies adalah frekuensi dari suatu spesies dibagi dengan jumlah frekuensi dari semua spesies yang terdapat dalam suatu komunitas (Soegianto, 1994).
            Biomassa merupakan berat dari suatu individu suatu populasi dam sering dinyatakan per unit luas atau volume. Luas penutupan adalah proporsi antar luas tempat yang ditutup oleh suatu spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Dalam mengukur luas penutupan ini dapat dilakukan dengan cara mengukur luas penutupan tajuk atau luas penutupan batang (Soegianto, 1994).
            Metode plot adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe organisme. Bentuk plot biasanya segi empat atau persegi ataupun dalm bentuk lingkaran. Sedangkan ukurannya tergantung dari tingkat keheterogenan komunitas. Ukuran plot umumnya ditentukan berdasarkan luasan kurva spesies tumbuhan dan hewan menetap (sessile) ataupun yang bergerak lambat, contohnya hewan tanah dan hewan yang bersarang di lubang (Umar, 2010).
            Untuk jenis vegetasi tertentu seperti padang rumput, penggunaan metode plot seringkali kurang praktis dan butuh bayak waktu. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat diakali metode transek. Metode transek ini terdapat 3 macam metode yaitu (Umar, 2010) :
1.        Line Transek
Metode ini sering digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang rumput.
2.        Belt Transek
Metode belt transek biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topografi, dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungia atu menaiki gunung dan menuruni lereng pegunungan.
3.      Metode Strip Sensus
Metode strip sensus sebenarnya sama dengan metode line transek, hanya saja penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata daratan. Metode ini meliputi, berjalan sepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi.
            Dalam luasan tertentu, individu-individu suatu populasi dapat didistribusikan secara seragam, acak, ataupun secara merumpun. Disrtibusi seragam jarang terdapat, hanya terajdi apabila kondisi lingkungan cukup seragam di seluruh luasan dan apabila terdapat persaingan kuat atau antagnisme antara individu-individu misalnya pada hutan-hutan yang lebat pohon-pohon yang tinggal hampir mempunyai  distribusi relatif atau distribusi seragam karena kompetsi untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari yang kuat (Heddy, 1986).


           DAFTAR PUSTAKA

Heddy,    Suwasono. 2011. Analisis Vegetasi Tumbuhanhttp://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 06 April 2011, pukul 20.00 WITA.
Kershaw, K. A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London. Edward Arnold Publishers.
Michael. 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa BaratBogor. Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB
Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.
Syafei. 1990. Dinamika Populasi. Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Umar, M. Ruslan, 2010. Ekologi Umum Dalam Praltikum. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar