Selasa, 27 Desember 2011

INDEKS KEANEKARAGAMAN SERANGGA DI PADANG RUMPUT




Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk menentukan indeks keanekaragaman suatu komunitas, sangatlah diperlukan pengatahuan atau keterampilan dalam mengindentifikasi hewan. Bagi seseorang yang sudah terbiasa pun dalam melakukan indentifikasi hewan sering membutuhkan waktu yang lama, apalagi yang belum terbiasa. Karena itu untuk kajian dalam komunitas dan indeks keanekaragaman sering didasarkan pada kelompok hewan, misalnya, familia, ordo atau kelas dan hal ini pun dibutuhkan cukup keterampilan dan pengalaman. Mengingat keanekaragaman spesies dan jumlah hewan yang berada di daerah tropis jauh lebih banyak di bandingkan dengan daerah temperatur dan daerah beriklim dingin. Untuk beberapa tujuan yang praktis, ada suatu cara penentuan untuk mendukung indeks keanekaragaman suatu habitat/komunitas tanpa harus mengetahui nama masing-masing jenis hewan sama atau tidak/berbeda pada pola pengurutan pengambilan sampel yang dilakukan secara aacak pada saat pengamatan di laboratorium atau di lapangan secara langsung, metode itu dikemukakan oleh Kennedy pada tahun 1997 (Umar, 2009).
Komunitas yang mengalami situasi lingkungan yang kurang menyenangkan dimana kondisi fisik terus-menerus menderita, kadang kala atau secara berkala, cenderung terdiri atas sejumlah spesies yang jumlahnya kecil tetapi berlimpah (Setiadi, 1990).
            Untuk beberapa tujuan yang paktis, ada suatu cara penentuan untuk menduga indeks keanekaragaman suatu habitat/komunitas, tanpa harus mengetahui nama masing-masing jenis hewan dan kelompok hewan. Kemampuan yang diperlukan hanya menyatakan, apakan kedua jenis hewan sama atau tidak/berbeda pada pola urutan pengambilan sampel yang dilakukan secara acak pada saat pengamatan di laboratorium atau di lapangan secara langsung, metode itu dikemukakan oleh Kennedy (Setiadi, 1990).
           Konsep komunitas adalah suatu prinsip ekologi yang penting yang menekan keteraturan yang ada dalam keragaman organisme hidup dalam habitat apapun. Suatu komunitas bukan hanya merupakan pengelompokan secara serampangan hewan dan tumbuhan yang hidup secara mandiri satu sama lain namun mengandung komposisi kekhasan taksonomi, dengan pola hubungan tropik dan metabolik yang tertentu. Konsep komunitas sangatlah penting dalam penerapan praktis prinsip-prinsip ekologi karena cara terbaik untuk mendorong atau membasmi pertumbuhan suatu organisme adalah memodifikasi komunitas dan bukannnya menanganinya secara langsung. Diantara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya beberapa spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dari oganisme dalam suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisi taksonominya namun oleh jumlh, ukuran, poduksi dan hubungan lainnya (Michael, 1990).
            Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu berdasakan pada pembedaan zona atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak dalam sifat fisik lingkungan. Angka perbandingan antara jumlah spesies dan jumlah total individu dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keragaman spesies. Ini berkaitan dengan kestabilan lingkungan dan beragam dengan komunitas berbeda. Keragaman sangatlah penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam oleh turut campurnya manusia (Michael, 1990).
            Meskipun banyak orang yang menyadari bahwa faktor lingkungan abiotik mengendalikan kegiatan oganisme, tetapi tidaklah selalu disadari bahwa organisme itu mempengauhi dan mengendalikan lingkungan abiotik dalam banyak cara. Perubahan di dalam lingkungan secara fisik dan kimia dai bahan-bahan yang tidak aktif secara tetap dipengaruhi oleh organisme yang mengembalikan senyawa baru dan sumber energi lingkungan. Kadar kimia laut dan lumpur-lumpur dasarnya sangat ditentukan oleh kegiatan organisme laut. Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada bukit pasir membangun tanah yang sangat berbeda dari substrat aslinya (Odum, 1993).
            Dalam ekologi dipelajari hubungan atau interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Pada suatu macam habitat dapat hidup berbagai macam oganisme yang saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi antara populasi dari suatu spesies dengan populasi dari lain spesies yang disebut interaksi interspesifik. Beberapa fenomena ekologis yang paling spektakuler adalah interaksi spesifik dan interaksi obligat antara populasi yang berbeda secara taksonomi. Komunitas ekologi tesusun oleh beberapa populasi yang berinteraksi pada tingkat yang bervariasi. Interaksi potensial bervariasi mulai dari interaksi yang bersifat netral, dimana dua populasi hidup bersama-sama dengan lingkungannya. Disamping itu, interaksi-interaksi antara populasi pada satu atau kedua populasi dan interaksinya dapat negatif, yaitu sifat yang merugikan populasi (Setiadi, 1990).
            Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem pertanian seperti persawahan dapat mempengaruhipertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu dalam sistem perputaran nutrisi, perubahan iklim mikro, dan detoksifikasi senyawa kimia. Serangga sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati juga memiliki peranan penting dalam jaring makanan yaitu sebagai herbivor, karnivor, dan detrivor (Bayu, 2011).
Kemampuan manusia semakin pesat, akibatnya keseimbangan lingkungan mulai goyah. Hal ini semakin diperparah oleh berbagai sikap manusia yang cenderung merusak lingkungan seperti membakar hutan, memberantas hama, dan lain-lain. Pembabatan dan pembakaran hutan menyebabkan dampak yang tidak sedikit. Hewan buas di hutan yang lingkungannya rusak bermigrasi ke desa-desa, memangsa hewan-hewan ternak, dan bahkan manusia. Karena lingkungannya tidak memberikan kenyamanan lagi bagi hewan-hewan ini sehingga berimigrasi ke perkampungan di sekitar hutan dan merusak tanaman budidaya manusia Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem (Wolf, 1992).
Setiap tingkatan biologi  sangat penting bagi kelangsungan hidup spesies dan komunitas alami, dan kesemuanya penting bagi manusia. Keanekaragaman spesies mewakili aneka ragam adaptasi  evolusi dan ekologi suatu spesies pada lingkungan tertentu. Keanekaragaman spesies menyediakan bagi manusia sumber daya alternatifnya ; contohnya, hutan hujan tropik dengan aneka variasi spesies yang menghasilkan tumbuhan dan hewan yang dapat digunakan untuk makanan, tempat bernaung dan obat-obatan (Umar, 2009).
Dalam suatu ekosistem, dapat senantiasa terjadi fluktuasi atau grafik naik turunnya secara teratur. Hal ini dapat terjadi karena adanya saling kontrol terhadap populasi konsumen biotik dalam suatu ekositem tersebut. Proses itu akan terus berjalan secara berkesinambungan dan tanpa menimbulkan goncangan ekosistem. Hal ini akan terjadi selama lingkungan tersebut berada dalam keadaan seimbang (Wolf, 1992).
Pada habitat alami seperti hutan, kerusakan karena faktor serangga herbivor sangat jarang terjadi. Hal ini mungkin disebabkan karena di dalam habitat hutan jumlah serangga karnivor lebih banyak dan keragaman jenis serangga juga jauh lebih tinggi dan kompleks dibandingkan agroekosistem (Janzen 1987). Pada lahan pertanian, adanya praktek pertanian memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap keanekaragaman serangga (Odum, 1993).
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak di kawasan tropik yang mempunyai iklim yang stabil dan secara geografi adalah negara kepulauan yang terletak diantara dua benua yaitu Asia dan Australia. Salah satu keanekaragaman hayati yang dapat dibanggakan Indonesia adalah serangga, dengan jumlah 250.000 jenis atau sekitar 15% dari jumlah jenis biota utama yang diketahui di Indonesia (Odum, 1993).
Dalam suatu komunitas yang terbentuk atas banyak spesies, beberapa diantaranya akan dipengaruhi oleh kehadiran atau ketidakhadiran anggota lain dari komunitas itu. Suatu interaksi dapat terdiri atas beberapa bentuk yang berasal dari hubungan pisitif (berguna) sampai interaksi negative (berbahaya). Bilamana sejumlah organisme bergantung pada sumber yang sama, persaingan akan terjadi. Persaingan demikian dapat terjadi antara anggota-anggota spesies yang berbeda (persaingan interspesifik) atau antara anggota spesies yang sama (intraspesifik). Perbandingan dapat terjadi dalam makanan atau ruang. Dalam hubungan persaingan antara dua spesies, ini dapat merupakan bentuk eksploitasi makanan yang tersedia dalam waktu singkat, atau merupakan gangguan bilamana organisme-organisme itu saling melukai dalam usahanya untuk mendapatkan makanan (Wolf, 1992).
Diantara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dari organisme dalam suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisitaksonominya tetapi jumlah, ukuran, produksi dan hubungan lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks keunggulannya (dominansi). Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik, atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu berdasarkan pada pembedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitas karena batas yang tajam terbentuk oleh perbahan yang mendadak dalam sifat fisika lingkungan. Angka banding antara jumlah spesies an jumlah total individu dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keanekaragaman spesies. Ini berkaitan dengan kestabilan lingkungan dan beragam komunitas berbeda (Wolf, 1992).
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekologi adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Suatu organisme tidak dapat hidup menyendiri, tetapi harus hidup bersama-sama dengan organisme sejenis dengan yang tidak sejenis. Berbagai organisme yang hidup di suatu tempat, baik yang besar maupun yang kecil, tergabung dalam suatu persekutuan yang disebut komunitas biotik. Suatu komunitas biotik terikat sebagai suatu unit yang saling ketergantungan anggota-anggotanya (Lakitan, 1994).
DAFTAR PUSTAKA

Bayu. 2011. Sejarah dan Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistemwww. bayux3.blogdetik.com. Diakses pada tanggal 16 Maret 2011 pukul 20.00 WITA.
Lakitan, B. 1994. Ekologi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Michael, P. E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium Universitas Indonesia. Jakarta.
Odum, Eugene. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Setiadi, Agus. 1990. Pengantar Ekologi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Umar, M. Ruslan. 2009. Penuntun praktikum ekologi Umum. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Wolf, L. 1992. Ekologi Umum.  Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar