Senin, 10 Desember 2012

Kehamilan dan Nifas


Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis bukan patologis. Kehamilan juga merupakan proses alamiah  untuk menjaga kelangsungan perdaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya menstruasi. Banyak hal dan banyak organ yang terlibat selama proses kehamilan.
            Organ reproduksi wanita dan payudara merupakan organ yang paling berfungsi selama proses kehamilan. Organ reproduksi wanita yang biasa disebut traktus genitalis terletak dalam rongga panggul, terbagi atas organ genitalia eksterna dan interna.
            Genitalia eksterna adalah organ reproduksi wanita yang dapat dilihat dari luar bila wanita dalam posisi litotomi, fungsinya adalah untuk kopulasi. Sementara itu, genitalia interna adalah organ reproduksi wanita yang tidak dapat dilihat dari luar, terletak di sebelah dalam dan hanya dapat dilihat dengan alat khusus atau dengan pembedahan. Mengenai pembahasan kedua organ tersebut.
            Payudara (mammae) sebagai  organ target untuk proses laktasi mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan yang dapat diamati adalah sebagai berikut.
1.    Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan berat.
2.    Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli.
3.    Bayangan vena-vena lebih membiru.
4.    Hiperpigmentasi pada areola dan puting susu.
5.    Kalau diperas akan keluar air susu (kolustrum) berwarna kuning.
            Perubahan fisiologi yang terjadi pada payudara selama kehamilan salah satunya terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Selain itu, juga terjadi peningkatan hormon somatomamotropin untuk produksi ASI sehingga menjadi lebih besar.
            Perkembangan payudara ini terjadi karena pengaruh hormon saat kehamilan yaitu estrogen, progesteron, dan somatomamotropin.
1.    Fungsi hormon yang mepersiapkan payudara untuk pemberian ASI, antara lain sebagai berikut.
a.  Estrogen
·      Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.
·      Menimbulkan penimbunan lemak dan air, serta garam sehingga payudara tampak makin besar.
·      Tekanan serat saraf akibat penimbulan lemak, air, dan garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.
b.  Progesteron
·      Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
·      Menambah sel asinus
c.  Somamotropin
·      Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin, dan lakto globulin.
·      Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.
2.    Perubahan payudara pada ibu hamil.
a.  Payudara menjadi lebih besar.
b.  Areola payudara makin hitam karena hiperpigmentasi.
c.    Glandula Montgomery makin tampak menonjol di permukaan areola mammae.
d.    Pada kehamilan 12 minggu keatas dari putting susu akan keluar cairan putih jernih (kolustrum) yang bersal dari kelenjar asinus yang mulai bereaksi.
e.  Pengeluaran ASI belum terjadi karena prolaktin ini ditekan oleh Prolactine Inhibiting Hormone (PIH).
f.    Setelah persalinan, dengan dilahirkannya plasenta, maka pengaruh estrogen, progesteron, dan somamotropin terhadap hipotalamus hilang sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan laktasi terjadi.
Gambar  5.1  Perubahan bentuk payudara pada wanita hamil.

V.1. Definisi Fisiologi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalm uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup buan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002).
            Fisiologi persalinan normal melibatkan dua hal di bawah ini.
1.    Endokrinologi persalinan.
2.    Fase-fase persalinan pada uterus.

Beberapa fase persalinan pada uterus adalah sebagai berikut.
1.    Fase O: fase tenang
a.  Relaksasi otot miometrium.
b.  Fase tenang yang normal ini terjadi pada 95% kehamilan.
c.   Serviks rigid berkontraksi/kokoh.
d.  Kadang-kadang terjadi kontraksi Braxton-hicks.
e.  Pada fase ini, uterus refrakter terhadap induksi uterotonin.
2.    Fase 1: Persiapan persalinan
a.  Ketenangan miometrium harus dihentikan.
b.  Terjadi aktivasi uterus.
c.   Perubahan progresif uterus 6-8 minggu terakhir.
d.  Terjadi perubahan serviks: melunak dan berdilatasi.
e.  Fundus uteri memproduksi kontraksi.
f.    Peningkatan yang menyolok reseptor oksitosin pada miometrium.
g.  Peningkatan jembatan antar-sel (gap junction) baik jumlah maupun area.
h.  Iritabilitas uterus meningkat.
i.    Responsif terhadap uterotonika.
j.    Transisi waktu antara kontraksi his yang adekuat
k.   Pembentukan segmen bawah uterus.
l.    Sebelum memasuki fase 2, terjadi peningkatan >50 kali lipat jumlah reseptor oksitosin pada miometrium.
m. Pada serviks, terjadi pematangan serviks yang berkaitan dengan dua perubahan.
n.  Perusakan dan penyusunan kolagen, serta perubahan dalam jumlah relatif glikosaminoglikan, yaitu peningkatan asam hialuronat yang bersifat menahan air.
3.    Fase 2: Proses persalinan
a.  Sinonim dengan kondisi in partu.
b.  Kontraksi uterus membuat dilatasi serviks.
c.   Pengeluaran janin dan plasenta.

4.    Fase 3: Puerpurium
a.  Masa puerpurium.
b.  Pemulihan ibu dari masa melahirkan anak.
c.   Kontribusi ibu untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup anak.
d.  Pemulihan fertilitas ibu.
e.  Miometrium berada dalam keadaan rigid dan berkontraksi terus-menerus sehingga menekan pembuluh darah uterina.
f.    Mencegah pendarahan postpartum
g.  Onset laktogenesis dan milk let down amat penting bagi kelangsungan hidup bayi.
h.  Involusi uterus 4-6 minggu (kembalinya uterus ke bentuk normal lagi).

Sebab Terjadinya Proses Persalinan
Penyebab pasti mulainya persalinan belum diketahui secara pasti, yang ada hanyalah teori-teori. Adapun teori-teori penyebab persalinan adalah sebagai berikut.
1.    Teori keregangan
a.  Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
b.  Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
2.    Teori penurunan Progesteron
a.  Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, di mana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
b.  Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
c.   Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

3.    Teori Oksitosin Internal
a.  Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
b.  Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga terjadi kontraksi Braxton Hicks.
c.   Menurut konsentrasi progesteron akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dimulai.
4.    Teori Prostaglandin
a.  Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
b.  Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.
c.   Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.

Dua umpan balik positif yang dapat menyebabkan kelahiran bayi adalah sebagai berrikut.
1.    Peregangan serviks menyebabkan keseluruhan korpus uteri berkontraksi dan keadaan ini meregangkan serviks lebih lanjut karena dorongan kepala bayi ke arah bawah.
2.    Regangan serviks juga menyebabkan kelenjar hipofisis menyekresikan oksitosin yang masih merupakan  penyebab lain yang meningkatkan kontraktilitas uterus.

 Persalinan Normal
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, di mana proses tersebut merupakan proses alamiah.
            Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi dari rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang kemudian janin dapat hidup ke dunia luar.
            Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi sehingga menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
            Partus normal/partus biasa merupakan proses bayi  lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala /ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat/pertolongan istimewa, tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episotomi), serta berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Jenis partus normal disebut juga persalinan spontan yang menggunakan kekuatan ibu secara alami. Selain itu, juga terdapat persalinan anjuran yang menggunakan rangsangan terlebih dahulu, tetapi selanjutnya tetap menggunakan kekuatan ibu untuk proses persalinan selanjutnya.
Beberapa faktor pendukung persalinan adalah sebagai berikut.
1.    Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, dan keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu. Kekuatan ibu atau tenaga mengedan sangat memengaruhi.
2.    Passage
Keadaan jalan lahir yang terdiri atas panggul di mana terdiri atas beberapa posisi yaitu posisi Pintu Atas Panggul (PAP), posisi  Pintu Tengah Panggul (PTP), dan posisi Pintu Bawah Panggul (PBP). Hal inilah yang mempengaruhi proses persalinan lancar atau tidaknya.
3.    Passenger
Bagian dari penumpang atau yang akan dikeluarkan nantinya  baik dari keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan atomic mayor), keadaan plasenta yang normal atau abnormal, serta keadaan cairan amnion (ketuban) yang baik dalam proses persalinan.
4.    Psikis
Keadaan kejiwaan ibu yang bisa memengaruhi persalinan secara normal atau abnormal. Bila jiwa dan kondisi ibu baik, maka persalinan akan berjalan normal dan baik, sebaliknya, bila keadaan jiwa dan kondisi ibu kurang baik, maka proses persalinan akan terhambat.
5.    Penolong
Seseorang yang berfungsi sebagai penolong yaitu tenaga kesehatan, seperti bidan, perawat, dokter, dan dukun, di mana tenaga kesehatan tersebut mampu memberikan perlindungan, pengawasan, dan pelayanan dalam proses persalinan maupun setelah persalinan selesai.

Tanda Persalinan
1.    Tanda dan gejala in partu adalah sebagai berikut.
Penipisan pembukaan serviks (effacement dan dilatasi serviks).
Effacement serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks selama tahap pertama persalinan. Serviks dalam keadaan normal memiliki panjang 2 sampai 3 cm dan tebal sekitar 1 cm, terangkat ke atas karena terjadi pemendekan gabungan otot uterus selama penipisan segmen bawah rahim pada tahap akhir persalinan.
                        Hal ini menyebabkan bagian ujung serviks yang tipis saja yang dapat diraba setelah effacement lengkap. Pada kehamilan aterm pertama, effacement biasanya terjadi terlebih dahulu daripada dilatasi. Pada kehamilan berikutnya, effacement dan dilatasi cederung bersamaan. Tingkat effacement dinyatakan dalam persentase dari 0-100%.
                        Dilatasi serviks adalah pembesaran atau pelebaran muara dan saluran serviks, yang terjadi pada awal persalinan. Diameter meningkat dari  sekitar 1 cm sampai dilatasi lengkap (sekitar 10 cm) supaya janin aterm dapat dilahirkan. Apabila dilatasi serviks lengkap, serviks tidak dapat lagi diraba. Dilatasi serviks lengkap menandai akhir tahap pertama persalinan.
2.    Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter, yang disebut kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Kekuatan primer membuat serviks menipis, berdilatasi, dan janin turun.
                        Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak memengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina.
3.    Keluarnya lendir bercampur darah (show) melalui vagina.
Sumbatan mukus yang dibuat oleh sekresi vertikal dari poliferasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan berperan sebagai barier protektif dan menutup kanal servikal pada awal kehamilan.
           

Blood show adalah pengeluaran dari mukus plug tersebut. Blood show merupakan tanda dari persalinan yang sudah dekat, yang biasanya terjadi dalam jangka waktu 24-48 jam terakhir, asalkan belum dilakukan pemeriksaan vaginal dalam 48 jam sebelumnya karena pemecahan mukus darah selama waktu tersebut mungkin hanya efek trauma minor atau pecahnya mukus plug selama pemeriksaan. Normalnya, darah yang keluar hanya beberapa tetes, perdarahan yang lebih banyak menunjukkan penyebab yang abnormal.

Pengertian His
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba fallopi memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari pacemaker yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.
            Resultan efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan lahir) yang membuka untuk mendorong isi uterus ke luar.
Penyebab terjadinya his adalah sebagai berikut.
1.    Kerja hormon oksitosin.
2.    Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi.
3.    Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.
His merupakan kontraksi miometrium yang bersifat fisiologik dan nyeri. Rasa nyeri karena his disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
1.    Hipoksia saat miometrium kontraksi.
2.    Ganglion pada serviks dan SBR.
3.    Regangan serviks uteri selama pembukaan .
4.    Regangan pada peritoneum.
His yang baik dan ideal meliputi hal-hal berikut ini.
1.    Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus.
2.    Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus.
3.    Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
4.    Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his.
5.    Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut otot akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka.

Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor berikut ini.
1.    Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
2.    Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi rangsangan nyeri.
3.    Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ansietas, atau eksitasi).
4.    Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress.l.

Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan mengandalkan posisi, bentuk panggul, serta presentasi jalan lahir. Bagian terendah dari fetus akan menyesuaikan diri terhadap panggul pada saat turun melalui jalan lahir. Kepala akan melewati rongga panggul dengan ukuran yang menyesuaikan dengan ukuran panggul.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah sebagai berikut.
1.    Penurunan kepala.
2.    Fleksi kepala.
3.    Putaran paksi dalam (PPD).
4.    Ekstensi atau defleksi kepala.
5.    Putaran paksi luar (PPL).
6.    Ekspulsi.
Penurunan Kepala
Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul (PAP) biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
            Masuknya kepala kedalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan sinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir, tepat di antara simfisis dan promotorium.
            Pada sinklitismus os pariental depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekat simfisis atau agak kebelakang mendekati promotorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada dua jenis asinklitismus, yaitu sebagai berikut.
1.    Asinklitismus posterior: bila sutura sagitalis mendekati simfisis dan os pariental belakang lebih rendah dari os pariental depan.
2.    Asinklitismus anterior: bila sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os pariental depan lebih rendah dari os pariental belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi jika berat, gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sefalopelvik dengan panggul yang berukuran normal sekalipun.
            Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kali I dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi  dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi serviks. Keadaan ini juga menyebakan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Turunnya kepala ke dalam panggul, disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
1.    Tekanan air ketuban.
2.    Tekanan langsung fundus uteri pada bokong.
3.    Kekuatan mengejan.
4.    Melurusnya badan fetus.
Fleksi Kepala
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga UUK lebih rendah dari UUB. Hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding serviks, dinding pelvis, dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika 9,5 cm menggantikan diameter suboccipito prontalis (11 cm). Sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
            Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa fleksi dapat terjadi. Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari keadaan ini terjadilah fleksi.
            Terjadinya fleksi kepala karena kepala mendapat tahanan dari serviks uteri, dinding panggul, dan dasar panggul.

Putaran Paksi Dalam
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke arah simfisis.
            Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.
1.    Pemutaran bagian terbawah dari bagian depan fetus ke depan ke arah simfisis publis, meskipun jarang ke belakang ke arah sacrum.
2.    Suatu usaha menyesuaikan diri dari posisi kepala dengan bentuk jalan lahir, khususnya PTP dan PBP.
Ekstensi Kepala
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Jika kepala yang berada dalam keadaan fleksi penuh waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi, maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.
            Suboksiput yang tertahan pada pinggir bawah simfisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: UUB, dahi, hidung, mulut, dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
            Pada dasar panggul, kepala mengadakan ekstensi/defleksi, supaya kepala dapat melalui pintu bawah panggul.
            Ekstensi kepala terjadi sebagai resultan antara dua kekuatan yaitu sebagai berikut.
1.    Kekuatan uterus yang mendesak kepala lebih ke arah belakang.
2.    Tahanan dasar panggul yang menolak kepala lebih ke depan.
Putaran Paksi Luar
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami resitusi yaitu kepala bayi memutar ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring, di dalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam di mana ukuran bahu (diameter bisa krominal) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul (PBP). Bersamaan dengan itu, kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber iskiadikum sepihak.

Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.
            Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul sehingga persalinan tidak begitu bertambah panjang. Akan tetapi, pada kira-kira 5-10% kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar.

Fase-fase persalinan
Sangat berguna untuk mendefinisikan persalinan sebagai suatu seri dari 4 fase fisiologis, yang ditandai oleh pelepasan miometrium dari efek inhibisi selama kehamilan dan aktivitas stimulan terhadap kontraktilitas uterus. Fase 0 meliputi mayoritas kehamilan. Selama fase ini, uterus tetap dalam keadaan tenang akibat satu atau lebih penghambat kontraktilitas. Zat-zat menghambat meliputi progresteron, prostasiklin, nitratoksida, peptida yang terkait dengan hormone para tiroid (parathyroid hormone-related peptide, PTHrP), peptida yang terkait dengan gen kalsitonin (calcitonin gene-related), relaksin, adrenomedulin, dan peptida intestinal vasoaktif (vasoactive intestinal peptide, VIP). Menjelang akhir kehamilan yang normal uterus mengalami proses aktifasi (fase 1). Selama aktifasi, sejumlah protein yang berhubungan dengan kontraksi meningkat di bawah pengaruh estrogen. Protein ini meliputi reseptor miometrium untuk prostaglandin dan oksitosin, kanal ion membran, koneksin 43, suatu komponen kunci pada gap junction. Peningkatan gap junction pada miometrium selama aktifasi akan mengaktifkan sel-sel miometrium terdekat secara elektrik dan memaksimalkan koordinasi gelombang kontraksi yang bergerak dari fundus uteri ke serviks. Fase 2 dalam persalinan disebut stimulasi. Selama stimulasi oksitosin dan prostaglandin (PG) yang menstimulasi seperti PGE2 dan PGE2α dapat menginduksi kontraksi pada uterus. Serviks berbilitasi. Janin, membran, dan plasenta dikeluarkan dari uterus pada proses yang disebut kelahiran. Fase 3 pada persalinan yang terjadi setelah kelahiran dan disebut involusi. Selama involusi, kontraksi yang terus-menerus pada uterus menyebabkan hemostasis yang diperlukan dan akhirnya mengurangi uterus pospartum yang membesar masif keukuran yang sedikit lebih besar dari keadaan sebelum kehamilan.
Inisiasi Persalinan
Rerata masa kehamilan manusia adalah 280 hari (40 minggu) sejak awal periode menstruasi terakhir. Pemicu yang pasti pada persalinan belum diketahui. Namun, seperti spesies lain yang melahirkan anaknya, unit fetoplasenta tampaknya mengatur pada usia gestasi berupa persalinan akan terjadi sementara waktu dimulainya proses persalinan ditentukan oleh sinyal maternal. Mekanisme yang digunakan oleh unit fetoplasenta untuk memulai persalinan bervariasi pada setiap spesies. Mekanisme manusia lebih menyerupai mekanisme yang digunakan oleh primata dibandingkan dengan mamalia lain hubungannya lebih jauh.
Domba dan tikus bergantung pada penurunan tiba-tiba progresteron untuk memulai persalinan. Sebaliknya, inisiasi persalinan pada primata melibatkan peningkatan sintesis estrogen plasenta. Estrogen tersebut tampaknya diproduksi oleh plasenta, karena pemberian estrogen sistemik tidak menginduksi persalinan aterm. Lebih jauh lagi, pemberian androstenedion akan menginduksi kontraksi dan efek ini dapat di blok dengan penghambatan aktivitas aromatase. Aktivitas aromatase plasenta meningkat pada usia aterm. Hal ini disertai oleh peningkatan produksi prekursor adrenal (misalnya androstenedion) oleh janin. Keduanya mendukung peningkatan produksi estrogen plasenta.
Stimulus untuk peningkatan produksi androgen adrenal janin saat mendekati aterm belum diketahui. Tampaknya hal tersebut tidak berasal dari hipotalamus janin (corticotrophin-releasing hormone, CRH) atau, hormon adrenokortikotropik (adrenocorticotrophic hormone, ACTH) hipofisis karena tidak adanya pembentukan otak yang semestinya pada janin anensefalus tidak memperlama kehamilan. Lebih jauh lagi, stimulus diperkirakan berasal dari plasenta. CRH plasenta merupakan kemungkinan yang paling tepat. Secara biokimia, CRH plasenta identik dengan CRH hipotalamus ibu dan janin namun berbeda dalam hal regulasinya. Glukokortikoid menyebabkan umpan balik negatif pada sintesis dan pelepasan CRH hipotalamus, namun menstimulasi produksi ACTH janin dan sintesis steroid adrenal janin (misalnya produksi androstenedion). CRH plasenta juga memiliki efek lokal pada uterus, membantu vasodilatasi plasenta, produksi prostaglandin, dan kotraktilitas miometrium.
Pada semua spesies, peningkatan sintesis prostaglandin oleh desidua dan membran janin bersama-sama membentuk jalur akhir pada persalinan. Jaringan uterus manusia secara selektif diperkaya oleh asam arakidonat, yaitu suatu asam lemak esensial yang merupakan precursor obligat untuk prostaglandin yang paling penting dalam persalinan: PGE2 dan PGF. Kedua enzim siklooksigenase, COX-1 dan COX-2, diekspresikan dalam uterus. COX-2, suatu bentuk enzim yang dapat diinduksi tampaknya sensitif terhadap induksi glukokortikoid. Bukti peran prostaglandin dalam persalinan berdasarkan adanya observasi bahwa; (i) konsentrasi PG didalam cairan amnion, plasma ibu, dan urin ibu meningkat sesaat sebelum onset persalinan; (ii) pemberian PG pada setiap tahap kehamilan memiliki kemampuan untuk menginisiasi persalinan; (iii) PG dapat menginduksi pematangan serviks dan kontraksi uterus; (iv) PG meningkatkan sensitivitas miometrium terhadap oksitosin; dan (v) inhibitor sintesis PG dapat mensupresi kontraksi dan memperlama kehamilan (misalnya inhibator COX, indometasin).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar