Kamis, 22 November 2012

UJI SANITASI LINGKUNGAN



Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi dari lingkungan disekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruangan yang digunakan dalam fermentasi dan sebagainya. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu, atau terdapat dalam droplet air (Gobel, 2008).
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau alat (wadah). Oleh karena itu sanitasi lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang akan bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau Industri (Gobel, 2008).
Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitar mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan dan dari ruangan yang digunakan untuk fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Volk dan Whleer, 1984).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari media tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia (Lay, 1992).
Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21 % dan gas lainnya 1%. Selain gas juga terdapat debu, kapang, bakteri, khamir, virus dan lain-lain. Walaupun udara bukan medium yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1988).
Jumlah mikroba yang terdapat di udara tergantung pada aktivitas lingkungan misalnya udara di atas padang pasir atau gunung kering, dimana aktivitas kehidupan relatif sedikit maka jumlah mikroba juga sedikit. Contoh lain udara di sekitar rumah, pemotongan hewan, kandang hewan ternak, tempat pembuangan sampah maka jumlah mikroba relatif banyak (Pelczar, 1988).
Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang ditularkan melalui udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang dapat ditularkan melalui udara pernapasan. Beberapa cara yang digunkan untuk membersihkan udara yaitu (Volk dan Wheeler, 1984) :
1. Menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang berterbangan.
2. Menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang mikrobanya
3. Dengan radiasi sinar ultraviolet.
Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya akan menimbulkan bakteri di udara. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara (Volk dan Wheeler, 1984).
Mikroorganisme disemburkan ke udara dari saluran pernapasan sehingga organisme-organisme tersebut mendapat perhatian utama sebagai jasad penyebab penyakit melalui udara. Beberapa diantara infeksi bakteri biasa yang disebarkan oleh udara adalah infeksi streptococus tonsil dan tenggorokan, difteria, batuk rejam dan meningitis epidermik. Tuberculosis mempunyai arti penting dari segi transpor udara, karena mikroorganisme dapat hidup lama di luar tubuh. Organisme initahan terhadap kekeringan dan mungkin tetap bertahan berbulan-bulan dalam ludah kering dan pertikel debu (Volk dan Wheeler, 1984).
Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat serta saraf kegiatan orang-orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan bercakap-cakap titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan mempunyai ukuran yang beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah akan tinggal dalam udara sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar akan berada dalam udara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut (Pelczar, 1988).
Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam populasi campuran. Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies mikroorganisme tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan dalam biakan murni (Bonang, 1982).
Flora mikroba yang terdapat di lingkungan alamiah merupakan penyebab banyak sekali proses biokimia, yang pada akhirnya memungkinkan kesinambungan kehidupan sebagaimana yang kita kenal dimuka bumi ini. Mikroorganisme misalnya merupakan penyebab terjadinya mineralisasi di dalam tanah dan perairan, yaitu proses pembebasan unsur-unsur dari senyawa-senyawa molekuler organik yang kompleks sehingga menjadi tersedia bagi kehidupan tanaman yang baru, yang pada gilirannya menunjang kehidupan hewan baru (Bonang, 1982)..
Setiap spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik dalam lingkungannya hanya selama kondisinya menguntungkan bagi pertumbuhannya dan mempertahankan dirinya. Begitu terjadi perubahan fisik atau kimia, seperti misalnya habisnya nutrien atau terjdi perubahan radikal dalam hal suhu atau pH yang membuat kondisi bagi pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka organisme yang telah beradaptasi dengan baik di dalam keadaan lingkungan terdahulu terpaksa menyerahkan tempatnya kepada organisme yang dapat beradaptasi dengan baik di dalam kondisi yang baru itu (Pelczar, 1988).
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh permukaan setiap tangan atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat perlu diperhatikan terutama yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau industri (Volk dan Wheeler, 1984).
Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat meliputi pencucian untuk menghilangkan kotoran dan sisa-sisa bahan, diikuti dengan perlakuan sanitasi menggunakan germisidal. Dalam pencucian menggunakan air biasanya digunakan detergen untuk membantu proses pembersihan. Penggunaan detergen mempunyai beberapa keuntungan karena detergen dapat melunakkan lemak, mengemulsi lemak, melarutkan mineral dan komponen larut lainnya sebanyak mungkin. Detergen yang digunakan untuk mencuci alat/wadah dan alat pengolahan tidak boleh bersifat korosif dan mudah dicuci dari permukaan (Volk dan Wheeler, 1984).
Proses sanitasi alat dan wadah ditunjukkan untuk membunuh sebagian besar atau semua mikroorganisme yang terdapat pada permukaan. Sanitizer yang digunakan misalnya air panas, halogen (khlorin atau Iodine), turunan halogen dan komponen amonium quarternair (Gobel, 2008).

    Uji Sanitasi Lingkungan

    Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dll. Manfaat sanitasi ini sebagai indikator dari tingkat kebersihan dari suatu lingkungan yang ditempati oleh manusia sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya lingkungan tersebut untuk ditinggali.
   Peran dari sanitasi adalah mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dan juga memutuskan mata rantai dari sumber. Usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan.
      Pada percobaan uji sanitasi lingkungan dilakukan 2 macam uji yaitu uji kebersihan pada tangan dan uji kebersihan pada kulit kepala. Untuk uji kebersihan pada tangan dilakukan untuk 2 kondisi yaitu tangan yang sebelum dicuci dan tangan yang sudah dicuci dengan menggunakan antiseptic.
a.       Uji kebersihan pada tangan. Pada uji kebersihan tangan digunakan medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang digunakan untuk menumbuhkan jamur dan kapang. Media PDA digunakan untuk menumbuhkan semua jenis mikroba. Tehnik yang digunakan yaitu dengan cara mengusapkan 2-3 jari yang belum dicuci ke permukaan medium PDA yang sudah padat. Begitu  juga dengan tangan yang sudah dicuci dilakukan dengan tehnik yang sama. Setelah diinkubasi selama 18 jam di inkubator pada suhu 370 C dan terdapat mikroba yang tumbuh di permukaan medium dimana warna mikrobanya adalah warna putih, dan bentuk tepi entire dan indulate. Bentuk koloni sirkuler dan rhizoid pertumbuhan di permukaan.

b.      Uji kebersihan kepala
Percobaan ini juga menggunakan medium PDA yang yang digunakan untuk menumbuhkan semua jenis mikroba khususnya jamur dan kapang. Metode yang digunakan adalah metode swab. Tapi pada percobaan ini menggunakan cotton bud yang telah disterilkan lalu digosokkan di kulit kepala dan dioleskan pada sluruh permukaan medium PDA secara perlahan dan diusahakan medium tidak rusak. Setelah itu medium disimpan dalam inkubarot selama 18 jam pada suhu 370 C.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh mikroba yang tumbuh dipermukaan media, dengan bentuk tepi undulate, warna putih, bentuk koloni toruloid. Pertumbuhan berada dipermukaan.

 Teknik isolasi mikroba
       Tehnik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba di luar lingkungan alamiahnya. Pemisahan mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya. Beberapa metode sering digunakan untuk mendapatkan kultur murni dari kultur campuran. Bentuk morfologi koloni dapat kita amati untuk melihat perbedaan seperti bentuk warna, dan ukuran. Pada percobaan ini ada 2 medium yang digunakan yaitu medium NA dan medium EMBA. Bakteri yang digunakan pada percobaan ini adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Escherichia coli merupakan bakteri gram negative berbentuk batang. Uji indol positif dan mampu memfermentasi berbagai karbohidrat seperti glukosa, laktosa, dan arabinosa. Bakteri Staphylococcus  aureus termasuk bakteri gram negatif.

    Teknik yang digunakan  yaitu  Metode Tabur/sebar. Metode tabur dilakukan dengan cara memasukkan suspensi yang berisi bakteri ke permukaan medium padat, Nutrien Agar di dalam cawan petri yang diratakan dengan menggunakan batang L sehingga suspense rata di seluruh permukaan medium. Kelebihan dari metode ini adalah pertumbuhan mikroba terjadi dipermukaan medium sehingga memudahkan untuk mengamati pertumbuhan mikroba, sedangkan kekurangan dari metode ini adalah dalam pengerjaannya membutuhkan waktu yang lebih karena dibandingkan dengan metode tuang medium yang digunakan adalah medium NA yang bisa menumbuhkan semua mikroba dan memiliki kandungan nitrogen yang sangat tinggi. Suspense yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus yang memiliki warna putih dan tepi koloni yang berbentuk entire, dan bentuk koloni yang circular/bundar.
    Pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah tidak rata pada permukaan medium. Bakteri Staphylococcus aureus termasuk bakteri gram positif. Metode tabor dimanfaatkan untuk menumbuhkan bakteri aerob, karena pada metode tabor masih terdapat udara dipermukaan medium.



DAFTAR PUSTAKA
Bonang, G., 1982, Mikrobiologi kedokteran. PT Gramedia, Jakarta.
Dwijoseputro, 1989, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Malang.
Gobel, B. Risco, dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Hadioetomo, R, S., 1990, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, Gramedia. Jakarta.
Lay, Bibiana, W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Pelczar, Michael W., 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, UI Press, Jakarta.
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta.

1 komentar: