Kronologi
PT RIM merupakan
perusahaan pertambangan mangan di desa Lante, Kecamatan Reok Barat, Kabupaten
Manggarai, Nusa Tenggara Timur yang mulai beroperasi sejak September 2012.
Proses eksploitasi telah menghasilkan sekitar 7000 ton mineral galian yang diangkut
sejak 18 Oktober sampai 1 Desember 2012 (Kompas,
4 Januari 2013). Akan tetapi proses eksploitasi dan produksi perusahaan
berhenti menjelang akhir desember lalu karena adanya konflik yang terjadi
antara warga dan perusahaan terkait kerusakan lingkungan yang terjadi (Kompas, 7 Januari 2013). Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah bahaya
longsor. Hal ini berdampak pada pertanian yang berada di daerah tersebut.
Pembahasan
Dalam rangka
mewujudkan kebijakan pelestarian lingkungan, upaya yang harus dilakukan di
sektor pertanian untuk mengurangi dampak negatif kerusakan longsor akibat
penambangan mangan adalah menumbuhkan kesadaran dan perubahan pola pikir (mind
set) pelaku industri untuk menerapkan kaidah konservasi tanah dan air pada
lahan-lahan kritis akibat proses penambangan. Untuk mendapatkan hasil kegiatan
yang optimal sehingga lahan kritis dapat berfungsi kembali sebagai unsur
produksi, siklus hidrologi, maupun perlindungan alam dan lingkungannya, maka
upaya konservasi lahan diharapkan mampu mengembalikan fungsi lahan seperti
semula.
Pada dasarnya konservasi tanah dan air dilakukan agar energi perusak (butir
air hujan dan aliran permukaan) sekecil mungkin tidak merusak, dan agregat
tanah lebih tahan terhadap pukulan butir air hujan dan aliran permukaan.
Morgan (1979) membagi tiga pendekatan dalam metode konservasi tanah dan air
sebagai berikut :
1.
Memperbaiki dan
menjaga tanah agar tahan terhadap penghancuran dan pengangkutan, serta lebih
besar daya menyerap airnya.
2.
Menutup tanah dengan
tanaman atau sisa tumbuhan agar terlindung dari butir air hujan.
3.
Mengatur aliran
permukaan sehinggs kekuatan aliran tidak merusak.
Sehubungan deangan hal tersebut diatas, maka strategi konservasi tanah dan
air dapat dibagi atas 3 metode utama yaitu :
a. Metode konservasi tanah dan air secara vegetatif
b. Metode konservasi tanah secara fisik / mekanis
c. Metode konservasi tanah dan air secara kimiawi
a. Metode konservasi tanah dan air secara vegetatif
Metode konservasi secara vegetatif adalah pengelolaan tanaman sedemikian rupa
sehingga sehingga dapat menekan laju erosi dan aliran permukaan. Tumbuhan dapat
menekan aliran permukaan dan memperkecil erosi dengan alasan sebagai berikut :
a.
Pengurangan pukulan
butir air hujan terhadap permukaan tanah akibat ter-insepsinya butir air hujan
oleh tajuk tanaman.
b.
Pengurangan kecepatan
aliran permukaan sebagai akibat meningkatnya kekasaran permukaan tanah
c.
Peningkatan agregasi
dan porositasnya tanah akibat aktifitas akar tumbuhan, dan penambahan bahan
organik sehingga laju infiltrasi air meningkat.
d.
Peningkatan kehilangan
air tanah akibat evapotranspirasi, sehingga tanah cepat kering.
Adapun yang termasuk dalam metode konservasi tanah dan air secara vegetatif
adalah sebagai berikut :
1. Penanaman dengan tanaman penutup tanah (Permanent Plant Cover)
2. Reboisasi &
Sistem pertanian hutan (Agroforestry).
1. Tanaman Penutup Tanah (Permanent Plant Cover)
Tanaman penutup tanah dapat ditanam tersendiri sewaktu lahan tidak ditanami
tanaman pokok, atau ditanam secara bersama-sama dengan tanaman pokok sebagai
penutup tanah dibawah tanaman pokok, atau bahkan sebagai pelindung tanaman
pokok. Semua tumbuhan / tanaman dapat menutup tanah dengan baik, tetapi yang
dimaksudkan dalam konservasi tanah dan air sebagai tanaman penutup tanah adalah
tanaman yang memang sengaja ditanam untuk menambah kesuburan tanah,
meningkatkan produktifitas tanah dan melindungi tanah dari erosi.
Berdasarkan habitusnya tanaman penutup tanah dapat dikelompokkan
atas 4 golongan yaitu :
a. Tanaman penutup tanah rendah
b. Tanaman penutup tanah sedang
c. Tanaman penutup tanah tinggi
d. Belukar alami dan tumbuhan yang tidak kurang disukai.
a. Tanaman Penutup Tanah Rendah
Tanaman penutup tanah rendah merupakan tanaman yang mempunyai tajuk yang
berada di dekat permukaan tanah, termasuk tanaman rumputrumputan, menjalar dan
yang beroset akar. Tanaman ini kemudian dikelompokkan lagi berdasarkan
atas sistem pola pertanamannya yaitu :
a. Yang ditanam dengan pola pertanaman rapat, contohnya : Centrosema, Colopogonium,
Mimosa dll
b. Yang ditanam dengan pola pertanaman barisan, contohnya : Ageratum Euphatorium,
Salvia, dll
c. Yang ditanam dengan pola pertanaman untuk perlindungan teras & saluran
air, contoh : Alternanthera, Oxalis, Indigofera, Ageratum, Erechites,
Borreria dll
b. Tanaman Penutup Tanah Sedang
Jenis tanaman ini mempunyai tajuk tanaman berada di atas permukaan tanah,
walaupun ketinggiannya relatif rendah. Tanaman ini kemudian dikelompokkan berdasarkan
atas sistem pola perta-namannya yaitu :
a. Yang ditanam dengan pola pertanaman teratur, diantara tanaman pokok., contohnya
: Clibadium, Euphatorium dll
b. Yang ditanam dengan pola pertanaman pagar, contohnya : Desmonium Lantana,
Crotalaria, Tephrosia, dll.
c. Yang ditanam dengan pola pertanaman diluar areal tanaman pokok yang difungsikan
sebagai sumber bahan organik, untuk penghutanan kembali atau penguat tebing
atau teras, contohnya : Graphophyllum, Leucaena, Tithonia, Cordyline,
dll
d. Tanaman Penutup Tanah Tinggi
Jenis tanaman ini mempunyai tajuk yang letaknya relatif tinggi dari
permukaan tanah. Tanaman ini kemudian dikelompokkan lagi berdasarkan atas sistem
pola pertanamannya yaitu :
a. Yang ditanam dengan pola pertanaman teratur, diantara tanaman pokok, contohnya
: Albizzia, Grevilles, Pithecellobium, Erythrina spp, Gliricidia dll.
b. Yang ditanam dengan pola pertanaman barisan, contohnya : Leucaena dll
c. Yang ditanam dengan pola pertanaman untuk melindungi jurang, tebing dan
usaha reboisasi, contohnya : Albizzia, Leucaena, Acasia, Eucalyptus, Chinchona,
Gigantochloa, Dendrocalamus, Bambusa.
Belukar Alami dan Tumbuhan Yang Kurang
Disukai Umumnya tumbuhan yang termasuk golongan ini merupakan tumbuhan atau
tanaman pengganggu tetapi berfungsi sebagai tumbuhan / tanaman penutup tanah
dan pelindung tanah terhadap bahaya erosi.
Contohnya : Imperata,
Panicum, Leersia, Saccharum, Anastropus, Paspalum dll
2. Reboisasi & Agroforestry
Reboisasi (penghutanan kembali) secara luas dapat diartikan sebagai suatu
usaha untuk memulihkan dan menghutankan kembali tanah yang mengalami kerusakan
fisik, kimia dan biologis baik secara alami maupun akibat ulah manusia.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara penanaman kembali tumbuhan di bekas
areal hutan, agar tanah hutan kembali seperti semula, sehingga kebutuhan akan
hutan dan fungsi hutan dapat dipenuhi, baik untuk keperluan produksi atau untuk
pengaturan tataguna air dan perlindungan alam dan sosial budaya.
Reboisasi merupakan cara yang cocok untuk menurunkan erosi dan aliran permukaan,
terutama jika dilakukan pada bagian hulu sungai di daerah tangkapan air untuk
mengatur banjir. Sasaran reboisasi adalah hutan-hutan kritis yaitu lahan yang
tidak sesuai dengan penggunaan lahan dengan kemampuan tanahnya, yang mengalami
atau berada dalam kerusakan fisik, kimia, biologi sehingga akan membahayakan
fungsi hutan. Tanah yang rusak tersebut dapat berupa hutan gundul, belukar,
padang ilalang atau tanah terlantar lainnya.
Tumbuhan yang digunakan biasanya tumbuhan
yang dapat mencegah erosi, baik dari segi habitus maupun umur, diutamakan
tanaman keras yang bernilai ekonomis, baik kayunya maupun hasil sampingan
lainnya. Dalam kaitannya dengan usaha konservasi, tanaman yang dipilih
hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Mempunyai sistem perakaran yang kuat, dalam, panjang, kuat dan dan luas,
sehingga membentuk jaringan akar yang rapat.
b. Pertumbuhan cepat sehingga mampu menutup tanah dalam waktu singkat.
c. Bersifat pionir, mempunyai sifat evapotranspirasi besar pada daerah
dengan curah hujan tinggi dan sebaliknya pada daerah kering.
d. Mempunyai nilai ekonomis, baik kayu maupun hasil sampingan lainnya.
e. Dapat memperbaiki kualitas / kesuburan tanah.
Reboisasi sebaiknya tidak dilakukan dengan hanya menanam satu jenis tumbuhan
saja, tetapi disarankan untuk divariasikan dengan beberapa tumbuhan, dan
disamping itu masih harus dibutuhkan tanaman penutup tanah. Adapun jenis
tumbuhan yang biasa digunakan untuk reboisasi adalah sebagai berikut :
1. Jenis berakar intensif, akar tunjang panjang dan tumbuh cepat di waktu
muda
- Balsa Ochroma bicolor Rowlee
- Dingsem Himalium tomentosum Benth
- Madoer Flemingia strobilifera Ait
- Gianti Sesbabia sesban Pers
- Johar Cassiasiamea Lamk
- Kemlandingan Leucaena glauca Linn
- Kitimoho Kleinhoviahospita L
- Luban Vitex pubescens Vahl
- Mindi Melia azedarach L
- Marmoyo Indigofera galigoides D. C.
- Sengon laut Albizzia falcata Backer
- Senu Melochia umbellata O. Stapt
- Teprosia Theprosia sp
- Waru Hibiscus tiliaceus L
- Wungu Lagerstroemia sp
- Ampupu Eucalyptus alba Reinw
2. Jenis berakar intensif, akar tunjang tumbuh cepat dan dalam, pertumbuhan
waktu muda kurang cepat.
- Asam Tamarindus indica L
- Kedinding Albizzia lebeckioides Benth
- Kesambi Schleichera oleosa Merr
- Mahoni Swietenia macrophylla King
- Pilang Acacia leucoplea Willd
- Rengas Gluta renghas L
- Sonosiso Dalbergia sissoo Roxb
- Sonokeling Dalbergia latifolia Roxb
- Tekik Albizzia lebeck Benth
- Tajuman Bunhinia
malabarica Roxb dan Trengguli Cassia fistula L.
b. Metode konservasi
tanah secara fisik / mekanis
1. Pembuatan
Teras gulud
Teras gulud adalah guludan yang dilengkapi
dengan rumput penguat dan saluran air pada bagian lereng atasnya. Teras gulud
dapat difungsikan sebagai pengendali erosi dan penangkap aliran permukaan dari
permukaan bidang olah. Aliran permukaan diresapkan ke dalam tanah di dalam
saluran air sedangkan air yang tidak meresap dialirkan ke Saluran Pembuangan
Air (SPA).
2. Pembuatan Teras bangku
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan
jalan memotong lereng dan meratakan tanah di bidang olah sehingga terjadi suatu
deretan berbentuk tangga. Ada 3 jenis teras bangku : datar, miring ke luar,
miring ke dalam, dan teras irigasi (lihat gambar). Teras bangku datar adalah
teras bangku yang bidang olahnya datar (membentuk sudut 0o dengan bidang
horizontal). Teras bangku miring ke luar adalah teras bangku yang bidang
olahnya miring ke arah lereng asli, namun kemiringannya sudah berkurang dari
kemiringan lereng asli.
Teras bangku miring ke
dalam (gulir kampak) adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah
yang berlawanan dengan lereng asli. Air aliran permukaan dari setiap bidang
olah mengalir dari bibir teras ke saluran teras dan terus ke SPA sehingga
hampir tidak pernah terjadi pengiriman air aliran permukaan dari satu teras ke
teras yang di bawahnya. Teras bangku gulir kampak memerlukan biaya yang mahal
karena lebih banyak penggalian bidang olah. Selain itu bagian bidang olah di
sekitar saluran teras merupakan bagian yang kurang/tidak subur karena merupakan
bagian lapisan tanah bawah (subsoil) yang tersingkap di permukaan tanah.
Namun jika dibuat dengan benar, teras bangku gulir kampak sangat efektif
mengurangi erosi.Teras irigasi biasanya diterapkan pada lahan sawah,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar