Menurut
Ayha (2005) ekosistem mangrove ini masuk ke
dalam lingkup ekosistem pantai sebab ia terletak di kawasan perbatasan laut dan
juga darat. Ia terletak di wilayah pantai dan juga muara sungai. Hutan
mangrove, sebagai sebuah hutan yang tumbuh di wilayah pasang dan surut akan
tergenang air di masa pasang dan akan bebas dari genangan air pada saat air
surut. Komunitas yang ada di dalam hutan mangrove ini sangat adaptif terhadap
kadar garam air laut. Sebagai sebuah ekosistem, hutan mangrove terdiri dari
beragam organisme yang juga saling berinteraksi satu sama lainnya.
Mangrove berperan penting dalam
ekosistem perairan yaitu sebagai penghasil nutrien dengan mekanisme dekomposisi
guguran daun. Ekosistem
hutan perairan mangrove sering disebut ekosistem hutan rawa dan ekosistem hutan
pasang surut, kemudian disebut ekosistem hutan pasang surut karena terdapat di
daerah pasang surut, Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis,
namun labil. Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di samping dipenuhi oleh
vegetasi mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa dan biota perairan.
Jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah perkembangan muda (saline
young soil) yang mempunyai kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan
basa dan kapasitas tukar kation yang tinggi.
1.
Kondisi Lingkungan pada Ekosistem Perairan Mangrove
Ekosistem
mangrove sebagai ekosistem peralihan antara darat dan laut telah diketahui
mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai penghasil bahan organik,
tempat berlindung berbagai jenis binatang, tempat memijah berbagai jenis
ikan dan udang, sebagai pelindung pantai, mempercepat pembentukan lahan baru,
penghasil kayu bangunan, kayu bakar, kayu arang, dan tannin. Masing-masing kawasan
pantai dan ekosistem mangrove memiliki historis perkembangan yang berbeda-beda.
Perubahan keadaan kawasan pantai dan ekosistem mangrove sangat dipengaruhi oleh
faktor alamiah dan faktor campur tangan manusia (Nybakken, 1988).
Sebagai salah
satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan.
Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan
mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut,
habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan
dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka
biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya
antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri,
dan penghasil bibit. Di bawah ini merupakan gambar dari ekosistem Mangrove.
Ciri dan Karakteristik
Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove hanya didapati di daerah
tropik dan sub-tropik. Ekosistem mangrove dapat berkembang dengan baik
pada lingkungan dengan ciri-ciri ekologik sebagai berikut (Chapman, 1976):
1. Jenis tanahnya berlumpur,
berlempung atau berpasir dengan bahan-bahan yang berasal dari lumpur,
pasir atau pecahan karang.
2. Lahannya tergenang air laut
secara berkala, baik setiap hari maupun hanya tergenang pada saat pasang
purnama. Frekuensi genangan ini akan menentukan komposisi vegetasi ekosistem
mangrove itu sendiri.
3. Menerima pasokan air tawar yang
cukup dari darat (sungai, mata air atau air tanah) yang berfungsi untuk
menurunkan salinitas, menambah pasokan unsur hara dan lumpur.
4. Suhu udara dengan fluktuasi
musiman tidak lebih dari 5ºC dan suhu rata-rata di bulan terdingin lebih dari
20ºC.
5.
Airnya payau dengan salinitas 2-22
ppt atau asin dengan salinitas mencapai 38 ppt.
6.
Arus laut tidak terlalu deras.
7.
Tempat-tempat yang terlindung
dari angin kencang dan gempuran ombak yang kuat.
8. Topografi pantai yang
datar/landai. Habitat dengan ciri-ciri
ekologik tersebut umumnya dapat ditemukan di daerah-daerah pantai yang
dangkal, muara-muara sungai dan pulau-pulau yang terletak pada teluk.
2.
Peranan
Ekologis
Ekosistem
mangrove dikategorikan sebagai ekosistem yang tinggi produktivitasnya yang
memberikan kontribusi terhadap produktivitas ekosistem. Dalam hal ini beberapa
fungsi ekosistem periaran mangrove adalah sebagai berikut (Martosubroto and Naakiin, 1977):
1.
Ekosistem perairan mangrove
sebagai tempat asuhan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground),
tempat berkembang biak berbagai jenis krustasea, ikan, burung
biawak, ular, serta sebagai tempat tumpangan tumbuhan epifit dan parasit
seperti anggrek, paku pakis dan tumbuhan semut, dan berbagai
hidupan lainnya.
2.
Ekosistem mangrove sebagai
penghalang terhadap erosi pantai, tiupan angin kencang dan gempuran ombak yang
kuat serta pencegahan intrusi air laut;
3.
Ekosistem mangrove dapat
membantu kesuburan tanah, sehingga segala macam biota perairan dapat tumbuh
dengan subur sebagai makanan alami ikan dan binatang laut lainnya;
4.
Ekosistem perairan mangrove
terutama untuk flora dapat membantu perluasan daratan ke laut dan pengolahan
limbah organik dan penghasil kayu yang baik;
5.
Ekosistem perairan mangrove
dapat dimanfaatkan bagi tujuan budidaya ikan, udang dan kepiting mangrove dalam
keramba dan budidaya tiram karena adanya aliran sungai atau perairan yang
melalui ekosistem mangrove;
6.
Ekosistem mangrove berpotensi untuk fungsi
pendidikan dan rekreasi .
3.
Komposisi Biota
Biota perairan
didalam ekosistem mangrove sangat beragam dan kompleks. Mereka secara langsung
maupun tidak langsung hidupnya bergantung pada hutan mangrove. Biota perairan
di hutan mangrove ini mempunyai kekhasan dalam beradaptasi di lingkungan berair
dan berlumpur. Beberapa
jenis flora yang ada di ekosistem perairan mangrove yaitu berbagai jenis
tanaman mangrove mulaia dari mangrove sejati seperti nypha dan api-api sampai
mangrove asosiasi yang tumbuh menuju daratan seperti ketapang (MacNAE,
1968).
Berbagai jenis ikan, ular, serangga dan
lain-lain seperti burung dan jenis hewan mamalia dapat bermukim di sini.
Sebagai sifat alam yang beraneka ragam maka berbeda tempat atau lokasi habitat
mangrovenya maka akan berbeda pula jenis dan keragaman flora maupun fauna yang
hidup di lokasi tersebut. Beberapa
jenis hewan yang bisa dijumpai di habitat perairan mangrove antara lain yaitu
jenis krustasea seperti lobster lumpur Thalassina sp., jenis ikan
seperti ikan blodok Periopthalmodon sp., ikan sumpit Toxotes sp.;
jenis reptil seperti ular air Cerberus sp.,jenis mamalia seperti
berang-berang Lutrogale sp. (MacNAE, 1968).
DAFTAR REFERENSI
Ayha, D. 2005. Dinamika
Ekosistem Hutan Mangrove. Academia.edu. Jakarta.
Chapman, V.
J. 1976. Mangrove vegetation. J. Cramer, Inder A. R. Gantner Verlag
Kommanditgesellschaft, FL-9490 VADUZ, p. 447.
MacNAE, W. 1968. A general account of the fauna and flora of
mangrove swamps and forests in the Indo-West Pacific Region. Adv. Mar. Biol.
6: 73-270.
Martosubroto, P. and N. Naakiin 1977. Relationship between tidal
forest (mangroves) and commercial shrimp production in Indonesia. Mar. Res.
Indonesia. 18:81-86.
Nybakken,
J.W. 1988. Biologi Laut:
suatu pendekatan ekologis. Penerbit
Gramedia. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar