Kamis, 12 Februari 2015
little letter for Mom "Happy Mothers Day MOM",,, I Love You Mom...
I dont know what should I do and what should I GIVE IN THIS SPECIAL DAY Mom. I mean every day is special day with you mom. I only hope that Allah always blessing your life, your career, and your health, and blessing your long life and all the best for you. I know that, I cant do anything that will make me paid off all your kindness and your caring during my life till this time.
I know that, I am not a good girl, so I asking for apologize for everything that I've done. I always try to make you happy, make you proud of me.
Mom,,,,, I know I'm not perfect as people out there. I'm not genius. I'm just me. I try hard to make you happy.
Last,, Happy Mothers Day Mom... I love you so much,,, I miss you,,, really miss you....
Mom... Wish you all the best, You still the best mom that I ever had.. such a superwoman...
Thanks everything that you've done...
I am sorry for all my mistake, but I promise, I can make you happy and proud of me.
God bless for Us...
Your baby girl.......
Harmin Adijaya Putri
KLASIFIKASI MEDAN UNTUK STUDI GEOGRAFI
Klasifikasi medan secara detail untuk studi erosi yaitu menggunakan
peta erosi. Peta erosi ini
dapat menunjukkan jenis erosi dan aktivitas erosi, tipe dan derajat/tingkat dari aktivitas, perkiraan tingkat degradasi per unit, efek erosi sepanjang waktu, kerawanan erosi diperoleh dari ekstrapolasi peta erosi aktual, dan kerawanan erosi menggunakan berbagai parameter
(dengan pendekatan numerik).
Dalam
klasifikasi medan rinci (detail) atau
di peta geornorphological, berbagai rincian, termasuk gerakan erosi dan massa,
dijelaskan dengan simbol garis. Memisahkan simbol
yang berkaitan dengan erosi dari yang lain, terdapat pada peta erosi sederhana.
Misalnya, peta dapat menunjukkan di mana erosi terjadi,
jenis erosi, dan
tingkat aktivitasnya. Gerakan
massa dan zona akumulasi terkait
dengan erosi juga harus ditunjukkan (peta tipe
I).
Jenis
peta selanjutnya akan memungkinkan klasifikasi medan menjadi unit-unit yang menampilkan
intensitas atau frekuensi yang sama berkaitan dengan jenis tertentu atau kombinasi jenis erosi. Peta erosi kemudian
akan menggambarkan; 1) jenis erosi dan lokasinya,
ditunjukkan oleh berbagai simbol garis, 2) satuan medan
memiliki intensitas erosi yang sama,
ditunjukkan oleh simbol-simbol daerah, dan 3) subdivisi dibuat atas dasar perbedaan batuan, sehingga dapat diketahui pengaruh perbedaan pada aktivitas erosi dan praktik konservasi. Seperti peta erosi
(peta jenis ll)
akan mengungkapkan daerah yang
sedang dalam bahaya akut dan sangat berguna
dalam perencanaan pengembangan yang mendesak
(pembangunan jalan, dll). Luas area, dinyatakan dalam m2, masing-masing unit erosi, dapat
dicatat dalam legenda.
Menurut
metode ini daerah penelitian
diklasifikasikan ke dalam satuan medan
(kecil) yang seragam
dengan penyampaian materi ke
sungai (sedimen daerah pengiriman) atau lereng
bawah daerah, sebagai akibat dari
erosi dan atau pergerakkan massa.
Pendekatan ini akan memungkinkan hasil sedimen relatif dari
daerah untuk didefinisikan. Jika klasifikasi
mutlak medan diperlukan,
debit jangka panjang dan data hasil sedimen
untuk beberapa daerah yang dipilih juga sangat penting. Cek lapangan yang berkaitan dengan erodibilitas dari berbagai satuan medan juga mungkin dilakukan. Lokasi uji harus ditetapkan untuk tujuan ini (misalnya untuk simulasi curah hujan). Kemudian
dapat dilakukan serangkaian pengukuran
untuk mendapatkan klasifikasi medan mutlak berkaitan dengan kerentanan erosi (erodibilitas).
Kemajuan
erosi, baik linear
dan areal, dapat
dipelajari di lapangan agar lebih akurat, meskipun cukup melelahkan.
Hal ini dapat juga dilakukan pada
batas tertentu, yang dapat dianalisis dan dipetakan berdasarkan foto udara. Setelah menafsirkan foto
yang tersedia secara individual, kemudian diinterpretasikan (setelah koreksi untuk skala dan
perpindahan bantuan telah dibuat). Perluasan atau stabilisasi fitur
erosi linear dan
areal terjadi selama periode antara dua pertanggungan foto yang ditunjukkan
pada interpretasi peta foto-foto yang lebih tua menggunakan warna yang berbeda (peta Jenis III).
Materi 2: klasifikasi medan
untuk pemetaan bencana alam
Pemetaan bencana alam dapat diperoleh dari klasifikasi bentang lahan
secara detail atau peta geomorfologi yang digabung dengan informasi lainnya
dari berbagai sumber. Peta klasifikasi bentang lahan yang khusus perlu
disiapkan untuk membantu pemetaan bencana alam. Bencana alam diantaranya:
- Bahaya vulkanik
- Kerusakan alam akibat bencana alam (gempa bumi dan amblesan tanah)
- Rock fall, rock slide atau bahaya lapisan tanah
- Banjir
- Erosi
- Musim kemarau
Bencana vulkanik, termasuk di dalamnya aliran lava, sedimentasi dari
awan panas melalui udara atau sebagai lahar (aliran lumpur vulkanik), runtuhnya
atau hilangnya bagian dari bentang lahan selama atau setelah erupsi vulkanik,
dan disertai gempa bumi. Untuk mempetakan fenomena ini, dilakukan dengan
prinsip yang sama saat melakukan survei untuk erosi, meliputi:
a. Survei langsung pada tempat/ lokasi serta tipe
bencana
b. Identifikasi zona yang rawan.
Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi gunung berapi aktif,
perubahan perilaku gunung berapi, kehadiran fumarol, sulfatara dan mata air
panas, patahan, kemiringan lereng, irisan dan pemisahan (oleh sungai) efflata
yang menutupi lereng.
Kerentanan akibat bahaya gempa juga perlu diperhatikan. Sama halnya dengan zona pada suatu pertemuan titik
patahan. Amblesan tanah (penurunan tanah), perlu diketahui penyusun tanah yang
ambles tersebut, seperti:
a. Batuan yang mudah larut (gamping)
b. Partikel tanah yang gampang lepas
c. Pasir dan material yang mudah dilalui.
Penurunan/pengamblesan dapat disebabkan oleh pengambilan air, gas atau minyak pada proses
penambangan. Partikel tanah yang mudah terlepas dan gampang dilewati biasanya pada
bagian yang dekat belokan (cekungan). Pertambahan ukuran cekungan pada jurang akibat proses erosi, dapat menyebabkan terjadinya amblesan (penurunan tanah).
Rock falls, rock slides dan bahaya lapisan tanah diakibatkan oleh perpindahan massa yang terjadi di daerah lereng/tebing yang curam, terutama di batu pasir
dan batu gamping. Lokasi lereng/tebing curam, juga kerentanan bahaya termasuk didalamnya bagaimana batuan tersebut saling
terikat perlu diketahui. Misalnya proses erosi alur dan erosi lateral sungai
pada tebing cabang.
Aktivitas manusia termasuk proses konstruksi jalan atau penambangan
batuan untuk bahan bangunan atau peningkatan aliran air akan mengakibatkan
tidak stabilnya lereng dan menimbulkan kerawanan bencana akibat perpindahan
massa (pergerakan massa batuan). Yang harus dipastikan adalah peta yang
memperhatikan zona bahaya atau rawan bahaya.
Banjir juga terjadi di jurang, sehingga terbentuk dataran banjir dari
sepanjang teras sungai. Bahaya banjir tergantung pada area tangkapan dan
jurang, pola aliran intensitas hujan dan durasinya, permeabilitas tanah,
kapasitas infiltrasi, dan vegetasi.
Keberadaan selokan dan lahan tandus yang disertai dengan konservasi
tanah yang memadai, penting untuk dianalisis apalagi jika keduanya
diindikasikan mempercepat erosi air dan transport sedimen. Sejumlah besar tanah
dan serpihannya akan
melalui tanah dan didepositkan/ dikumpulkan pada lahan yang landai dan
reservoir. Pemetaan proses ini dan area yang dipengaruhinya penting dilakukan,
karena area ini dapat menjadi ancaman untuk kedepannya dan untuk area lain yang
berdekatan dengannya pun dapat rusak.
Ancaman kekeringan, terutama pada zona semi-arid (lahan semi gersang),
dapat dianalisis dengan foto udara, melalui
ketidakberadaan vegetasi, adanya tanaman xerophyllic, kehadiran skeleton hewan
dan bentukan akibat proses eolin yang terlihat (gurun). Ancaman kekeringan dapat diprediksi, termasuk melalui bentuk
permukaan. Hal ini dapat
dilakukan pada:
1. Area dengan tekstur tanah yang kasar dan
material organik yang sedikit.
2. Area yang lebih tinggi dengan level permukaan
air tanahnya yang rendah.
3. Posisi area dan hubungannya pada zona kering
terdekat.
4. Penurunan densitas vegetasi dan atau perubahan
pada tipe vegetasi akibat penggembalaan.
5. Aktifitas manusia seperti pengeboran air, yang
menyebabkan turunnya level permukaan air tanah dan dapat menimbulkan masalah
kekeringan pada masa depan.
Materi ke 3:
klasifikasi medan untuk material permukaan (sirtu/pasir batu)
Penggunaan foto udara dapat
membantu untuk mengetahui klasifikasi medan dalam pemanfaatannya. Salah satu
contoh manfaat dari penggunaan foto udara adalah untuk membantu dalam kontruksi
bangunan, jembatan, jalan, dan lain-lain.
Sebagai contoh pemanfaatannya
adalah:
1. Tanah
yang bertekstur pasir debu dan mengandung liat dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan batu bata.
2. Batu
pasir untuk pembangunan material gedung.
3. Jenis
batuan dolorite (batuan basalt) digunakan untuk material permukaan jalan,
seperti aspal.
4. Bahan
sedimen dari fluvial, fluvio-glasial, dan marine (laut) digunakan untuk
pengerasan beton.
5. Indikasi
sumber daya mineral
Dari variasi
material permukaan di atas memungkinkan
untuk adanya penjelasan dari klasifikasi medan tersebut.
Sistem Klasifikasi Tanah (Unified Soil
Classification System) adalah suatu sistem klasifikasi tanah yang dipakai dalam
disiplin ilmu Keteknikan dan Geologi untuk mendiskripsi tekstur dan ukuran
butir tanah. Sistem klasifikasi dapat diterapkan untuk semua material yang
tidakterkonsolidasi, dan diwakili dengan simbol huruf, yaitu sebagai berikut:
Huruf
|
Parikel
|
Partikel
|
G
|
Gravel
|
Batu (> 2 mm)
|
S
|
Sand
|
Pasir
(0,062-2 mm)
|
M
|
Silt
|
Lanau
(0,002-0,062 mm)
|
C
|
Clay
|
Lempung
(< 0,002 mm)
|
O
|
Organic
|
Organik
|
Material sandy silt yang berwarna
kehitaman berasal dari longsoran dapat dibuat untuk pembuatan batu bata. Cara
pengolahannya dapat dilakukan dengan menyaring ukuran dan dilakukan pencucian.
Selanjutnya diletakkan pada media pembuatan cetakan batu bata. Batu bata
dikeringkan dengan cara oven atau dibakar sampai berubah warna menjadi
kemerahan.
Batuan gamping sangat bernilai untuk
material pembangunan rumah. Patahan atau lempengan batu gamping yang kurang
padat cenderung terdapat di dasar lembah dan lebih mudah untuk digali.
Batuan dolorite terdiri dari ukuran
kecil dan sedang. Batu tersebut dapat dipindahkan, disaring, dan dihancurkan,
sehingga dapat berfungsi sebagai materal pembangunan jalan. Berdasarkan data
lapangan dan hasil analisis laboratorium, dapat ditentukan lokasi yang memiliki
banyak kandungan material tersebut.
Material dari fluvial, fluvio-glasial,
dan marine deposit terdiri dari pasir dan kerikil yang berfungsi untuk bahan
kontruksi. Percampuran antara kerikil, pasir dan kuarsa ukuran sedang dalam
rasio 40-60% sangat cocok untuk pembuatan beton. Deviasi dari rasio tersebut
mengahsilkan limbah. Material fluvio-glasial yang angular berfungsi untuk
penggunaan lain.
Sumber daya mineral biasanya berada
dipermukaan yang dapat diidentifikasi melalui foto udara. Keberadaannya
biasanya berhubungan bentuk topografi. Contohnya adalah:
a. Pada
daerah endapan terdapat serbuk emas pada deposit teras fluvial.
b. Bahan
hasil pelapukan contohnya bauksit dan kaolin berada di daerah lapisan tua.
c. Pada
basin deposit terdapat gambut dan batuan garam.
d. Daerah
vulkanik mengandung sulfur
e. Daerah
patahan dan pengayaan mengandung aspal dan besi.
Materi ke 4:
Klasifikasi medan untuk keterlintasan medan
Survei
geomorfologi sering menjadi titik awal yang baik untuk kajian keterlintasan
medan. Pada beberapa inventarisasi diperlukan investigasi:
1. Keterjalan
dan bentuk kemiringan jalan yang ingin dibangun
2. Pemotongan
bagian kemiringan jalan yang ingin dibangun.
3. Stabilitas
batuan dan tanah
4. Aktivitas
geomorfologi terhadap kemiringan lereng
5. Ketersediaan
material konstruksi
Dalam mendesain
sebuah jalan harus mempertimbangkan tujuan dan type jalan tersebut. Contohnya
adalah jalan tol, jalan raya. Hal yang harus diperhatikan adalah kemiringan
lereng dan kelengkungan.
Pengurangan
bagian pada kemiringan lereng sangat penting untuk lokalisasi jalan
kedepannya. Misalnya jalan yang dilintasi
sungai dibuat jembatan untuk mengurangi waktu dan biaya. Contoh selanjutnya
adalah pemotongan batuan keras membutuhkan biaya yang tinggi dan biaya pemeliharaan yang tinggi juga.
Analisis
pemetaan medan harus memperhatikan stabilitas tanah dan batuan. Hal ini
berkaitan dengan frekuensi dan muatan yang akan dilewati. Dilakukan pengukuran instrument
seperti tekstur tanah untuk melihat kestabilan dan mencegah kemungkinan
terjadinya longsor sehingga dapat dihindari dalam pembangunan jalan. Lokasi
yang bergambut atau tanah berlumpur atau tanah liat. Selain itu memperhatikan
air tanah dan drainase.
Studi
geomorfologi diperlukan dalam pembangunan jalan pada daerah lereng. Klasifikasi
medan dapat diukur menurut ketidakstabilan lereng, seperti:
a. Gerakan
massa: runtuhan dan longsoran batu serta erosi
b. Erosi
jurang dan erosi sungai
c. Potensi
banjir di daerah teras dan kipas alluvial.
Hal tersebut
penting untuk menghindari konstruksi jalan yang berliku-liku dengan waktu yang
lama serta biaya yang tinggi.
Materi 5: Klasifikasi medan untuk studi pantai
Klasifikasi
medan
untuk wilayah pesisir melibatkan dua aspek
yaitu statika dan dinamis. Berdasarkan
pendekatan statis (menggunakan cakupan foto udara tunggal), situasi saat ini
memenuhi syarat untuk dipetakan.
Aspek dinamis berkaitan khusus dengan perubahan-perubahan pesisir yang
disebabkan oleh abrasi, sedimentasi, pelanggaran, regresi, transportasi pantai
panjang, konstruksi buatan manusia, (dan perubahan sub-sequent dari waktu ke
waktu mengenai kedua konstruksi, dan pengaruhnya terhadap fisik lingkungan) dan
perubahan penggunaan lahan sebagai akibat dari perubahan ekonomi fisik dan
sosio lingkungan. Perubahan ini dapat diidentifikasi dan dikuantifikasi dengan
menggunakan foto udara yang berurutan.
Abrasi merupakan
hasil dari kekuatan transgressive terkait dengan perubahan sealevel (penurunan
tektonik) pada arus laut dan efek erosi berikutnya. Sedimentasi di sepanjang pantai
mungkin memiliki pengaruh besar terhadap lingkungan. Deposit lumpur dan pasir
dalam bentuk mudflats dan off-shore bar (bank pasir) dapat mempengaruhi
hidrologi dan vegetasi alam suatu daerah sehingga hal tersebut (pertanian)
memiliki potensi penggunaan lahan. Abrasi dan pengaruh perencanaan sedimentasi,
mengatur keberadaan konstruksi manusia seperti tanggul, dermaga dan pelabuhan.
Langganan:
Postingan (Atom)