Kamis, 12 Februari 2015

EKOSISTEM MANGROVE






Ekosistem mangrove adalah tipe ekosistem yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur digenangi air laut atau dipengaruhi pasang surut air laut, daerah pantai dengan kondisi tanah berlumpur, berpasir atau lumpur berpasir (Indriyanto, 2006). Sebagai salah satu komponen ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain: pelindung garis pantai, pencegah intrusi air laut, tempat tinggal (habitat), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro sedangkan fungsi ekonominya antara lain: penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit (
Nybakken, 1988).
Menurut Ayha (2005) ekosistem mangrove ini masuk ke dalam lingkup ekosistem pantai sebab ia terletak di kawasan perbatasan laut dan juga darat. Ia terletak di wilayah pantai dan juga muara sungai. Hutan mangrove, sebagai sebuah hutan yang tumbuh di wilayah pasang dan surut akan tergenang air di masa pasang dan akan bebas dari genangan air pada saat air surut. Komunitas yang ada di dalam hutan mangrove ini sangat adaptif terhadap kadar garam air laut. Sebagai sebuah ekosistem, hutan mangrove terdiri dari beragam organisme yang juga saling berinteraksi satu sama lainnya.
Mangrove berperan penting dalam ekosistem perairan yaitu sebagai penghasil nutrien dengan mekanisme dekomposisi guguran daun.  Ekosistem hutan perairan mangrove sering disebut ekosistem hutan rawa dan ekosistem hutan pasang surut, kemudian disebut ekosistem hutan pasang surut karena terdapat di daerah pasang surut, Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis, namun labil. Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di samping dipenuhi oleh vegetasi mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa dan biota perairan. Jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah perkembangan muda (saline young soil) yang mempunyai kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation yang tinggi.

1.        Kondisi Lingkungan pada Ekosistem Perairan Mangrove
Ekosistem mangrove sebagai ekosistem peralihan antara darat dan laut telah diketahui mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai  penghasil bahan organik, tempat  berlindung berbagai jenis binatang, tempat memijah berbagai jenis ikan dan udang, sebagai pelindung pantai, mempercepat pembentukan lahan baru, penghasil kayu bangunan, kayu bakar, kayu arang, dan tannin. Masing-masing kawasan pantai dan ekosistem mangrove memiliki historis perkembangan yang berbeda-beda. Perubahan keadaan kawasan pantai dan ekosistem mangrove sangat dipengaruhi oleh faktor alamiah dan faktor campur tangan manusia (Nybakken, 1988).
Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit. Di bawah ini merupakan gambar dari ekosistem Mangrove.

Ciri dan Karakteristik Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove hanya didapati di daerah tropik  dan sub-tropik. Ekosistem mangrove dapat berkembang dengan baik pada lingkungan dengan ciri-ciri ekologik sebagai berikut (Chapman, 1976):
1.  Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahan-bahan yang  berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang.
2.   Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan ini akan menentukan komposisi vegetasi ekosistem mangrove itu sendiri.
3.   Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat (sungai, mata air atau air tanah) yang berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah pasokan unsur hara dan lumpur.
4.    Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5ºC dan suhu rata-rata di bulan terdingin lebih dari 20ºC.
5.      Airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas mencapai 38 ppt.
6.       Arus laut tidak terlalu deras.
7.      Tempat-tempat yang terlindung dari angin kencang dan gempuran ombak yang kuat.
8.   Topografi pantai yang datar/landai.  Habitat dengan ciri-ciri ekologik tersebut umumnya dapat ditemukan di daerah-daerah pantai yang dangkal,  muara-muara sungai dan pulau-pulau yang terletak pada teluk.
2.        Peranan Ekologis
Ekosistem mangrove dikategorikan sebagai ekosistem yang tinggi produktivitasnya yang memberikan kontribusi terhadap produktivitas ekosistem. Dalam hal ini beberapa fungsi ekosistem periaran mangrove adalah sebagai berikut (Martosubroto and Naakiin, 1977):
1.      Ekosistem perairan mangrove sebagai tempat asuhan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), tempat berkembang biak berbagai jenis krustasea,  ikan,  burung biawak, ular, serta sebagai tempat tumpangan tumbuhan epifit dan parasit seperti anggrek, paku pakis dan tumbuhan semut,  dan berbagai hidupan  lainnya.
2.      Ekosistem mangrove sebagai penghalang terhadap erosi pantai, tiupan angin kencang dan gempuran ombak yang kuat serta pencegahan intrusi air laut;
3.      Ekosistem mangrove dapat membantu kesuburan tanah, sehingga segala macam biota perairan dapat tumbuh dengan subur sebagai makanan alami ikan dan binatang laut lainnya;
4.      Ekosistem perairan mangrove terutama untuk flora dapat membantu perluasan daratan ke laut dan pengolahan limbah organik dan penghasil kayu yang baik;
5.      Ekosistem perairan mangrove dapat dimanfaatkan bagi tujuan budidaya ikan, udang dan kepiting mangrove dalam keramba dan budidaya tiram karena adanya aliran sungai atau perairan yang melalui ekosistem mangrove;
6.       Ekosistem mangrove berpotensi untuk fungsi pendidikan dan rekreasi .
3.        Komposisi Biota
Biota perairan didalam ekosistem mangrove sangat beragam dan kompleks. Mereka secara langsung maupun tidak langsung hidupnya bergantung pada hutan mangrove. Biota perairan di hutan mangrove ini mempunyai kekhasan dalam beradaptasi di lingkungan berair dan berlumpur. Beberapa jenis flora yang ada di ekosistem perairan mangrove yaitu berbagai jenis tanaman mangrove mulaia dari mangrove sejati seperti nypha dan api-api sampai mangrove asosiasi yang tumbuh menuju daratan seperti ketapang (MacNAE, 1968).
Berbagai jenis ikan, ular, serangga dan lain-lain seperti burung dan jenis hewan mamalia dapat bermukim di sini. Sebagai sifat alam yang beraneka ragam maka berbeda tempat atau lokasi habitat mangrovenya maka akan berbeda pula jenis dan keragaman flora maupun fauna yang hidup di lokasi tersebut. Beberapa jenis hewan yang bisa dijumpai di habitat perairan mangrove antara lain yaitu jenis krustasea seperti lobster lumpur Thalassina sp., jenis ikan seperti ikan blodok Periopthalmodon sp., ikan sumpit Toxotes sp.; jenis reptil seperti ular air Cerberus sp.,jenis mamalia seperti berang-berang Lutrogale sp. (MacNAE, 1968).

DAFTAR REFERENSI

Ayha, D. 2005. Dinamika Ekosistem Hutan Mangrove. Academia.edu. Jakarta.
Chapman, V. J. 1976. Mangrove vegetation. J. Cramer, Inder A. R. Gantner Verlag Kommanditgesellschaft, FL-9490 VADUZ, p. 447.

MacNAE, W. 1968. A general account of the fauna and flora of mangrove swamps and forests in the Indo-West Pacific Region. Adv. Mar. Biol. 6: 73-270.

Martosubroto, P. and N. Naakiin 1977. Relationship between tidal forest (mangroves) and commercial shrimp production in Indonesia. Mar. Res. Indonesia. 18:81-86.

Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut: suatu pendekatan ekologis. Penerbit Gramedia. Jakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar