Dalam ilmu kedokteran, gula darah
adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa
di dalam darah.
Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di
dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi
untuk sel-sel tubuh.
Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang
sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah
makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang
makan.
Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling
menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah.
Meskipun disebut "gula darah", selain glukosa, kita
juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun
demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur oleh beberapa hormon. Oleh karena
itu, untuk mengetahui hormon yang berperan pada pengaturan gula darah, maka
dibuatlah makalah ini.
Kadar gula
darah dipengaruhi oleh hormon dan mekanisme metabolik. Konsentrasi glukosa
dalam darah normal orang dewasa adalah 3,9-5,8 mmol/L (70-105 mg/100mL). Saat
makan kadar gula darah dapat meningkat hingga 6,5-7,2 mmol/L dan selama puasa
dapat turun hingga 3,3-3,9 mmol/L. Alasan utama pengaturan gula darah dilakukan
secara ketat adalah karena otak secara normal tergantung pada glukosa. Walaupun
otak dapat menggunakan keton dari hasil perombakkan lemak sebagai sumber
energinya sebagai mekanisme adaptasi. Glukosa di dalam aliran darah berkisar 16
gram dimana kecepatan peningkatan gula darah adalah 8-10 gram tiap jamnya
setelah absorbsi dan pergantiannya dilakukan setiap 2 jam.
Selain melaui
mekanisme kontrol metabolik kadar gula darah juga dipengaruhi oleh mekanisme
hormonal. Hormon yang berpengaruh adalah insulin, glukagon, epinefrin, hormon
tiroid, glukokortikoid dan hormon pertumbuhan.
Insulin
Insulin merupakan polipeptida yang
terdiri dari dua rantai yaitu rantai A dan B, yang saling dihubungkan oleh dua
jembatan disulfida antar-rantai. Insulin
disintesis oleh sel-sel beta dengan cara mirip dengan sintesis protein. Sewaktu
insulin disekresikan ke dalam darah, hampir seluruhnya beredar dalam bentuk
yang tidak terikat, waktu paruhnya rata-rata hanya 6 menit, sehingga dalam
waktu 10 sampai 15 menit akan dibersihkan dari sirkulasi. Insulin menghambat
fosforilase hati, yang merupakan enzim utama yang menyebabkan terpecahnya glikogen
dalam hati menjadi glukosa. Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim
glukokinase, yang merupakan salah satu enzim yang menyebabkan timbulnya
fosforilasi awal dari glukosa sesudah glukosa berdifusi ke dalam sel-sel
hati. Selain itu insulin meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang meningkatkan
sintesis glikogen.
Disamping
fungsi-fungsi tersebut, insulin juga menurunkan kadar glukosa dengan
memfasilitasi proses pemasukannya pada jaringan yang sensitif terhadap insulin.
Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kadar transporter dalam jaringan seperti
otot. Pada hati, insulin merangsang penyimpanan glukosa sebagai glikogen atau
meningkatkan metabolismenya melalui jalur glikolitik. Namun pemasukkan glukosa
ke dalam sel hati tidak disebabkan oleh perubahan fungsi transporter glukosa.
Hepatosit memiliki transporter tersendiri yaitu GLUT 1 dan GLUT 2. Glukosa
memiliki efek pada sekresi insulin dan insulin memiliki pengaruh pada
penyimpanan glukosa normal dan pertumbuhan sel serta diferensiasinya. Sehingga,
secara tidak langsung glukosa memiliki pengaruh pada kejadian-kejadian di
tingkat seluler.
Glukagon
Glukagon
bekerja pada sel hati dengan menyebabkan glikogenolisis yang oleh keadaan
hipoglikemia. Saat glukosa plasma mengalami peningkatan hingga dua kali, maka
sekresi glukagon akan terhambat dan digantikan oleh insulin. Glukagon bekerja
pada resptor spesifik pada membran sel untuk mengaktifkan respon seluler.
Epinefrin
Epinefrin
bekerja dengan meningkatkan glikogenolisis dengan menstimulasi fosforilase yang
akan melepaskan glukosa untuk metabolisme otot. Salah satu efek epinefrin adalah
Katekolamin menyebabkan pelepasan asam-asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan
metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa darah melalui stimulasi
glikogenolisis pada hati dan simpanan glikogen otot dan dalam pankreas
menghalangi pelepasan insulin menghindari pelepasan glukosa, serta mengatur mobilisasi
glukosa dengan menambah glikogenesis.
Glukokortikoid
Kortisol adalah golongan glukokortikoid alam
yang merupakan kortikosteroid dengan 21 atom karbon dibentuk
dari kolesterol di korteks adrenal yang berada di bagian atas ginjal. Dalam
proses pembentukan kortikosteroid ini dibutuhkan bermacam-macam enzim. Sebagian
besar kolesterol yang digunakan untuk steroidogenesis (pembentukan steroid)
berasal dari luar (eksogen). Dalam korteks adrenal, kortikosteroid tidak di
simpan sehingga harus disintesis terus menerus. Jumlah yang tersedia dalam
kelenjar adrenal tidak cukup untuk mempertahankan kebutuhan normal bila
biosintesis berhenti, meskipun hanya untuk beberapa menit saja. Oleh karenanya
kecepatan biosintesisnya disesuaikan dengan kecepatan sekresinya.
Kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar,
glukokortikoid dan mineralokortikoid. Glukokortikoid adalah kortikosteroid yang
fungsi utamanya menyimpan glikogen hepar (hati) dan berkhasiat nyata sebagai anti-inflamasi. Sedangkan
pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil atau tidak berarti.
Fungsi fisiologi dan farmakologi kortikosteroid
sangat banyak dan beraneka ragam, meliputi pengaruhnya pada : metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan
purin; keseimbangan elektrolit dan air; sistem kardiovaskuler,
ginjal, otot lurik, susunan saraf, beberapa jaringan dan organ
lain. Karena kortikosteroid ini penting untuk kelangsungan hidup organisme,
maka dikatakan bahwa korteks adrenal berfungsi homeostatik,
artinya : peranan kelenjar ini sangat penting bagi organisme untuk dapat
mempertahankan diri apabila menghadapi perubahan sekelilingnya yang bersifat
konstan.
Konsentrasi kortisol dalam darah pada keadaan basal tidak
tetap; pada pagi hari jumlahnya paling tinggi sedangkan pada malam hari paling
rendah, keadaan ini disebut variasi diurnal. Ada dugaan bahwa ritme diurnal
ini, meskipun tidak secara langsung, berhubungan dengan aktivitas dari
individu.
Pengaruh kortikosteroid terhadap metabolisme dapat terjadi
dengan dua cara : (1) Pengaruh langsung pada metabolisme enzim, disebut initiating action misalnya efek
kortisol yang dapat meninggikan konsentrasi glikogen hepar. Jumlah glikogen
yang disimpan dalam hepar tergantung pada dosis kortisol yang diberikan. (2) Permissive action kortikosteroid
memungkinkan zat-zat lain untuk mempengaruhi metabolisme. Misalnya efek
kortikosteroid terhadap mobilisasi lemak.
Metabolisme
Karbohidrat
Pengaruh
kortikosteroid pada metabolisme karbohidrat antara lain terlihat pada hewan
dengan adrenalektomi (kelenjar adrenalnya dibuang). Hewan ini hanya dapat hidup
tanpa penurunan kadar glukosa
darah dan glikogen hepar, yakni bila diberikan makanan cukup. Bila hewan
tersebut dipuasakan sebentar saja, maka penyimpanan karbohidrat berkurang
dengan cepat, glikogen hepar dan juga sedikit dari otot akan berkurang, dan
timbul hipoglikemia.
Hewan tersebut menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Gambaran gangguan
metabolisme karbohidrat ini mirip dengan insufisiensi kortikosteroid, misalnya
pada penderita Addison. Apabila hewan tanpa adrenal tersebut di atas diberi
glukokortikoid, misalnya kortisol, maka metabolisme karbohidrat akan normal
kembali: penyimpanan glikogen terutama di hepar bertambah, glukosa darah tetap normal
terutama pada keadaan puasa, dan sensitivitas terhadap insulin kembali normal. Peningkatan
produksi glukosa pada keadaan ini ternyata
diikuti oleh bertambahnya ekskresi nitrogen, hal ini menunjukkan terjadinya
perubahan protein menjadi karbohidrat. Perubahan ini dapat menimbulkan
gejala seperti penderita DiabeteS pada seseorang yang diberi
pengobatan kortikosteroid dosis besar untuk waktu lama. Pada keadaan
tersebut, glukosa darah
cenderung meninggi, resistensi terhadap insulin meninggi, toleransi terhadap glukosa menurun dan mungkin
terjadi glukosuria.
Mekanisme bagaimana glukokortikoid ini dapat mempengaruhi
metabolisme karbohidrat sebenarnya sangat kompleks; hormon ini dapat menyebabkan glukoneogenesis (pembentukan baru gula) di
perifer maupun di hepar. Di perifer steroid ini menyebabkan
mobilisasi asam amino dari beberapa jaringan, jadi mempunyai efek katabolik.
Efek katabolik inilah yang menyebabkan terjadinya atrofi jaringan limfe,
penghancuran jaringan dengan akibat pengecilan masa jaringan otot, pada tulang
terjadi osteoporosis (pengurangan matriks protein tulang yang diikuti oleh
pengeluaran Ca), penipisan kulit, dan timbulnya keseimbangan nitrogen yang
negatif. Asam amino tersebut
akan dibawa ke hepar yang kemudian akan digunakan sebagai substrat untuk enzim
yang berperanan dalam produksi glukosa
dan glikogen.
Dalam hepar
glukokortikoid merangsang sintesis enzim yang berperanan dalam proses
glukoneogenesis dan metabolisme asam amino, antara lain: fosfoenolpiruvat-karboksikinase,
fruktosa—1,6—difosfatase, dan glukosa—6—fosfatase,
yang mengkatalisis sintesis glukosa.
Rangsangan sintesis enzim ini tidak timbul dengan segera, tetapi dibutuhkan
waktu beberapa jam. Efek yang lebih cepat timbulnya ialah pengaruh hormon
terhadap mitokondria hepar, di mana sintesis piruvat karboksilase sebagai
katalisator pembentukan oksaloasetat, dipercepat. Pembentukan oksaloasetat ini
merupakan reaksi permulaan sintesis glukosa
dari piruvat.
Penggunaan glukokortikoid untuk jangka lama dapat
menyebabkan peninggian konsentrasi glukagon plasma, yang dapat merangsang
glukoneogenesis, keadaan ini dapat merupakan salah satu penyebab bertambahnya
sintesis glukosa. Peninggian penyimpanan glikogen
di hepar setelah pemberian glukokortikoid, sekarang dianggap sebagai efek
sekunder terhadap adanya peninggian insulin plasma yang disebabkan karena
bertambahnya glukosa
plasma.
Metabolisme
lemak
Pada penggunaan glukokortikoid atau pada penderita Cushing
terjadi gangguan distribusi lemak tubuh yang khas. Lemak akan terkumpul secara
berlebihan pada depot lemak: leher bagian belakang (buffalo hump), daerah
supraklavikula dan juga dimuka (moon face), sebaliknya lemak di daerah
ekstremitas akan menghilang. Mekanisme bagaimana hormon ini dapat menyebabkan
perubahan distribusi lemak yang abnormal belum diketahui; hanya dari keadaan
ini dapat disimpulkan bahwa depot lemak dalam tubuh adalah heterogen dan
kepekaan terhadap hormon yang sama pada satu daerah berlainan dengan didaerah
lain.
Kortikosteroid dapat menambah efek obat yang berkhasiat adipokinetik yang menyebabkan lipolisis
trigliserida dalam jaringan lemak. Pada keadaan di mana tidak terdapat korteks
adrenal, ternyata mobilisasi lemak akan dihambat dari depot lemak di perifer oleh
epinefrin, norepinefrin dan hormon pertumbuhan. Ketonemia dan ketonuria
yang terjadi akibat pankreatektomi atau pemberian diet tinggi lemak, akan
berkurang pada hewan tanpa adrenal. Pada hewan tanpa adrenal ini transpor dan
penyimpanan lemak dihepar dihambat.
Pemberian
ekstrak hipofisis
anterior, diet tinggi lemak atau zat yang bersifat hepatotoksik pada hewan
tanpa adrenal, menyebabkan infiltrasi lemak yang lebih kecil bila dibandingkan
dengan hewan utuh. Gangguan metabolisme lemak pada hewan ini dapat diperbaiki
dengan pemberian kortisol dosis kecil. Dalam hal ini steroid tersebut dapat
menyebabkan suatu perubahan sedemikian rupa, sehingga zat yang diberikan,
misalnya ekstrak hipofisis
anterior, dapat melakukan pengaruhnya dengan sempurna. Hal ini merupakan salah
satu contoh permissive action kortikosteroid.
DAFTAR REFERENSI
http://biokimia-dian.blogspot.com/p/pengaturan-kadar-glukosa-darah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_darah
http://www.edisukarman.com/2012/09/system-koordinasi-hormon.html
http://kabarnesia.com/1876/hormon-dan-fungsinya/
http://dahroji.wordpress.com/2009/11/01/diabetes-4-peranan-hormon/
Wah saya kira ini cara mengatur kadar gula darah
BalasHapusDaun insulin ini bagus untuk turunin gula darah
BalasHapushttp://berkhasiat.web.id/1496-jual-daun-insulin-yakon/