Dormansi biji berhubungan
dengan usaha biji untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi
lingkungan memungkinkan untuk melakukan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada
embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan
memulai proses perkecambahannya (Anonim, 2008).
Pada perkecambahan tumbuhan tidak memulai
kehidupan, akan tetapi meneruskan pertumbuhan dan perkembangan yang secara
temporer dihentikan ketika biji menjadi dewasa dan embrionya menjadi tidak
aktif. Biji jenis lain bersifat dorman dan tidak akan berkecambah, meskipun
disesuaikan dalam tempat yang menguntungkan sampai petunjuk lingkungan tertentu
menyebabkan biji mengakhiri dormansi tersebut (Goldworthy, 1992).
Dormansi
terjadi dalam berbagai bentuk. Banyak biji dorman untuk suatu perioda waktu
setelahnya keluar dari buah. Pohon melepaskan daun-daunnya untuk menghindari
bahaya pada waktu udara menjadi dingin dan kering serta tanah membeku. Banyak
tumbuhan basah, bagian atasnya mati selama perioda musim dingin atau
kekeringan, sedangkan bagian yang ada dibawah seperti bulbus, lormus atau umbi
tetap hidup, tetapi dalam keadaan dorman (Tim Dosen, 2008).
Dorman artinya tidur atau
beristirahat. Para ahli biologi
menggunakan istilah itu untuk tahapan siklus hidup, seperti biji dorman,
yang memiliki laju metabolisme yang sangat lambat dan sedang tidak tumbuh dan
berkembang. Dormansi pada biji meningkatkan peluang bahwa perkecambahan akan
terjadi pada waktu dan tempat yang paling menguntungkan bagi pertumbuhan biji.
Pengakhiran periode dormansi umumnya memerlukan kondisi lingkungan yang
tertentu, biji tumbuhan gurun, misalnya hanya berkecambah setelah hujan
rintik-rintik yang sedang, tanah mungkin akan terlalu cepat kering sehingga
tidak dapat mendukung pertumbuhan biji (Campbell, 2000).
Dormansi adalah suatu keadaan dimana
pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk
terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu,
sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah
yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara
mengatasi dormansi tersebut (Anonim, 2008).
Dormansi merupakan suatu mekanisme
untuk mempertahankan diri terhadap suhu yang sangat rendah (membeku) pada
musim dingin, atau kekeringan di musim
panas yang merupakan bagian penting dalam perjalanan hidup tumbuhan tersebut.
Dormansi harus berjalan pada saat yang tepat, dan membebaskan diri atau
mendobrak dan apabila kondisi sudah
memungkinkan untuk memulai pertumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995).
Berdasarkan faktor penyebabnya,
dormansi dapat dibagi atas dua macam, yaitu Impoised dormancy (quiscense) dan
imnate dormancy (rest). Imposed dormancy (quiscence) adalah terhalangnya
pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Sedangkan
imnate dormancy (rest) adalah dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau
kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri (Dwidjoseputro, 1994).
Berdasarkan mekanisme dormansi dalam
biji, dormansi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu mekanisme fisik dan
mekanisme fisiologis. Mekanisme fisik merupakan dormansi yang mekanisme
penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri, terbagi menjadi mekanis
: embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik, fisik : penyerapan air
terganggu karena kulit biji yang impermeabel, kimia : bagian biji/buah
mangandung zat kimia penghambat. Sedangkan mekanisme fisiologis merupakan
dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis
(Anonim, 2008).
Contoh paling mudah mengenai dormansi
adalah adanya kulit biji yang keras yang menghalangi penyerapan oksigen atau
air. Kulit biji yang keras itu lazim terdapat pada anggota famili Pabaceae (Leguminosae), walaupun tidak terdapat
pada buncis atau kapri, yang menunjukkan bahwa dormansi tidak umum pada spesies
yang dibudidayakan. Pada beberapa spesies, air dan oksigen tidak dapat menembus
biji tertentu karena jalan masuk dihalangi oleh sumpal seperti gabus (sumpal
strofiolar) pada lubang kecil (lekah strofiolar) di kulit biji. Bila biji
digoncang-goncang, kadang sumpal itu lepas sehingga dapat berlangsung
perkecambahan. Perlakuan itu dinamakan goncangan, dan telah diterapkan pada
biji Melilotus alba (semanggi manis), Trigonella
arabica, dan Crotallaria egyptica, Albizzia lophantha merupakan tumbuhan kacangan berukuran kecil di
Australia Barat bagian barat daya (Salisbury
dan Ross, 1995).
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi
ini adalah (Anonim, 2008) :
-
Jika
kulit dikupas, embrio tumbuh
-
Embrio
mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
-
Embrio
tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih
membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
-
Perkecambahan
terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
-
Akar
keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya
(setelah melampaui satu musim dingin)
Biji dibentuk dengan adanya
perkembangan bakal biji. Pada saat pembuahan tabung benang sari memasuki
kantung embrio melalui mikropil dan menempatkan dua buah inti gamet jantan
padanya. Satu diantaranya bersatu dengan inti sel telur dan yang lain bersatu
dengan dua inti polar dan hasil penyatuannya, yakni inti sekunder, penyatuan
gamet jantan yang lain dengan kedua inti polar menghasilkan inti sel endosperm
yang pertama yang akan membelah menghasilkan jaringan endosperm, sedangkan
penyatuan gamet jantan dengan sel telur akan menghasilkan zigot yang tumbuh
menjadi embrio. Proses yang melibatkan kedua macam pembuahan (penyatuan)
tersebut dinamakan pembuahan ganda. Biji masak terdiri dari tiga bagian embrio
dan endosperm (keduanya hasil pembelahan ganda, serta kulit biji yang dibentuk
oleh dinding bakal biji) termasuk kedua intergumennya (Dwidjoseputro, 1994).
Senyawa penghambat kimia sering juga
terdapat dalam biji, dan senyawa penghambat ini harus dikeluarkan lebih dahulu
sebelum perkecambahan dapat berlangsung. Di alam, bila terdapat cukup curah
hujan yang dapat mencuci penghambat dari biji, tanah akan cucup basah bagi
kecambah baru untuk bertahan hidup (Went, 1957). Hal ini khususnya penting di gurun,
karena kelembapan lebih menentukan daripada faktor lain seperti suhu. Vest
(1972) mendapatkan bahwa biji Atriplex mengandung
cukup banyak natrium klorida untuk menghambat perkecambahan biji secara osmotik.
biasanya senyawa penghambat lebih rumit daripada garam dapur dan penghambat
mewakili berbagai macam kelompok senyawa organik. Beberapa di antaranya adalah
kompleks pelepas-sianida (khususnya biji Rosaceae), sedangkan lainnya adalah
senyawa pelepas-amonia (Salisbury dan Ross, 1995).
Zat pengahambat ini ada berbagai macam
jenisnya. Zat-zat penghambat tersebut pada umumnya dikenal dengan nama
inhibitor. Zat-zat penghambat ini akan menunda terjadinya perkecambahan,
meskipun kondisi lingkungan sudah sangat mendukung untuk terjadinya suatu
proses perkecambahan (Tjitrosoma, 1984).
Biji yang telah masak dan siap untuk
berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk
dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Preatment
skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan
stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio (Anonim, 2008).
Pemecahan kulit biji dinamakan
skarifikasi atau penggoresan. Untuk itu digunakan pisau, kikir dan kertas
amplas. Di alam, goresan tersebut mungikin terjadi akibat kerja mikroba, ketika
biji melewati alat pencernaan pada burung atau hewan lain, biji terpajan pada
suhu yang berubah-ubah, atau terbawa air melintasi pasir atau cadas. Di
laboratorium dan bidang pertanian (bila perlu) digunakan alkohol atau pelarut lemak
lain (yang menghilangkasn badan berliln yang kadang menghalangi masuknya air) atau asam pekat.
Sebagai contoh, perkecambahan biji kapas dari berbagai tanaman kacangan tropika
dapat sangat dipacu dengan merendam biji terlebih dahulu dalam asam sulfat selama
beberapa menit sampai satu jam, dan selanjutnya dibilas untuk menghilangkan
asam itu (Salisbury dan Ross, 1995).
Skarifikasi merupakan salah satu upaya
pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk memetahkan
dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya
ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, melanis, maupun chemis
(Anonim, 2008).
Skarifikasi secara ekologi sangat
penting. Waktu yang diperlukan untuk menuntaskan skarifikasi secara alami dapat
mencegah terjadinya perkecambahn dini pada musim gugur atau selama periode
panas yang tidak lazim pada musim dingin. Skarifikasi dalam alat pecernaaan
burung atau hewan lain menyebabkan perkecambahan biji setelah biji tersebar
lebih luas. Biji yang tercuci selama terbawa aliran air di gurun tidak hanya di
gurun tidak hanya mengalami skarifikasi, tetapi sering berakhir ditempat yang
banyak mengandung air. Dean Vest (19720 memperlihatkan hubungan simbiosis dan
mutualisme antara fungi dan biji Atriplez
confertifolia yang tumbuh di kulit biji, merekahkan kuli tiu sehingga
perkecambahan dapat berlangsung. Pertumbuhan fungi terjadi hanya bila kondisi
suhu dan kelembapan sesuai baginya selama awal musim semi, yaitu waktu yang
paling tepat bagi kecambah untuk dapat
bertahan hidup (Salisbury dan Ross, 1995).
Ahli fisiologi benih biasanya
menetapkan perkecambahan sebagai suatu kejadian yang diawali dengan imbibisi
dan diakhiri ketika radikula (akar lembaga) atau kotiledon atau hipokopotil
memanjang atau muncul melewati kulit biji. Biji dapat tetap viabel (hidup),
tetapi tak dapat berkecambah atau tumbuh karena beberapa penyebab, baik itu
berasal dari luar maupun dari dalam biji itu sendiri. Peristiwa ini kemudian
kita kenal dengan istilah dormansi biji. Dormansi pada biji merupakan suatu
peristiwa dimana biji tertahan atau terhambat untuk berkecambah. Dormansi pada
biji ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya biji yang belum
matang dalam hal ini adalah embrio yang masih immature, kondisi lingkungan yang
tidak mendukung untuk terjadinya suatu proses perkecambahan, dan lain-lain
(Goldworthy, 1992).
Apakah yang menyebabkan biji pada buah
tomat yang masak tidak berkecambah dalam buah? Padahal, suhunya biasanya sangat
sesuai dan kelembapan serta oksigennya pun cukup. Bila biji dikeluarkan dari
buah, dikeringkan, dan ditanam, biji itu segera berkecambah; ini menunjukkan
bahwa biji itu segera berkecambah jika diambil langsung dan dibiarkan
mengambang di atas permukaan air. Di dalam buah, potensial osmotik buah terlalu
negatif untuk perkecambahan. Zat penghambat khusus mungkin juga ada, persis
seperti ABA dalam endosperma yang sedang berkembang dari biji afalfa, yang
berfungsi sebagai penghambat perkecambahan embrio. Buah lain menyaring panjang
gelombang yang diperlukan untuk untuk perkecambahan (Salisbury dan Ross, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Dormansi biji, http:// www.google.com/ elisa.ugm.ac.id/ diakses pada hari senin, tanggal 13 Oktober 2008, pukul 21.00 WITA.
Campbell, N., A., Reece, J., B., dan Mitchell, L., G. 2000, Biologi Edisi Kelima Jilid 2, Erlangga, jakarta.
Dwidjoseputro, D., 1994, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Goldsworthy, F.R., dan Fisher, 1992, Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik, UGM Press, Yogyakarta.
Salisbury, Frank B dan W. Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 3, ITB, Bandung.
Tim Dosen, 2008, Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tjitrosoma, S.S., 1984, Botani Umum 3, Angkasa, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar