BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Anonim, 2011).
Informasi kepadatan populasi saja belum cukup untuk memberikan suatu gambaran yang lengkap mengenai keadaan suatu populasi yang ditemukan dalam suatu habitat. Dua populasi mungkin dapat mempunyai kepadatan yang sama, tetapi mempunyai perbedaan yang nyata dalam pola penyebaran spatialnya (tempat). Kepadatan populasi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh pola penyebaran populasinya (Anonim, 2011).
Perubahan-perubahan dalam jenis habitat juga dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam pola penyebaran, dan dalam habitat yang sama, spesies-spesies yang berada biasanya memperlihatkan perbedaan pola penyebaran (Heddy, 1986).
Untuk mengetahui pola penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan Indeks Mourisita maka dilakukanlah percobaan ini.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Menentukan pola penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan Indeks Mourisita.
2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran individu dalam populasi.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan Pola Penyebaran Individu Dalam Populasi ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal 19 April 2011 pukul 13.30 WITA bertempat di Laboratrorium Biologi Dasar Lantai 1, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan pengambilan data dilakukan di Canopy, Biologi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur suatu komunitas alamiah bergantung pada cara dimana tumbuhan dan hewan tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu (Michael, 1994) :
1. Penyebaran teratur atau seragam, dimana individu-individu terdapat pada tempat tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan yang keras sehingga timbul kompetisi yang mendorong pembagian ruang hidup yang sama.
2. Penyebaran secara acak (random), dimana individu-individu menyebar dalam beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya. Penyebaran ini jarang terjadi, hal ini terjadi jika lingkungan homogen.
3. Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah. Pola ini umumnya dijumpai di alam, karena adanya kebutuhan akan faktor lingkungan yang sama.
Dari ketiga kategori ini, rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati di lam dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan penggerombolan disebabkan oleh reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan fenomena lain. Dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial. Penyebaran seragam sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael, 1994).
Populasi dapat konstan dapat pula berfluktuasi atau dapat pula meningkat atau menurun terus. Perubahan-perubahan demikian merupakan fokus utama ekologi populasi. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh empat faktor yang saling mempengaruhi, yaitu kelahiran (natality), kematian (mortality) dan migrasi (emigrasi dan imigrasi) (Mc Naughton, 1990).
Migrasi musiman tidak hanya memungkinkan pendudukan daerah-daerah yang akan tidak baik dalam ketiadaan migrasi tetapi juga memungkinkan binatang-binatang memelihara laju rata-rata kepadatan dan kegiatan yang lebih tinggi. Populasi ynag tidak bermigrasi sering kali harus menjalani pengurangan kepadatan yang luar biasa atau melakukan semacam bentuk dorman selama periode yang tidak baik. Orientasi dan navigasi migrasi-migrasi jarak jauh merupakan lapangan penelitian dan teori-teori yang sangat populer, tetapi masih sedikit yang dimengerti (Odum, 1993).
Penyebaran membantu natalitas dan mortalitas di dalam memberi wujud bentuk pertumbuhan dan kepadatan populasi. Di dalam kebanyakan kasus beberapa individu atau hasil-hasil refroduktifnya secara tetap meninggalkan atau memasuki populasi (Odum, 1993).
Secara umum populasi dapat dianggap sebagai suatu kelompok organisme yang terdiri atas individu-individu yang tergolong dalam satu jenis atau varietas, ekotipe, atau satu unit taksonomi lain yang terdapat pada suatu tempat. Populasi memiliki karakteristik yang khas untuk kelompok yang tidak dimiliki oleh masing-masing dari anggotanya. Karakteristik ini antaralain adalah kepadatan, natalitas (laju kelahiran), mortalitas (laju kematian), potensi biotik, penyebaran umur dan bentuk pertumbuhan (Resosoedarmo, 1990).
Natalitas dan mortalitas menentukan pertumbuhan populasi. Populasi tumbuh apabila natalitas melebihi mortalitas. Dalam suatu daerah atau ekosistem, pertumbuhan dipengaruhi oleh imigrasi dan emigrasi (Resosoedarmo, 1990).
Populasi sebagai suatu individu yang dinamis dapat bertumbuh dalam perjalanan ruang dan waktu. Penanaman populasi dapat mengalami kenaikan atau penyusutan kepadatannya, tergantung pada kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidupnya. Bila daya dukung lingkungan tidak mendukung suatu kepadatan populasi, maka kepadatan populais dapat mengalami penyusutan, sebaliknya jika daya dukung lingkungan itu menunjang, sehingga kebutuhan populasi akan makanan, habitat serta kebutuhan lain terpenuhi maka akan meningkatkan populasi. Dengan kata lain adanya interaksi-interaksi antar individu di dalam populasi itu maupun dengan individu lain dari luar populasi maka populasi merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang dikenal dengan istilah seleksi alam (Resosoedarmo, 1990).
Terdapat dua cirri dasar dari suatu populasi yaitu cirri biologi, yang merupakan ciri yang dipunyaioleh suatu individu pembangun populasi itu, serta cirri statistic yang merupakan cirri uniknya sebagai himpunan atau kelompok dari individu-individu. Seperti halnya suatu individu organisme suatu populasi pun memiliki struktur dan organism tertentu, yang sifatnya ada yang konstan ada pula yang mengalami perubahan sejalan dengan waktu, memiliki ontogeny atau sejarah perkembangan kehidupan, dapat dikenai dampak faktor-faktor lingkungan dan dapat memberikan respon terhadap faktor-faktor lingkungan (Heddy, 1986).
Ruang dan tersedianya bahan-bahan yang diperlukan jenis untuk hidupnya berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi. Pertumbuhan cenderung untuk melaju terus dengan cermat apabila ruang dan bahan-bahan berlimpah, dan akan mundur apabila kedua faktor tersebut berkurang yang kemudian akan mendatar bila ruang dan bahan-bahan menjadi terbatas (Heddy, 1986).
Penyebaran populasi dalam suatu ekosistem dapat terjadi melalui tiga pola yaitu (Umar, 2011) :
1. Emigrasi, yaitu pergerakan individu keluar daerah populasinya ke tempat lainnya dan tinggal secara permanen.
2. Imigrasi, yaitu pergerakan individu dari suatu daerah populasi lainnya dan tinggal secara permanen.
3. Migrasi, yaitu pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu daerah ke daerah populasi lainnya secara periodik.
Penyebaran individu-individu di dalam populasi dapat menyebar dalam tiga pola yaitu (Umar, 2011) :
1. Acak, yaitu terjadi apabila keadaan lingkungan relatif homogen.
2. Teratur/seragam, yaitu terjadi apabila ada persaingan yang keras di antara individu dalam populasinya.
3. Kelompok, yaitu terjadi apabila kebutuhan yang sama akan faktor lingkungan.
Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang mendekati keadaan demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara individu yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap kondisi-kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok induk-anak, serta atraksi social yang merupakan agregasi aktif dan individu membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu, seperti pada berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986).
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Dalam ekologi dipelajari hubungan atau interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Pada suatu macam habitat dapat hidup berbagai macam oganisme yang saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi antara populasi dari suatu spesies dengan populasi dari lain spesies yang disebut interaksi interspesifik. Beberapa fenomena ekologis yang paling spektakuler adalah interaksi spesifik dan interaksi obligat antara populasi yang berbeda secara taksonomi. Komunitas ekologi tesusun oleh beberapa populasi yang berinteraksi pada tingkat yang bervariasi. Interaksi potensial bervariasi mulai dari interaksi yang bersifat netral, dimana dua populasi hidup bersama-sama dengan lingkungannya (Heddy, 1986).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan adalah alat tulis menulis, buku penuntun dengan ukuran (21,59 cm x 27,94 cm), dan patok.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah tali rafia, tumbuhan disekitar areal pengamatan sebagai objek penelitian.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja dari percobaan ini adalah :
A. Metode Line Transect
1. Dipilih satu areal komunitas dan populasi yang memiliki keanekaragaman jenis sebagai areal untuk melakukan pengkuran.
2. Satu buah tali rafia dibentangkan sepanjang 10 meter hingga menyentuh dasar.
3. Dicatat jenis rumput yang terdapat tepat dibawah garis tali rafia.
4. Dilakukan pengamatan kembali sebanyak dua kali di tempat berbeda, kemudian selanjutnya dilakukan perhitungan di Laboratorium.
B. Metode Belt Transek
1. Dipilih satu areal komunitas dan populasi yang memiliki keanekaragaman jenis sebagai areal untuk dilakukan pengukuran.
2. Diambil tali rafia sepanjang 4 meter kemudian dibentuk menjadi persegi dengan sisinya 1 meter sehingga terbentuk satu kotak plot.
3. Lakukan 10 kali sampling.
4. Tabel hasil pengamatan dibuat sehingga dimudahkan dalam pengolahan data.`
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
a. Tabel Pengamatan dengan Plot Acak
PLOT
|
SPESIMEN
|
Jumlah/Plot
| |||
A
|
B
|
C
|
D
| ||
1
|
2
|
2
| |||
2
|
13
|
13
| |||
3
|
3
|
2
|
5
| ||
4
|
3
|
2
|
5
| ||
5
|
4
|
3
|
7
| ||
6
|
5
|
5
| |||
7
|
2
|
2
| |||
8
|
12
|
3
|
2
|
17
| |
9
|
6
|
1
|
7
| ||
10
|
4
|
2
|
6
| ||
Jumlah
|
39
|
19
|
8
|
3
|
69
|
N
|
69
|
Keterangan:
|
b. Tabel Pengamatan menggunakan plot sistematik
PLOT
|
SPESIMEN
|
Jumlah/Plot
| |||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
| ||
1
|
1
|
1
|
1
|
3
| |||
2
|
1
|
1
| |||||
3
|
2
|
2
| |||||
4
|
1
|
1
|
1
|
3
| |||
5
|
3
|
1
|
1
|
5
| |||
6
|
1
|
8
|
9
| ||||
7
|
2
|
1
|
1
|
4
| |||
8
|
2
|
2
| |||||
9
|
1
|
1
|
2
| ||||
10
|
3
|
1
|
4
| ||||
Jumlah
|
3
|
20
|
8
|
2
|
1
|
1
|
35
|
IV.2 Analisis Data
a. Analisis data untuk metode plot acak
Tabel Perhitungan
Perhitungan
| ||||
Spesimen
|
Ni
|
X2
|
X2-N
| |
A
|
39
|
1521
|
1452
| |
B
|
19
|
361
|
292
| |
C
|
8
|
64
|
-5
| |
D
|
3
|
9
|
-60
| |
Jumlah
|
69
|
1955
|
1679
| |
Id
|
3.578431373
| |||
Hasil
|
Mengelompok ;id >1
| |||
n=10,
|
Perhitungan :
Pola Penyebaran dicari dengan Indeks Morisita secara acak sebagai berikut:
Dimana : n = Jumlah plot
N = Jumlah total individu dalam plot
∑ X2 = Kuadrat jumlah individu dalam plot
b. Analisis data untuk metode plot sistematik
Perhitungan
| ||||
Spesimen
|
ni
|
X2
|
X2-N
| |
A
|
3
|
9
|
-26
| |
B
|
20
|
400
|
365
| |
C
|
8
|
64
|
29
| |
D
|
2
|
4
|
-31
| |
E
|
1
|
1
|
-34
| |
F
|
1
|
1
|
-34
| |
Jumlah
|
35
|
479
|
269
| |
Id
|
2.260504202
| |||
Hasil
|
Mengelompok ;id >1
| |||
n=10,
|
Perhitungan:
Pola Penyebaran dicari dengan Indeks Morisita secara acak sebagai berikut:
Dimana : n = Jumlah plot
N = Jumlah total individu dalam plot
∑ X2 = Kuadrat jumlah individu dalam plot
IV. Pembahasan
Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan plot acak menggunakan buku penuntun yang ukurannya 21x28.5 cm yang diletakkan secara acak dengan pengambilan sampel sebanyak 10 kali plot diperoleh 69 organisme dengan rincian 39 semut hitam, 18 semut merah, 8 rayap dan 3 keong.
Melalui skala Indeks Morishita pola penyebaran yang didapat adalah 3,58. Nilai tersebut terbilang lebih besar dari 1 (>1), sehingga menurut skala nilai indeks Morishita maka pola penyebaran induvidu yang terjadi ialah mengelompok.
Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan metode plot sistematik dengan buku penuntun berukuran 21 x 28,5 cm dan areal yang sama yaitu seluas 20 x 10 m di halaman Canopy Biologi yang diletakkan secara sistematis/beraturan dengan pengambilan sampel sebanyak 10 kali. Pola penyebaran yang didapat dengan Indeks Morisita adalah 2,26. Nilai tersebut terbilang lebih besar dari 1 (>1), sehingga menurut skala nilai indeks Morishita maka pola penyebaran induvidu yang terjadi ialah mengelompok. Pada metode ini diperoleh hewan sebanyak 6 spesies dengan jumlah hewan sebanyak 35 ekor. Rinciannya yaitu 3 semut hitam, 20 semut merah, 8 rayap, 2 A, 1 B, 1 C.
Percobaan yang dilakukan didapat hasil bahwa pola penyebaran yang terjadi di daerah/areal tersebut adalah mengelompok, baik dengan metode plot sistematis maupun pola acak. Hal ini menandakan bahwa oraganisme yang ada saling berkaitan dengan organisme lain.
BAB V
KESIMPULAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka kesimpulan yang diperoleh adalah :
1. Pola penyebaran individu pada populasi di Canopy Biologi dengan menggunakan plot acak didapat hasil Indeks Morishita adalah 3,58 dan plot sistematis adalah 2,26. Hal ini menandakan bahwa pola penyebaran yang terjadi adalah secara mengelompok.
2. Untuk menghitung pola penyebaran dengan Indeks Morishita dilakukan dengan cara plot yaitu plot acak dan sistematis. Plot acak dilakukan dengan melemparkan buku penuntun secara acak di areal sedangkan plot sistematis buku penuntun diatur secara beraturan.
V.2 Saran
Saran saya pada percobaan ini adalah :
1. Sebaiknya area yang digunakan jangan hanya di area kampus saja.
2. Sebaiknya asisten selalu mendampingi praktikan selama praktikum berlangsung, khusunya untuk asisten utama.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Keanekaragaman Jenis. www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 23 April 2011 pukul 20.00 WITA.
Heddy, S. 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta.
Mc Naughton, S. 1990. Ekologi Umum. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Michael, P. E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas Indonesia. Jakarta.
Odum, Eugene. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Resosoedarmo, S. 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Umar, M. Ruslan. 2009. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Laboratorium Ilmu Lingkungan Kelautan. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin. Makassar.
nice (y)
BalasHapuskak. boleh minta alamaat email. saya mau bertanya tentang perhitungan indeks morisita kk.. terimakasih sebelumnya
BalasHapus