BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tidak mungkin bagi kita untuk menghitung setiap individu yang terdapat di alam suatu populasi ataupun di dalam suatu komunitas. Dalam mempelajari populasi ataupun komunitas, biasanya dilakukan dengan cara mengambil sampel (contoh) atau sebagian kecil individu dari populasi atau komunitas tersebut, barulah dapat ditarik suatu kesimpulan tentang populasi atau tentang komunitas yang sedang dipelajari. Dalam penarikan contoh (sampling) harus menggunakan metode sampling yang tepat, sebab bila tidak hasil yang akan diperoleh akan bias (Heddy, 1986).
Metode Capture-Recapture (tangkap-tandai-lepas-tangkap kembali-lepas) merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung, atau mamalia kecil. Metode Capture-Recapture yang biasa digunakan adalah metode Lincoln-Peterson. Individu yang ditangkap diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek (1 hari). Setelah jangka waktu tertentu dilakukan penangkapan yang kedua yang kemudian diidentifikasi (Umar, 2009).
Metode Capture-Recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga ukuran populasi alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode Capture-Recapture sulit dilaksanakan di lapangan. Untuk itu dilakukan metode Removal Sampling yang tidak melepaskan kembali hewan yang telah disampling. Contoh metode Removal Sampling adalah Metode Zippin yang dilakukan dengan cara penangkapan pertama tidak dilepaskan kembali, kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan juga hewan tidak dilepaskan kembali. Sehingga dengan menggunakan persamaan Zippin dapat diduga populasi hewan dalam suatu areal (Umar, 2009).
Untuk mengetahui bagaimana perbedaan populasi dari suatu tempat/lokasi yang berbeda serta untuk melatih para mahasiswa dalam menggunakan peralatan sederhana dalam menduga poplasi hewan bergerak, maka dilakukanlah percobaan ini.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Untuk menduga atau mengetahui populasi dari suatu areal dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson dan metode Zippin.
2. Untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik sampling organisme dan rumus sederhana dalam memprediksi keadaan suatu komunitas.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan Metode Sampling Biotik untuk menduga Populasi Hewan bergerak di dilakukan pada hari Selasa, tanggal 15 Maret 2011 pukul 13.30 WITA bertempat di Laboratrorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan pengambilan sampel dilakukan pada hari Senin tanggal 13 Maret 2011 pukul 05.00 WITA bertempat di depan mesjid kampus Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi pada rumus Paterson. Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode capture-recapture. Merupakan metode yang sederhna untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil. Metode CMMR ini dilakukan dengan mengambil dan melepaskan sejumlah kancing yang dianggap sebagai besarnya populasi yang ada menggunakan kancing hitam dan putih yang danggap sebagai populasi yang tersebar di alam (Resosoedarmo, 1990).
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Soegianto, 1994).
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soegianto, 1994).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam (Heddy, 1986).
Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan (Tarumingkeng, 1994).
Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, padahal kita ingin menghemat biaya dan waktu, kita harus puas dengan sampel. Karakteristik sampel disebut statistik. Kita sebetulnya tidak tertarik pada statistik. Kita ingin menduga secara cermat parameter dart statistik. Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel tak bias (unibased sample) atau sampel yang representatif. Sebaliknya sampel bias adalah sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih. Memang, sampel mungkin menunjukkan karakteristik yang menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari karakteristik populasi disebut galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan antara hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus (Soegianto, 1994).
Sampel tak bias adalah sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas (probability sampling). Dalam sampel probabilitas, setiap unsur populasi mempunyai nilai kemungkinan tertentu untuk dipilih. Karena sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka sampel probabilitas lazim juga disebut sebagai sampel random. Bila kita mengambil sampel tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita memperoleh sampel pertimbangan (judgemental sampling), disebut juga sample non-probabilitas. Untuk kedua jenis sampling ini, ada beberapa alternatif teknik penelitian sampel. Teknik penarikan sampel sering disebut rencana sampling atau rancangan sampling (sampling design) (Heddy, 1986).
Model Peterson menangkap sejumlah individu dari sujumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan pengambilan ( Penangkapan Ke 2 terhadap sejulah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi indifidu yang bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan ke dua. Metode schanebel ini dapat digunakan untuk mengurangi ke tidak validan dalam metode Patersen. Metode ini membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan periode berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali (Tarumingkeng, 1994).
Ada beberapa satuan pengukuran yang digunakan dalam menerangkan suatu populasi ataupun komunitas seperti frekuensi, kepadatan, luas penutupan, dan biomassa. Kepadatan merupakan jumlah individu per unit area atau unit volume. Dalam suatu tempat tidak semuanya merupakan tempat yang layak bagi suatu spesies hewan. Mungkin dari tempat itu hanya sebagian saja yang merupakan habitat yang layak bagi hewan tersebut. Elemen/unsur adalah setiap satuan populasi. Kalau dalam populasi terdapat 30 laporan keuangan, maka setiap laporan keuangan tersebut adalah unsur atau elemen penelitian. Artinya dalam populasi tersebut terdapat 30 elemen penelitian. Jika populasinya adalah pabrik sepatu, dan jumlah pabrik sepatu 500, maka dalam populasi tersebut terdapat 500 elemen penelitian. Kepadatan mutlak atau kepadatan ekologi merupakan kepadatan yang mendiami bagian tertentu (Soegianto, 1994).
Dalam sampling fauna, menentukan kepadatan mutlak itu seringkali tidak mungkin dilakukan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat indeks kepadatan yang umum digunakan untuk keperluan perbandingan. Indeks itu hanya dinyatakan sebagai jumlah individu per unit habitat atau jumlah inidividu per unit usaha, bukan lagi jumlah individu per unit luas (Soegianto, 1994).
Dalam sampling tumbuhan, permasalahan yang sering kita hadapi adalah dalam menentukan suatu individu tanaman. Tumbuhan yang terbentuk pohon atau herba. Untuk tanaman yang hidup di dalam kelompok atau bereproduksi secara vegetatif dengan akar di dalam tanah, cara yang umum digunakan adalah menganggap individu-inidividu tersebut terputus-putus. Sedangkan untuk tanaman yang tumbuh dalam bentuk rumpun, maka setiap rumpun dianggap sebagai satu individu. Untuk kondisi seperti ini, jenis pengukuran yang paling cocok adalah dengan mengukur luas penutupan (Soegianto, 1994).
Distribusi rumpun dapat meningkatkan kompetisi untuk mendapatkan hara, makanan, ruang, atau cahaya, tetapi pengaruh merusak ini sreingkali dikompetisi dengan yang menguntungkan. Misalnya pohon-pohon yanng tumbuh bersama-sama dalam kelompok misalnya tanaman pagar, pada daratan yang luas kompetisinya untuk mendapatkan hara dan cahaya jika dibandingkan dengan apabila pohon-pohon tersebut tumbuh terpisah tetapi lebih tahan terhadap serangan angin yang kencang (Heddy, 1986).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan adalah botol sampel, perangkap hewan, alat tulis menulis.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah tinta cina, serangga, areal yang akan diamati.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah :
· Pengambilan Sampel :
1. Ditentukan suatu areal yang akan diamati, kemudian dilakukan penangkapan hewan pada lokasi tersebut.
2. Penangkapan hewan dilakukan dengan perangkap hewan misalnya untuk serangga dilakukan dengan menggunakan sweeping net.
3. Dilakukan penangkapan dua kali dan hasil tangkapan dikumpulkan, kemudian pada setiap individu, sampel diberi tanda pada bagian tertentu ditubuhnya, selanjutnya dilepaskan kembali dihabitatnya (dicatat jumlahnya = M).
4. Penangkapan kedua dilakukan setelah satu hari, dijumlah ulang penangkapan sesuai dengan jumlah ulangan pada penangkapan periode pertama. Dikumpulkan semua hewan yang tertangkap (dicatat jumlahnya = n).
· Di Laboratorium :
1. Periksalah/hitunglah jumlah hewan bertanda yang tertangkap dalam penangkapan kedua (catat jumlahnya = R).
2. Lakukanlah perhitungan pendugaan populasi dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
No.
|
Parameter
|
Jumlah (∑)
|
1.
|
M
|
21
|
2.
|
N
|
11
|
3.
|
R
|
0
|
Keterangan : M = Jumlah individu tertangkap pada penangkapan pertama dan ditandai
n = Jumlah individu tertangkap pada penangkapan kedua (bertanda dan tidak bertanda)
R = Jumlah individu bertanda yang tertangkap pada penangkapan kedua.
IV.2 Analisi Data
a. Pendugaan Populasi
N = (M) (n) = 20 x 11 = ∞
R 0
b. Kesalahan Baku (standard error)
SE =
=
=
c. Selang Kepercayaanya
= N ± (t) (SE)
= ∞ ± 1,96 x ∞
= ∞ ± ∞
IV.3 Pembahasan
Pada pengambilan sampel pertama diperoleh 21 ekor serangga yang tertangkap kemudian ditandai dengan tinta cina (M). Pada penangkapan kedua didapat serangga sebanyak 11 ekor (n). Pengamatan untuk penangkapan kedua tidak ditemukan serangga yang tertandai pada penangkapan hari pertama (R).
Dari percobaan yang telah dilakukan dan setelah melalui proses pengamatan dan perhitungan, maka diperoleh hasil jumlah individu dalam populasi yang tak terhingga.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan tempat pengambilan sampel tersebut terjadi migrasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu adanya dorongan mencari makanan, menghindari predator, atau mungkin karena terbawa angin atau air.
Hal ini terbukti karena pada saat penangkapan hari kedua tidak ada serangga yang ditandai (penangkapan pertama). Peristiwa ini terjadi karena kemungkinan besar serangga tersebut dimakan oleh predator, dan terjadi migrasi akibat adanya beberapa factor di atas. Faktor non teknis yang menyebabkan tidak adanya serangga yang ditandai (penangkapan pertama) adalah tinta yang digunakan luntur akibat terjadi hujan.
DAFTAR PUSTAKA
Heddy, Suwasono. 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta.
Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.
Tarumingkeng, R. C. 1994. Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Umar, M. Ruslan. 2004. Ekologi Umum Dalam Praktikum. Universitas Hasanuddin. Makassar.
siiiiphh, slam shbt bioo
BalasHapus