REVIEW
JURNAL INTERNASIONAL
TENTANG
INTERAKSI KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP”
Judul :
|
Population and Environment Interaction : the Case of Gilgel
Abbay Catchment, Northwestern Ethiopia
|
Penulis :
|
Amare Sewnet Minale
(PhD)
|
Publikasi :
|
Environmental
and Management Vol. 4 (1). 0153-0162, January, 2013
|
Penelaah :
|
Harmin Adijaya
Putri
|
Tanggal Telaah :
|
6 Mei
2015
|
I. Deskripsi Jurnal
1. Tujuan Utama Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika
populasi pada Daerah Aliran Sungai Gilgel Abbay (GAC), Barat Laut Ethiopia dan
melihat korelasi yang terjadi antara ukuran populasi (penduduk) dan unit
tutupan lahan pada DAS Gilgel Abbay.
2. Hasil Penelitian
Analisis
perubahan penduduk Ethiopia dapat dibagi menjadi dua bagian utama: sebelum dan
sesudah sensus tahun 1984. Data yang tersedia menunjukkan bahwa populasi penduduk
telah meningkat empat kali lipat antara tahun 1900 dan 1988. Pada awal abad
ke-20 tingkat kelahiran diperkirakan sebesar 0,2 % per tahun. Jumlah penduduk pada
tahun 1900 diperkirakan mencapai 11,8 juta orang. Butuh 60 tahun untuk dua kali
lipat menjadi 23,6 juta pada tahun 1960 dan hanya butuh 28 tahun untuk kenaikan
jumlah penduduk dua kali lipat dari tahun 1960 menjadi 47,3 juta orang dimana
angka pertumbuhan sebesar 2,9 % antara tahun 1980 dan 1989. Dua faktor
demografi bertanggung jawab terhadap pertumbuhan yang drastis di Ethiopia yaitu
angka kelahiran tinggi dan angka kematian perlahan-lahan menurun.
Di
Ethiopia sensus penduduk adalah fenomena baru, yang baru diadakan tiga kali
yaitu tahun 1984, 1994, dan tahun 2007. Berdasarkan hasil sensus, perkiraan
populasi Ethiopia yaitu 79.221.000 orang pada tahun 2008 (CSA, 2008). Ethiopia
memiliki penduduk terbesar kedua di Sub Sahara Afrika. Dari jumlah tersebut
sekitar 50,5 % adalah laki-laki dan 49,5% adalah perempuan. Ciri khas
negara-negara berkembang termasuk di dalamnya Ethiopia yaitu pertumbuhan
penduduk sangat pesat dari pembangunan sosio-ekonomi dan ketergantungan masyarakat
pada sumber daya lingkungan semakin meningkat sehingga menyebabkan degradasi
lingkungan.
Dinamika populasi
Dinamika
populasi meliputi perubahan populasi dari waktu ke waktu karena kelahiran,
kematian dan migrasi. Kesuburan adalah salah satu dinamika populasi yang
menentukan ukuran dan struktur umur dari populasi tertentu. Nilai total tingkat
kesuburan (TFR) Ethiopia adalah 5,4. Tingkat kesuburan jauh lebih tinggi di daerah
pedesaan dibandingkan perkotaan. Nilai TFR di daerah pedesaan adalah 6,0 yaitu
2,5 kali lebih tinggi dibandingkan TFR pada daerah perkotaan. Tingkat kematian
kasar telah menunjukkan penurunan dalam dua dekade terakhir. Arus Angka
kematian ibu (673/100.000) adalah salah satu tertinggi di dunia. Data dari
tahun 2005 menunjukkan EDH bahwa kematian bayi telah menurun sebesar 19 % selama
15 tahun terakhir.
Di
Ethiopia meskipun, tidak ada data terkait kondisi penduduk di masa lampau, data
yang ada menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi menjadi cepat setelah tahun
1950-an. Beberapa variabel demografi tampaknya menurun tetapi masih tertinggi
di dunia. Momentum penduduk berpengaruh pada pertumbuhan penduduk di masa yang
akan datang. Hal ini jelas bahwa pertumbuhan yang pesat (tidak sejalan dengan pembangunan
sosial-ekonomi) telah mengancam lingkungan negara Ethiopia dan akan berpengaruh
pada masa depan.
Penduduk Dan Lingkungan Terkait DAS Gilgel Abbay
Pembuktian
ekologi dan ekonomi telah menunjukkan bahwa terjadi kehilangan keanekaragaman
hayati dan penurunan produktivitas lahan yang menjadi masalah utama di
Ethiopia. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat menjadi tantangan masa depan
Negara ini. Berdasarkan studi EHR, telah terjadi trend yang menakutkan terhadap
lingkungan dimana telah terjadi kerusakan lingkungan yaitu sebesar 27 juta ha atau hampir 50% dari
wilayah dataran tinggi. Kerusakan lingkungan yang paling parah terjadi di
dataran tinggi, terutama di bagian utara karena pertumbuhan eksponensial penduduk,
pemukiman yang padat, praktek penggunaan lahan yang masih primitive termasuk
pembukaan lahan untuk pertanian dan bahan bakar, serta kurangnya inovasi dalam
praktek pertanian. Demikian pula, Amare (2010) pada penelitiannya di DAS Abbay
Gilgel ditemukan perluasan pertanian dan pemukiman dan pembukaan lahan akibat dengan
peningkatan penduduk di salah satu daerah dataran tinggi Ethiopia. Perubahan tutupan
lahan DAS Abbay Gilgel yang dikaitkan dengan faktor-faktor antropogenik semakin
meningkat akibat pesatnya jumlah penduduk.
Penduduk
pada kabupaten yang termasuk dalam wilayah DAS telah menunjukkan peningkatan
yang cepat dan dalam waktu kurang dari 20 tahun. Peningkatan penduduk yang
sangat cepat memberi implikasi terhadap sumber daya DAS Gilgel Abbay. Sejalan
dengan periode ini, pada DAS telah terjadi perubahan tutupan lahan (land use)
dengan sangat cepat karena pertambahan penduduk. Dalam wilayah DAS Gilgel Abbay,
sebagian besar penduduk berada di bawah garis kemiskinan dan hidup dengan < 1
ha lahan dimana hasil pertanian sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara
lain. Pertambahan jumlah penduduk meyebabkan permintaan untuk pertanian dan
kebutuhan kayu bakar semakin tinggi sehingga akses terhadap hutan semakin
lebar. Kondisi ini telah menyebabkan perluasan pertanian dan lahan pemukiman
dengan membersihkan hutan, rumput dan wetland.
Terdapat
hubungan antara ukuran populasi (penduduk) dan perubahan tutupan lahan di DAS
Gilgel Abbay, Ethiopia. Penduduk pada wilayah kabupaten DAS Gilgel Abbay berkolerasi
dengan satuan tutupan lahan (Tabel 1). Ada hubungan positif yang kuat antara
ukuran populasi (penduduk) terhadap lahan pertanian dan pemukiman yang ada,
terjadi peningkatan jumlah penduduk dan proporsional perluasan lahan pertanian
dan pemukiman di DAS Gilgel Abbay. Akan tetapi korelasi antara ukuran populasi
(penduduk) dan sumber daya hutan telah menunjukkan korelasi negative yang kuat
dengan artian peningkatan ukuran populasi (penduduk), maka terjadi penurunan luasan
hutan dan tutupannya (Tabel 1). Ini mengimplikasikan bahwa pertumbuhan penduduk
pada wilayah DAS Gilgel Abbay adalah salah satu penyebab konversi hutan, air
dan wetland menjadi lahan pertanian
dan pemukiman dalam periode ini dan konsekuensinya adalah gangguan terhadap
ekosistem pada wilayah DAS Gilgel Abbay, Ethiopia.
Tabel
1. Korelasi antara ukuran populasi (penduduk) dan unit tutupan lahan pada DAS
Gilgel Abbay
3. Kesimpulan Penelitian
Pertumbuhan penduduk yang tidak
berkelanjutan di Ethiopia memberi kontribusi terhadap degradasi lingkungan di
Negara tersebut, khususnya pada daerah dataran tinggi dengan tingkat kepadatan
penduduk yang banyak. Deforestasi, degradasi wetland, pengembalaan yang berlebihan, erosi tanah yang sangat
cepat dan biodegradasi di Negara Ethiopia secara langsung dan tidak langsung
berhubungan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk yang ada. Oleh karena itu,
harus ada strategi yang diusulkan untuk memperkuat program Keluarga Berencana
(KB) untuk memberikan kaum ibu (wanita) tentang pengetahuan dan sarana untuk
mengatur fertilitas mereka ; menekankan pembangunan SDM, khususnya pendidikan,
kesetaraan gender dan kesehatan anak, dan mendorong dalam melahirkan dengan mengatasi kebutuhan kaum
muda dan momentum pertumbuhan penduduk akibat struktur umur muda.
Prioritas
yang mendesak harus dilakukan untuk menahan degradasi lingkungan adalah
konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman
hayati. Investasi dalam penelitian pertanian dan teknologi dalam rangka meningkatkan produksi pertanian sementara pada
saat yang sama, melindungi lingkungan hidup (alam). Mengembangkan teknik lokal
dan praktek diseminasi dalam pengelolaan tanah kepada masyarakat dan kompensasi
eksternalitas atas efek yang merugikan yang bisa mempengaruhi sumber
daya alam (SDA).
II. Telaah
jurnal
1. Fokus Utama Penelitian
Berdasarkan bagian pendahuluan pada jurnal diketahui bahwa Ethiopia
dengan jumlah penduduk 79 juta orang hidup pada luasan geografis 1.1 juta km2 dengan GDP sebesar US $ 6.1 milyar, 39
% diantaranya berasal dari kontribusi dari pertanian, dimana 85 % penduduk
sangat tergantung terhadap pertanian sebagai mata pencaharian. Sesuai dengan
Indeks Pembangunan Manusia (2010), Ethiopia rangking 157 dan jauh di bawah
Negara berkembang, dengan nilai IPM yaitu 0.328. Selama 30 tahun, GDP Ethiopia
tumbuh dari 190 ke 398 (USD), sedangkan kenaikan penduduk selama periode ini
sangat mengkhawatirkan.
Semenjak
tahun 1960, pertambahan jumlah penduduk di Ethiopia sangat cepat karena adanya
perubahan kondisi social ekonomi di dunia. CSA (Central Statistics Authority) memproyeksikan
bahwa penduduk Ethiopia pada tahun 2015 kemungkinan akan meningkat menjadi 115
juta orang karena tingkat kematian menurun dan tingkat kelahiran meningkat (40
dan 5.4 per seribu). Fakta yang ada bahwa pada umumnya penduduk Ethiopia
tersebar pada suatu daerah berdasarkan ketinggian, iklim, dan tanah. Di mana sekitar
90 % penduduk hidup pada daerah dengan ketinggian 1500 meter dan hanya 11 %
hidup pada daerah di bawah ketinggian 1500 meter (zona iklim panas), meskipun
zona panas meliputi lebih dari setengah wilayah Ethiopia. Hal
ini menunjukkan penduduk di Ethiopia tumbuh dengan sangat cepat dan distribusi
yang tidak merata dan memiliki implikasi negative terhadap sumber daya
lingkungan.
Sejalan dengan social ekonomi yang
rendah dan pertumbuhan penduduk yang pesat, terjadi degradasi lahan yang
mempengaruhi integritas ekologi Negara tersebut. Contohnya hutan Ethiopia pada
awal abad ke-20 seluas 40 %, saat ini telah menurun menjadi 2.2 %. Pertumbuhan
penduduk yang pesat dan standar ekonomi penduduk Ethiopia yang rendah telah
membawa mereka pada konsekuensi perubahan pengunaan penutupan lahan, perubahan
iklim dan status hidrologi di Ethiopia. Studi area penelitian pada daerah DAS
Gilgel Abbay yang secara astronomis terletak pada 10°57’ - 11°54’ N dan 36°38’
- 37°23’ E, dimana sekitar 1.5 juta orang hidup di DAS tersebut dan sekitar 90
%, penduduk hidup pada daerah pedesaan yang sangat bergantung terhadap
pertanian. Berdasarkan latar belakang yang dikemukan oleh penulis, maka fokus
utama penelitian ini adalah pengkajian dinamika populasi pada daerah penelitian
(DAS Gilgel Abbay) dan bagaimana penerapan manajemen sumber daya alam yang
ilmiah di Ethiopia serta penyeimbangan penduduk dalam mengatasi perubahan iklim
dan tantangan globalisasi ekonomi.
3. Critical
Review
Secara
keseluruhan jurnal ini lebih bersifat penelitian informative (experimental
study) yakni memberi informasi tentang “Interaksi Penduduk dan Lingkungan Hidup : Studi Kasus DAS Gilgel Abbay,
Barat Laut Ethiopia ”
yang menjadi fokus utama penelitian dengan mengkaji dinamika populasi yang
terjadi.
Penerapan
teori yang digunakan dalam jurnal ini adalah Teori Malthus dan Teori
Boserupian.
a.
Teori Malthus (Thomas
Robert Malthus, 1960)
Menurut Malthus populasi manusia cendurung secara deret
ukur sedangkan produksi pertanian pangan hanya tumbuh secara deret hitung.
Dengan demikian, pertumbuhan penduduk cenderung melampaui kemampuan produktif sumber daya lahan untuk memenuhi makanan,
karena kendala ekologi sumber daya alam (Ehrlich dan Holdren, 1974; Biasa, 1992). Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Amare Sewnet Minale di daerah Aliran Sungai
Gilgel Abbay (GAC), daerah Barat Laut Ethiopia adalah terjadinya
degradasi lingkungan berupa perubahan tutupan lahan di DAS Gilgel Abbay
dikaitkan dengan faktor antropogenik terutama dari peningkatan populasi. Data
yang ada menunjukkan bahwa bahwa penduduk telah meningkat empat kali lipat antara tahun 1900 dan 1988.
Pada awal tahun abad ke 20, tingkat kelahiran diperkirakan 0,2% per tahun. Jumlah populasi
pada tahun 1900 diperkirakan 11,8 juta. Butuh 60 tahun untuk menjadi dua kali
lipat 23,6 juta pada tahun 1960. Hanya butuh waktu 28 tahun penduduk pada tahun 1960 dua kali lipat menjadi 47,3 juta pada tahun 1988
dan pertumbuhan sebesar 2,9% antara tahun 1980 dan 1989.
Penduduk yang bermukim di sekitar daerah
tangkapan air sungai (DAS Abbay) meningkat menjadi dua kali lipat. Sebagian
besar penduduk yang menempati wilayah tersebut berada di bawah garis kemiskinan
dan hidup kurang dari 1 ha lahan, di mana hasil lahan pertanian sangat rendah
dibandingkan dengan negara lain. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan positif yang kuat antara ukuran populasi dan pertanian dan
lahan pemukiman di daerah tangkapan air sungai (DAS Abbay). Ini berarti
pertumbuhan populasi di daerah Gilgel
Abbay Catchment (GAC) atau tangkapan air sungai (DAS Abbay) adalah salah
satu penyebab dari konversi hutan, air, dan lahan basah untuk pertanian menjadi
lahan pemukiman yang mengganggu ekosistem DAS.
Kritik teori Malthus:
1. Malthus tidak memperkirakan kemajuan bidang
transportasi yang menghubungkan daerah yang satu dengan daerah yang lainnya
sehingga pengiriman bahan makanan ke daerah yang kekurangan pangan mudah
dilaksanakan.
2. Dia tidak memperhitungkan kemajuan dalam bidang
teknologi, terutama dalam bidang pertanian.
3. Malthus tidak usaha pembatasan kelahiran bagi
pasangan yang sudah menikah, artinya pengontrolan kelahiran baginya tidak
bermoral.
4. Fertilitas (kelahiran) akan menurun apabila terjadi
perbaikan ekonomi dan standar hidup penduduk dinaikkan.
b. Teori Boserupian (Ester Boserup, 1981)
Secara eksplisit memperhitungkan perubahan teknologi sebagai alat inovasi bawah
tekanan penduduk. Selain itu, Boserup menyarankan bahwa meningkatkan kepadatan
populasi merupakan
kekuatan terjadinya perubahan teknologi yang memungkinkan produksi pangan
untuk memenuhi laju pertumbuhan penduduk. Teori Boserupian berfokus pada hubungan antara tiga
faktor: populasi, lingkungan, dan teknologi. Prioritas yang mendesak harus diberikan solusi untuk menangani
degradasi lingkungan dan
konservasi sumber daya alam, dan kehilangan keanekaragaman hayati. Investasi dalam penelitian pertanian dan teknologi
untuk meningkatkan produksi pertanian dan pada saat yang sama juga melindungi alam lingkungan
hidup. Mengembangkan teknik lokal dan penyebaran praktek
pengelolaan tanah kepada masyarakat dan kompensasi untuk eksternalitas yang
mungkin mempengaruhi sumber daya alam.
Kritik Teori Boserupian:
1. Untuk negera-negara dunia ketiga seperti negara berkembang, teori Boserupian hanya akan mendorong pada keadaan
yang lebih rumit, hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk yang cepat tidak
dibarengi dengan peningkatan produktifitas sumber daya yang akhirnya berujung
pada peningkatan teknologi. Akhirnya limpahan penduduk hanya dapat menjadi
objek pasar dari negara-negara maju untuk memasarkan produknya.
2. Pemakaian lahan pertanian yang lebih sering
daripada keadaan sebelumnya dengan maksud mengejar surplus makanan dan
pemenuhan kebutuhan publik yang terus meningkat mendorong pengrusakan lahan
lebih cepat karena tidak ada masa jeda yang memadai karena mengejar target
panen.
3. Teori Boserupian akan berjalan sangat lamban
Ijin copas
BalasHapus